(CAKAPLAH) – Hari Buruh di Amerika Serikat (AS) telah menjadi hari libur nasional sejak 1894. Hari Buruh ini sebenarnya untuk merayakan sejarah panjang atas kontribusi pekerja di AS dalam kondisi yang sangat sulit, terhadap kekuatan, kelimpahan, dan kesuksesan negara ini.
Dilansir New York Times, Selasa (30/4/2024), pada akhir 1800-an banyak orang Amerika yang bekerja keras selama 12 jam sehari, dengan pekerjaan fisik dan bergaji rendah. Bahkan anak-anak juga bekerja di pertanian, pabrik, dan tambang. Kondisinya sering kali keras dan tidak aman.
Dalam konteks inilah para pekerja Amerika mengadakan pawai Hari Buruh pertama, berbaris dari Balai Kota New York menuju sebuah taman di pusat kota pada 5 September 1882.
Pada saat itu, 10.000 orang berpawai dengan tertib dan menyenangkan, jauh lebih sedikit dari yang diperkirakan oleh penyelenggara. Para pekerja termasuk pembuat cerutu, penjahit, pencetak, pembuat sepatu, tukang batu, dan pekerja lainnya.
Karena hari itu belum menjadi hari libur resmi, banyak peserta yang hadir mempertaruhkan pekerjaan mereka dengan berpartisipasi dalam aksi mogok kerja sehari. Dengan menggunakan papan, mereka menyerukan jam kerja lebih sedikit dan bayaran yang lebih banyak. Durasi delapan jam kerja, dan seruan-seruan lain disambut dengan sorak-sorai.
Gerakan buruh Amerika merupakan salah satu yang terkuat di dunia pada saat itu. Pada tahun-tahun berikutnya, pemerintah kota dan negara bagian mengadopsi undang-undang untuk mengakui Hari Buruh.
Pada 1887, parade lebih besar dilaksanakan bahkan di tengah ketegangan politik atas peran kelompok sosialis. Taman, toko, dan bar di kota pada saat itu dipenuhi orang.
Namun, butuh beberapa tahun lagi bagi pemerintah federal untuk menjadikannya sebagai hari libur nasional. Pada musim panas 1894, pemogokan karyawan Pullman Palace Car Company sangat mengganggu lalu lintas kereta api di Midwest, sehingga pemerintah federal menggunakan perintah dan pasukannya untuk menghentikan aksi mogok kerja tersebut.
Pemogokan ini bermula ketika perusahaan menurunkan upah tanpa menurunkan harga sewa di kota perusahaan, yang juga disebut Pullman. Ketika para pekerja yang marah mengeluh, pemiliknya George Pullman memecat mereka. Para pekerja kemudian memutuskan untuk mogok kerja, dan pekerja lain dari American Railway Union yang dipimpin oleh aktivis pemadam kebakaran Eugene V Debs, bergabung dalam aksi tersebut.
Saat itu, para pekerja tidak mau menangani gerbong-gerbong Pullman yang membuat lalu lintas barang dan penumpang terhenti di sekitar Chicago. Puluhan ribu orang mogok kerja, pemogokan liar terjadi, dan kerumunan massa yang marah dibalas dengan tembakan langsung dari pihak berwenang.
Selama krisis tersebut, Presiden Grover Cleveland menandatangani undang-undang pada 28 Juni 1894. Undang-undang itu menyatakan Hari Buruh ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Hari Senin pertama di September merupakan hari libur yang luar biasa bagi para pekerja di Amerika pada 1894, ketika Hari Buruh dinyatakan sebagai hari libur nasional.
Namun, itu bukanlah satu-satunya hari libur bagi para pekerja. Sejak 1884, gerakan buruh telah menyerukan pemogokan dan protes pada 1 Mei untuk mendorong delapan jam kerja sehari. Hari libur tersebut dinamakan May Day, dan kini dirayakan di seluruh dunia, meskipun tidak diakui secara resmi di Amerika Serikat.
Sementara itu, Hari Buruh telah menjadi hari libur resmi di 24 negara dan menjadi hari libur federal. Hari Buruh dan perayaan lainnya menunjukkan kekuatan dan semangat organisasi perdagangan dan buruh.
Pada tahun-tahun berikutnya, May Day menjadi kesempatan untuk memprotes penangkapan kaum sosialis, anarkis, dan anggota serikat pekerja. Karena dikaitkan dengan kaum kiri radikal dan karena Hari Buruh diakui oleh semakin banyak negara. Hari Buruh kemudian menjadi hari libur yang dominan di Amerika Serikat.
Adapun Hari Buruh di Indonesia mulai diperingati pada 1918, ketika rakyat Indonesia mengalami perlakuan yang tidak adil oleh Pemerintah kolonial Belanda dan terjadinya eksploitasi dalam berbagai bidang.**