Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru
|
Tidak dapat dinafikan bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang ditunggu dan dinanti-nantikan oleh orang orang bertaqwa dari jaman dahulu hingga kiamat kelak. Bulan yang penuh berkah (syahrul mubarok) yang di dalamnya terdapat satu malam,yaitu malam lailatul qadar, yang jika kita melakukan amal shaleh pada malam tersebut ganjaran pahalanya setara dengan 1000 bulan, yang equivalen dengan 83 tahun.
Suatu ganjaran bonus pahala maha dahsyat yang tidak ada pada hari-hari selainnya sepanjang tahun. Jika kita bandingkan dengan bonus yang disedakan oleh pusat perbelanjaan atau mall tidak akan ada pusat perbelanjaan yang akan sanggup untuk melaksanaknnya. Bakalan bangkrut.
Sehubungan dengan kemuliaan dan keutamaan bulan Ramadhan, orang orang sholeh sudah berdo’a enam bulan menjelang ramadhan, untuk dipertemukan dengan bulan ramadhan, allahumma ballighna ramadhan. Alhamdulilah, yang membaca tulisan ini termasuk yang beruntung karena masih dapat berjumpa dengan ramadhan 1445 H.
Berapa banyak diantara saudara dan teman kita yang ramadhan tahun lalu masih bersama kita, namun ramadhan ini sudah tidak ada lagi, atau ada juga yang tidak sempat menjalani full ramadhan, karena perjanjian usia sudah tiba. Dan kita menyaksikan, betapa ramainya kaum muslimin yang menjemput ajal kematian menjelang detik-detik ramadhan, termasuk yang meninggal dalam bulan ramadhan yang penuh berkah.
Momentum Emas
Sesuai dengan judul tulisan, dapat dikatakan bahwa orang yang cerdas dan rasional akan mengggunakan momentum berharga dan langka ini untuk mendulang pahala yang sebesar-besarnya sebagai bekal di hari kiamat kelak. Untuk memanfaatkan setiap tarikan denyut jantung dan detak jarum jam untuk beramal shaleh.
Baik amalan shaleh yang telah digariksan secara tegas di dalam syariah berkaitan dengan waktu ibadah (sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan), jumlah dan waktu (zakat), tempat (umroh di Mekah), takaran (zakat fitrah), jumlah zikir (jumlah bacaaan zikir setelah lima waktu), maupun ibadah sholeh lainnya secara umum yang tidak terikat dengan ketentuan tersebut, seperti; berbakti kepada kedua orang tua, jumlah rupiah untuk bersedekah dan berinfak, tilawah Al-Quran, zikir secara umum, menghadiri majlis ilmu (ta’lim), membaca buku-buku bermanfaat dunia dan akhirat, menulis dan berdakwah, membantu kelancaran dakwah Islam, penyelenggaraan jenazah, sholat mutlak di luar waktu-waktu terlarang, membantu fakir-miskin, anak yatim, para janda, fi sabilillah, bantuan siswa dan mahasiswa kurang mampu, dan musafir serta orang-orang yang membutuhkan uluran tangan.
Selain itu, menjauhkan diri dari hal-hal yang akan merusak dan mengurangi nilai puasa di bulan ramadhan, seperti; berbohong, berkata keji dan jorok, ghibah/bergunjing, penyebaran fitnah di dunia medsos, hoax, caci-maki, sumpah serapah, menyakiti orang lain, dan yang sejenisnya. Termasuk juga kita dianjurkan untuk menjauhkan perbuatan dan ucapan yang sia-sia (lagho), tidak berguna dan bermanfaat.
Dalam konteks ini berlaku pepatah klasik, diam itu emas. Walaupun tidak selamanya diam itu emas.
Orang yang cerdas akan tahu dan faham menempatkan sesuatu, kapan waktunya perlu berbicara, dan kapan waktunya harus diam. Dan ini semuanya tidak bisa muncul tiba-tiab, bim salabim, adah kadabrah. Tapi semuanya mesti dilandasi dengan ilmu syar’i. Cobalah bandingkan dengan ucapan, perbuatan, dan diamnya Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alahi Wassallam. Semuanya jadi teladan dan contoh bagi manusia dan rahmat bagi alam semesta.
