(CAKAPLAH) - Sinetron mendapat rating tertinggi dalam tayangan televisi di Indonesia dari masyarakat. Perselisihan penuh intrik, gaya hidup urban modern, percintaan anak muda, atau perselingkuhan penuh drama terus diangkat sebagai tema beberapa sinetron di tanah air.
Rating pun terus dikejar sejumlah rumah produksi meski tak mesti diiringi kualitas sinetron yang baik. Di sisi lain, sinetron yang "baik" sekalipun, alias yang tak menuai kontroversi atau tak mendapat teguran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), kadang malah tak beroleh rating tinggi dan tak jadi favorit penonton.
Aneka rupa sinetron Indonesia itu berada di bawah pantauan KPI lembaga yang bertugas mengawasi tayangan seluruh stasiun televisi, tak terkecuali program sinetron.
Nuning Rodiyah, Komisioner KPI Bidang Pengawasan Isi Siaran, mengatakan tiap dua bulan sekali, institusinya melakukan survei indeks kualitas siaran untuk mengevaluasi program televisi agar stasiun TV terkait dapat membenahi kekurangan pada tayangan mereka.
KPI punya indeks standar yang sudah ditetapkan untuk menilai suatu tayangan televisi, yakni 4,00. Namun berdasarkan hasil survei KPI periode November-Desember 2016, indeks kualitas program sinetron menunjukkan angka di bawah standar, yaitu 2,75.
Namun secara keseluruhan pada tahun 2016, nilai rata-rata tayangan sinetron ialah 2,94. Hasil tersebut masuk kategori tontonan yang kurang berkualitas.
"Kami sudah melakukan survei indeks kualitas siaran. Selama ini indeks yang di bawah 3 diperoleh infotainment dan sinetron,"kata Nuning.
Ini karena sinetron Indonesia mengandung unsur hiperrealitas menceritakan gambaran yang jauh dari kehidupan sehari-hari, dan tak mendidik, mengobrak-abrik privasi orang, menceritakan perselingkuhan, perceraian, dan sebagainya.
"Adegan tidak terduga seperti tertabrak mobil secara tiba-tiba, gaya hidup mewah, anak yang tertukar, dari miskin jadi kaya, semua itu bagian dari menghadirkan imajinasi yang jauh dan di luar realitas yang dialami penduduk Indonesia saat ini,"ujar Nuning.
KPI sebagai wadah penampung aspirasi dan keluhan masyarakat berhak menegur sinetron-sinetron yang menayangkan hal-hal di luar norma yang berlaku di Indonesia.
KPI sendiri memiliki pedoman perilaku dan standar program penyiaran yang harus dijadikan tolak ukur untuk sebuah rumah produksi atau stasiun televisi supaya tayangannya lebih bermutu dan lebih baik ke depannya.
"Kalau ada yang melanggar, pasti kami tegur. Kalau pelanggaran dilakukan secara terus-menerus, KPI punya mekanisme. Kalau sinetron sudah mendapatkan teguran sebanyak dua kali, akan dikenai sanksi. Maka, pada tayangan berikutnya pasti ada penghentian sementara atau pengurangan durasi,"kata Nuning.
Sementara jika pelanggaran dan teguran telah mencapai tiga kali, maka sanksi dijatuhkan berupa penghentian sementara.
Berdasarkan survei KPI, tak semua program yang disiarkan televisi itu buruk. Indeks kualitas survei menunjukkan bahwa sinetron yang ditayangkan saat bulan Ramadan indeksnya naik hingga di atas 3.
"Persoalan mendidik atau tidaknya sebuah sinetron itu kembali ke production house dan TV-nya itu sendiri yang dapat memberikan nilai-nilai moral bagi kehidupan masyarakat,"kata Nuning.
KPI berharap sinetron Indonesia lebih berkualitas, mendidik, dan menyampaikan pesan-pesan yang dapat membangun karakter bangsa. Sinetron mesti dikemas supaya menarik untuk ditonton tapi edukatif, sehingga dapat menjadi contoh bagi masyarakat dan mereka tak akan bosan dengan ceritanya.
"Ketika indeks sinetron itu naik, pasti kualitasnya juga naik. Kalau bisa, rating tinggi dan berkualitas. Jangan sampai tidak seimbang --rating tinggi tapi kualitas buruk,"ujar Nuning.
Editor | : | Hadi |
Sumber | : | kumparan.com |
Kategori | : | Selebriti |