MERANTI (CAKAPLAH) - Jembatan Perawang yang menghubungkan Desa Selatakar dengan Desa Bandul Tasikputri Puyu Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, ambruk, Senin (14/8/2023) malam. Beruntung, tidak ada korban dalam kejadian itu.
Wan Nasri, salah seorang saksi bercerita ke CAKAPLAH.com. Katanya, pada saat kejadian, dia sedang bersantai di jembatan tersebut. Kebetulan, rumahnya tak jauh dari sana.
Menurut Wan Nasri, beberapa detik sebelum jembatan ambruk, terdengar bunyi benturan namun tidak kuat. Kurang dari 1 menit, terdengar bunyi lagi disertai hempasan di air.
Semula, diakui Nasri, dia tidak berpikiran jembatan tersebut ambruk. Malah, dia menyangka sedang ada bencana alam, gempa bumi.
"Saat itu saya sedang duduk santai di jembatan. Bunyi pertama pukul 10.28 WIB. Sekitar 30 detik setelah bunyi itu, terdengar bunyi yang sangat kuat, disertai bunyi hempasan air dan mendadak gelap (listrik padam)," kata Wan Nasri kepada CAKAPLAH.com.
"Saat itu saya menyangka sedang gempa bumi. Tak tahunya jembatan ambruk," tambah pemuda yang akrab disapa Anas itu lagi.
Masih menurut Anas, 5 menit sebelum kejadian, ada warga yang pulang dari bersantai di jembatan. Karena, memang di sana memang jadi salah satu tempat nongkrong warga sekitar.
"Korban tidak ada dalam kejadian ini. Yang bersantai sudah pulang, 5 menit sebelum kejadian," cerita Anas.
Akibat ambruknya jembatan yang dibangun pada zaman Kepulauan Meranti masih menjadi bagian Kabupaten Bengkalis itu, aktivitas warga menjadi terganggu. Anak sekolah dikabarkan tidak masuk lantaran biaya menyeberang dinilai sangat berat, yaitu Rp 20 ribu untuk sekali perjalanan (Rp 40 ribu PP).
"Kalau sekarang, ada transportasi untuk menyeberang ke Bandul atau ke Selatakar, tapi ongkosnya lumayan tinggi. Rp 20 ribu untuk sekali perjalanan. Ini sangat berat, apalagi bagi anak sekolah," beber Anas.
Anas berharap pihak berwenang segera mencarikan solusi agar aktivitas warga bisa kembali normal. "Yang jelas, dengan kejadian ini, aktivitas warga sangat terganggu. Kita berharap pemerintah cepat bergerak mencarikan solusi," harapnya.
Harapan yang sama, juga diungkapkan Darsini, anggota Legislatif Dapil Meranti IV (Merbau, Pulau Merbau dan Tasikputri Puyu). Selain itu, kata Darsini, pemerintah juga harus melakukan pengecekan terhadap jembatan Perumbi (Jembatam Panglima Hitam) yang menghubungkan Desa Alai dengan Desa Gogok.
"Yang jelas, Pemprov Riau cepatlah bergerak karena itu merupakan satu-satunya akses warga. Kasihan karena aktivitas pasti terganggu," ujar Darsini.
"Atas kejadian di Jembatan Perawang ini, hendaknya juga ada antisipasi pada Jembatan Perumbi. Di sana juga satu-satunya akses warga menuju kota. Kami dapat info, usia kedua jembatan ini sama, dibangun zaman Bengkalis," kata Darsini.
Penulis | : | Rizal |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Peristiwa, Kabupaten Kepulauan Meranti |