Ilustrasi: Foto: AP Photo/Rahmat Mirza
|
Beberapa waktu yang lalu, pengungsi Rohingya sempat di tolak masuk ke Provinsi Aceh. Berita tersebut menjadi viral yang disebabkan oleh penolakan sebagian masyarakat Aceh atas kedatangan etnis Rohingya ke Aceh. Para pengungsi Rohingya tersebut melarikan diri dari negaranya Myanmar yang disebabkan oleh pengusiran oleh rezim junta militer Myanmar. Ironisnya para pengungsi Rohingya tersebut telah berlayar dari Bangladesh ke Aceh. Sungguh perjuangan yang sangat memilukan bagi pengungsi Rohingya tersebut.
Di Malaysia juga sempat viral bahwa pengungsi Rohingya tersebut berbuat masalah di negara tersebut. Para pengungsi Rohingya yang lari dari negaranya telah tersebar di beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Indonesia dan sebagian Thailand.
Tulisan ini mencoba menjelaskan keberadaan etnis Rohingya yang sejarahnya memberi kontribusi dalam perjuangan kemerdekaan Burma, nama lama Negara Myanmar. Tak dapat pungkiri bahwa, etnis Rohingya sudah berada di negara Burma (baca: Myanmar) yaitu di negara bagian yang bernama Rakhine State. Dan tak dapat juga di pungkiri bahwa etnis Rohingya sudah sejak jajahan inggris pula sudah mendiami negara bagian Rakhine, Myanmar. Namun sejak Jenderal Ne Win berkuasa tahun 1962, etnis Rohingya diketepikan dalam kewarganegaraan Myanmar. Dan sangat ironis pula, etnis Rohingya terusir dari negaranya sendiri yang kalau di baca dari beberapa sumber memiliki andil yang cukup besar dalam perjuangan kemerdekaan Burma dari Inggris.
Secara geografis dan sejarah, etnis Rohingya mayoritasnya menempati wilayah di negara bagian Rakhine yang merupakan negara bagian yang terletak di pantai barat Myanmar. Negara bagian Rakhine berbatasan dengan negara bagian Chin di utara, bagian Magway, bagian Bago, dan bagian Ayeyarwady di timur, Teluk Benggala di barat, dan Divisi Chittagong di barat laut, Bangladesh.
Etnis Rohingya secara langsung tidak memiliki kepentingan yang ingin memisahkan diri dari negara Myanmar. Berbeda dengan etnis-etnis lainnya di Myanmar seperti etnis Karen yang menempati wilayah yang berbatasan dengan Thailand yang berjuang secara persenjataan dan ingin merdeka dari Myanmar. Oleh sebab itu, penindasan oleh rezim junta militer Myanmar disebabkan oleh perbedaan etnis. Para pengungsi Rohingya umumnya melarikan diri ke negara Bangladesh yang secara langsung berbatasan dengan Myanmar di bagian barat.
Dalam perkembangan sejarah modern Myanmar (Burma), etnis Rohingya bukanlah etnis yang baru mendiami wilayah Myanmar di bagian Barat negara tersebut (penduduk illegal seperti pengakuan dari pemerintah Myanmar). Etnis Rohingya menempati di negara bagian (Provinsi) Rakhine, Myanmar Barat yang berbatasan langsung dengan Teluk Benggala, negara Bangladesh dan dipisahkan oleh sungai Naf yang memisahkan antara negara Myanmar dan Bangladesh. Etnis Rohingya yang telah lama mendiami wilayah di Myanmar Barat tersebut juga turut serta dan berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Burma (baca: Myanmar) dari penjajahan Inggris.
Hal tersebut merupakan fakta sejarah yang tak dapat diabaikan begitu saja oleh rezim junta militer Myanmar. Negara bagian Rakhine (Rakhine State) mayoritasnya beretnis Rohingya dan secara tradisional lebih dekat wilayahnya dengan negara Bangladesh. Namun dengan banyaknya pengungsi Rohingya yang ada di negara Bangladesh juga menimbulkan dilema bagi Bangladesh untuk membiayai kehidupan pengungsi Rohingya tersebut. Dan tidak hanya Bangladesh, Malaysia, Thailand dan Indonesia (Provinsi NAD) juga memiliki dampak dari banyaknya pengungsi Rohingya masuk ke negara tersebut.
Secara kultural, etnis Rohingya berasal dari India dan Bangladesh dan sangat berbeda dengan etnis mayoritas Burma dari etnis Tibet-Mongolia. Etnis Rohingya tidak memiliki sejarah memberontak terhadap pemerintah pusat di Rangoon (ibu kota Negara Burma). Berbeda dengan etnis-etnis lainnya seperti halnya etnis Karen yang selalu menentang pemerintah pusat dan hingga kini masih terus berjuang dengan mengangkat senjata serta menginginkan otonomi khusus dan tidak menginginkan adanya pengawasan dari etnis Burma.
Dalam sejarah perjuangan Burma mencapai kemerdekaan, etnis Rohingya juga memiliki andil yang cukup besar terutama ketika berhadapan dengan penjajahan Inggris. Kendati telah bermukim di wilayah Myanmar, jauh sebelum perang dunia kedua, etnis Rohingya tidak diakui sebagai warga negara. Barangkali perbedaan kultur dan kepercayaan yang menjadikan etnis Rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar yang sah. Undang-undang kewarganegaraan Myanmar yang berlaku sejak tahun 1982 tak mengakui etnis Rohingya.
Etnis Rohingya di Myanmar termasuk etnis yang tidak pernah menuntut otonomi khusus, apalagi menginginkan kemerdekaan terpisah dari pemerintah pusat di Rangoon, ibu kota lama Burma (sekarang Nay Phy Taw). Berbeda dengan etnis-etnis lainnya, katakanlah seperti etnis Karen, Kachin yang minoritas yang selalu mengangkat senjata untuk memperjuangkan otonomi khusus maupun kemerdekaan dari pemerintah pusat. Konsistensi pemerintah Myanmar yang dikuasai oleh militer tidak sesuai dengan apa yang dilaksanakan di lapangan. Salah satunya adalah penggantian nama negara dari Burma menjadi Myanmar salah satunya adalah didasarkan kepada adanya faktor etnisitas dan politik konsolidasi. Etnis Burma yang mayoritas yang berasal dari Tibet-Mongolia.
Penulis | : | Hasrul Sani Siregar, S.IP, MA (Alumni Ekonomi-Politik Internasional, IKMAS, UKM, Malaysia) |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Cakap Rakyat |