Sekdaprov Riau, Ahmad Hijazi.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Melahirkan dengan cara operasi (sesar) menjadi tren tersendiri bagi masyarakat Riau. Memang banyak faktor tindakan sesar harus dijalani, salah satunya karena tidak sabar menahan sakit.
Kenaikan persentase sesar menembus angka 50 persen. Padahal sebelumnya angkanya hanya 15 persen dari seluruh pasien yang melahirkan dengan cara sesar.
"Ada beberapa tren atau cara masyarakat mengalami peningkatan. Kalau dulu pasien melahirkan itu jarang operasi, sekarang angkanya itu sudah diatas 50 persen. Ini kejadiannya apa kok bisa seperti itu?" kata Sekdaprov Riau, Ahmad Hijazi kepada CAKAPLAH.com, Kamis (5/7/2018).
Dia mengatakan, berdasarkan tanggapan dari persatuan rumah sakit, kondisi itu kecenderungan karena rumah sakit banyak menggunakan dokter spesialis kandungan.
"Makanya tindakannya itu selalu mengarah ke sesar, padahal kalau ingin bersabar bisa tanpa sesar (normal)," cakapnya.
Terkait kondisi itu, menurutnya tentu berdampak terhadap biaya kos yang besar bagi Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS).
"Kondisi ini terus kita evaluasi dalam rangka peningkatan pelayanan di rumah sakit yang ada di Riau," tutupnya.
Sementara itu, Kapala Dinas Kesehatan (Diskes) Riau Mimi Yuliani Nazir kepada CAKAPLAH.com, Kamis (5/7/2018) mengatakan banyak faktor tindakan sesar harus dilakukan dokter.
"Untuk tindakan sesar itu pasti dokter ada indikatornya, misalnya kondisi janin dan ibunya yang tak mungkin untuk melahirkan secara normal. Memang berdasarkan data dari IDI memang banyak, tapi tergantung dengan masyarakatnya," terangnya.
Faktor lain ditindakan sesar dilakukan, sebut Mimi, karena pasien tidak tahan menahan rasa sakit. Kemudian sebagian masyarakat juga ingin menentukan tanggal kelahiran anaknya.
"Memang sebagian memang faktor dokternya. Tapi itu oknum yang mementingkan bisnis, karena biaya operasi lebih mahal daripada normal," bebernya.
Penulis | : | Amin |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Riau, Serba Serbi, Pemerintahan |