ilustrasi
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Sedikit 16 ekor sapi milik masyarakat Desa Sei Kijang, Kecamatan Tapung Hilir, Kecamatan Kampar mati mendadak. Kematian belasan sapi itu menghebohkan masyarakat karena kondisi sapi mati dengan mulut mengeluarkan busa dan perutnya menggembung.
Kepala Dinas Kesehatan Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Riau, Herman melalui Kabid Kesehatan Hewan, drh Faralinda Sari mengatakan, setelah mendapatkan laporan adanya sapi yang mati mendadak tersebut pihaknya langsung berkoordinasi dengan dinas peternakan setempat.
"Kami sudah mendapat laporan itu dan sudah turun ke lokasi. Dari hasil pengecekan ke lokasi, sapi-sapi tersebut mati karena keracunan potas," kata Faralinda, Senin (16/10/2023).
Dari hasil pengecekan, kata Faralinda, pihaknya tidak ditentukan ciri-ciri sapi yang mati tersebut terkena penyakit atau virus yang sebelumnya sempat merebak di Riau yakni Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan penyakit ngorok.
"Setelah cek, ternyata sapi mati bukan akibat penyakit seperti PMK dan Sepricaemia Epizootica (SE) atau sapi ngorok," sebut Faralinda.
Faralinda menjelaskan, adapun dari ciri-ciri dari hewan ternak terjangkit PMK yakni demam, luka pada mulut dan kaki serta keluarnya air liur yang berlebihan.
"Kemudian kalau untuk penularan penyakit PMK ini cukup cepat," ujar Faralinda
Untuk diketahui, ternak yang terpapar PMK di Riau sebanyak 5.256 ekor. Dari jumlah tersebut, 33 ekor diantaranya mati, potong paksa 35 ekor dan sembuh 5.188 ekor.
Sedangkan untuk daerah yang paling banyak ternaknya terpapar PMK yakni di Kuantan Singingi sebanyak 1.560 ekor, kemudian Rokan Hulu 1.053 ekor, Indragiri Hulu 724 ekor, Pelalawan 527 ekor.
Kemudian Siak 520 ekor, Indragiri Hilir 268 ekor, Kampar 343 ekor, Bengkalis 242 ekor, Dumai 8 ekor. Sedangkan tiga daerah di Riau nihil PMK yakni Pekanbaru, Rokan Hilir dan Kepulauan Meranti.
Penulis | : | Amin |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Peristiwa, Pemerintahan, Kabupaten Kampar |