

(CAKAPLAH) - Mimpi buruk saat tidur dapat berdampak pada kualitas tidur kita. Ketika tidur, sering kali kita merasa tidak nyaman karena terbangun atau terganggu akibat mimpi buruk.
Berdasarkan penelitian, ada 4 persen orang dewasa mengalami mimpi buruk kronis setiap saat. Mimpi buruk akan menyebabkan seseorang memiliki kualitas tidur yang buruk.
Selain itu, peneliti menemukan bahwa mimpi buruk akan berdampak pada masalah kesehatan seperti penyakit jantung, depresi, dan obesitas, termasuk penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir pada anak-anak. Dalam sebuah pernyataan, seorang penulis senior, Lampros Perogamvors mengatakan, mimpi buruk bisa mempengaruhi emosi seseorang.
“Berdasarkan pengamatan ini, kami memiliki gagasan bahwa kami dapat membantu orang dengan memanipulasi emosi dalam mimpi mereka. Dalam penelitian ini, kami menunjukkan bahwa kami dapat mengurangi jumlah mimpi yang sangat negatif secara emosional pada pasien yang menderita mimpi buruk,” ucapnya, seperti dilansir laman IFL Science, pada Selasa (9/5/2023).
Ada solusi yang bisa kita lakukan untuk mencegah datangnya mimpi buruk. Salah satunya dengan terapi mendengarkan suara tertentu yang bisa mengingatkan kita pada pengalaman positif. Hal tersebut bisa membuat tidur lebih nyenyak.
Terapi menggunakan suara disebut targeted memory reactivation (TMR). Terapi tersebut bisa dipadukan dengan terapi lain untuk orang yang memiliki mimpi buruk kronis.
Dalam studi yang diterbitkan pada Oktober lalu, 36 orang telah didiagnosis mengalami gangguan mimpi buruk. Mereka diberikan imagery rehearsal therapy (IRT), yang prosesnya yaitu mereka diminta untuk membuat versi lebih positif dari mimpi buruk yang dialami.
Lalu setengahnya menjalani sesi targeted memory activation (TMR) yakni mendengarkan suara saat mereka tidur. Suara yang digunakan dalam sesi ini yaitu akord piano netral C69. Dengan menggunakan kombinasi terapi tersebut, para peneliti melihat penurunan frekuensi mimpi buruk dan peningkatan emosi yang lebih bahagia.
Faktanya, jumlah rata-rata mimpi buruk mingguan 15 kali lebih sedikit dari akhir penelitian yang dilakukan, turun dari 2,94 menjadi hanya 0,19 setelah dua minggu terapi kombinasi.
"Kami mengamati penurunan yang cepat dari mimpi buruk, bersamaan dengan mimpi yang menjadi lebih positif secara emosional," kata Perogamvros.
"Temuan ini sangat menjanjikan baik untuk studi pemrosesan emosional selama tidur maupun untuk pengembangan terapi baru," pungkasnya.
Editor | : | Yusni |
Sumber | : | merdeka.com |
Kategori | : | Gaya Hidup |















01
02
03
04
05