Intropeksilah dengan ucapan, perbuatan dan diamnya orang-orang awam, termasuk yang menulis artikel ini. Dan semuanya nanti akan dipertanggunjawabkan di hadapan Allah Subhanhu Wa Ta’ala. Semua tercatat dengan rapi dalam kitab amal masing-masing, khususnya setelah individu dibebankan kewajiban syariah (baligh).
Bayangkan berapa ribu atau juta rim kertas catatan amal kita. Semau tercatat rapi, dan tidak ada yang tertinggal secuilpun. Bahkan berbuat baik atau jahat sebesar biji sawi (jarrah) atau bersedekah dengan setengah biji kurma sekalipun tercatat dalam catatan harian individu. Tidak ada yang luput, karena CCTV Allah Subhanhu Wa Ta’ala maha dahsyat, tidak ada tipuan dan rekayasa, yang dilaksanakan oleh para malaikat yang suci dan taat patuh sepanjang masa. Dan semuanya adalah mudah bagi Allah.
Jadikan Ramadan Terakhir
Di antara tips, supaya kita giat dan termotivasi untuk mendulang pahala di bulan Ramadhan tahun 1445 H, adalah dengan menjadikan Ramadhan 1445 H adalah Ramadhan terakhir bagi kita. Apa maksudnya? dengan mengganggap bahwa Ramadhan ini adalah Ramadhan yang terakhir bagi kehidupan kita masing-masing, walaupun belum pasti yang terakhir, karena ajal ada ditangan Allah Subhanhu Wa Ta’ala.
Dengan berasumsi bahwa Ramadhan tahun ini adalah yang terakhir, akan memompa semangat dan energi utnuk semakin giat dan bergairah untuk beramal sholeh dan mendulang pahala.
Sama halnya juga diantara tips untuk khusyuk di dalam sholat, dengan mengasumsikan sholat yang kita lakukakan adalah sholat yang terakhir dalam hidup kita. Dengan demikian, kita akan mempersembahkan sholat yang terbaik dan berkualitas. Sebab, amalan seseorang diukur dengan amalan terakhir dalam hidupnya. Dan tentu kita berusaha mempersembahkan amalan akhir yang paling berkualitas. Jika ibarat permaianan bola, tentu pada partai final para pemain akan mempersembahkan permainan terbaik selama musim kompetisi, untuk dapat kiranya menjadi champion/juara.
Tentu, semua kita berharap dan bercita-cita untuk menjadi champion dalam Ramadhan 1445 H. Dan hebatnya lagi, dengan kebesaran dan kasih sayang Allah Subhanhu Wa Ta’ala, championnya tidaklah terbatas hanya satu orang dalam lomba lari, atau satu team dalam pertandingan sepak bola. Championnya terbuka luas dan tidak terbatas jumlahnya. Sama halnya dengan kita memandang langit, tidak ada yang bisa sesorangpun atau sekelompok orang untuk menghalangi orang lain untuk memandang langit. Begitu luasnya karunia dan rahmat Allah Subhanhu Wa Ta’ala kepada para hambanya.
Namun, godaan syahwat dan syubhat kerap melalaikan dan meninabobokkan anak cucu Adam ‘alahissalam. Dan sungguh beruntunglah individu yang dapat untuk mengontrol dan mengendalikan hawa nafsunya ke jalan yang lurus, jalan yang Allah ridhoi. Diberikan kemudahan waktu, tenaga, jabatan, harta, tahta dan kedudukan untuk beramal shaleh dan mendulang pahala, khususnya di bulan ramadhan.
Dan jika khilaf dan salah cepat kembali ke pangkal jalan. Mohon ampunan kepada Allah Subhanhu Wa Ta’ala dan segera bertaubat. Bukan orang yang menunda untuk bertobat. Dan pelit untuk mohon ampunan dan rahmat Allah.
Semoga kita semua yang melaksanakan ibadaha ramadhan 1445 H dan bil khusus yang membaca tulisan ini dapat menggapai ketakwaan atau mendapat champion ibarat pertandingan sepakbola, sebagaimana tujuan mulia dari berpuasa di bulan Ramadhan.
Aaminn Allahumma Aamiin..
Penulis | : | Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru |
Editor | : | Unik Susanti |
Kategori | : | Kota Pekanbaru, Riau, Cakap Ramadan |