Pengunjung Pulau Semut bersiap sebelum melempar joran ke Sungai Siak. Pulau Semut menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Pekanbaru sekitar yang hobi memancing dan hendak melepas lelah di akhir pekan. Di tengah sungai, tampak kapal tanker milik Pertamina tengah melintas. Foto: Yusni Fatimah Lubis
WALAU nyaris di penghujung hari, suasana di Pulau Semut, pinggiran Kota Pekanbaru masih terang. Udara panas khas ibukota Provinsi Riau itu sedikit tersamarkan di pulau berukuran 15x15 meter ini.
Yang dimaksud Pulau Semut memang hanyalah sepetak daratan kecil di pinggir Sungai Siak, Kota Pekanbaru, yang luasnya tak lebih dari 225 meter persegi.
Daratan kecil ini dinamai Pulau Semut karena selain bentuknya yang kecil, dulunya pulau ini dihuni banyak semut.
Pulau Semut awalnya menyatu dengan daratan utama, yakni wilayah Jalan Pembina III, Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Timur, Kota Pekanbaru.
Namun abrasi mengikis pinggiran daratan ini hingga terputus. Abrasi terjadi akibat hempasan gelombang Sungai Siak yang muncul setiap ada kapal-kapal tanker melintas, termasuk kapal milik Pertamina saat mengangkut bahan bakar.
Sungai Siak memang jalur transportasi air dengan intensitas padat. Dalam sehari, bisa 2 kapal besar yang lewat di area ini dan menimbulkan gelombang besar hingga ke pinggir sungai.
Pulau Semut kini menjadi objek wisata teranyar di Kota Bertuah-julukan Kota Pekanbaru-. Konsep wisatanya menekankan kepada pendidikan lingkungan dan konservasi alam.
Keasrian dan ketenangan yang ditawarkan tempat ini layak menjadi pelipur lelah warga Kota Pekanbaru yang sudah sepekan berjibaku dengan beragam rutinitas.
Ada sekitar 1.000 jiwa yang bermukim di sekitar wilayah Pulau Semut. Tepatnya terdiri dari tiga rukun tetangga (RT).
Banyak pohon rindang di Pulau Semut. Udara dari uapan air Sungai Siak tampaknya juga berpengaruh menurunkan suhu panas di sekitar daerah ekowisata ini.
Matahari masih sangar sebenarnya di saat waktu sudah menunjukkan pukul 15.34 wib. Hari Rabu (5/10/2023). Namun, paparan surya tak menyurutkan kegembiraan tiga hingga lima orang pemancing di lokasi ini melempar joran mereka. Lalu menyusunnya berbaris bertumpu pada ujung-ujung papan dermaga di pinggir sungai, berharap ada ikan lapar yang menyambar.
Bilah-bilah kayu yang terpasang hingga menjorok lebih ke badan sungai berderit-derit saat para pemancing itu bergerak di atasnya.
Di kejauhan terdengar suara sekumpulan pemuda ber-yel-yel dan bernyayi-nyanyi. Mereka mahasiswa yang tengah camping dan mengikuti kegiatan kampus di lokasi ini.
Di sudut lain pulau ini, beberapa anak beranak tampak santai duduk melihat-lihat ke riak sungai. Kotak-kotak bekal mereka terbuka dan sudah disantap sebagiannya.
Pengunjung lainnya terlihat hanya duduk di bawah teduhnya bayangan pepohonan beragam jenis di daratan utama Pulau Semut.
Pada 2-4 Juli 2023 lalu, digelar Festival Pacu Sampan Tradisional di pulau ini. Pembukaannya dilakukan oleh Penjabat (Pj) Walikota Pekanbaru Muflihun pada Jumat (4/8/2023). Event tiga hari itu semakin melambungkan nama Pulau Semut.
Pulau imut-imut ini terletak tak begitu jauh dari pusat Kota Pekanbaru. Bisa ditempuh dalam 20 menit dengan mengendarai sepeda motor atau mobil.
Ekowisata Pulau Semut adalah potensi wisata yang dinilai cukup menjanjikan, karena satu-satunya wisata pulau tak jauh dari tengah kota.
Dulunya, Pulau Semut yang semakin kecil akibat abrasi, rupanya menjadi keprihatinan bagi salah satu warga di wilayah ini, Supardi. Ia ingin daratan tersisa tak jauh dari rumahnya itu bisa diselamatkan, sekaligus bisa dimanfaatkan oleh orang-orang.
"Saya awalnya hanya ingin menjadikan daerah ini lokasi pemancingan. Saya tebas semua rumput dan ilalang di Pulau Semut ini. Luar biasa banyak semutnya. Saya masuk hutan, nyari kayu. Bawa keluar sendirian, untuk bikin jembatan," jelas Supardi yang kini jadi Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pulau Semut, Rabu (5/10/2023).
"Saya dibilang orang gila oleh warga lain karena yang saya lakukan," kenangnya.
Dengan tangan tuanya, ia pun berhasil membangun bilah-bilah jembatan penghubung Pulau Semut ke daratan utama.
Para pemancing pun mulai melirik spot-spot di Pulau Semut. Untuk diketahui, diantara jenis ikan yang bisa ditemukan di Sungai Siak adalah Ikan Baung, Ikan Selais, Gabus, hingga Udang Air Tawar.
Apa yang dimulai Supardi ternyata lambat laun membuat warga sekitar sadar bahwa yang pria tua itu lakukan mulai berdampak. Mereka lambat laun ikut mendukung. Di tahun 2020, secara swadaya mereka bahu membahu membangun jembatan dengan bahan dan peralatan seadanya.
Keberadaan Pulau Semut pun akhirnya menarik perhatian PT Pertamina Patra Niaga di tahun 2021.
Bantuan dan pendampingan mulai diberikan PT Pertamina Patra Niaga, sebagai bentuk Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
"Bantuan yang kita berikan untuk Pulau Semut sesuai kebutuhannya, misalnya butuh turap, kita bantu bangun dengan memberdayakan masyarakat," jelas Hanifah, Community Development Officer (CDO) PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sei Siak, Rabu (5/10/2023) di hadapan awak media.
Dijelaskannya lagi, intervensi Pertamina Patra Niaga dilakukan dalam bentuk bantuan penghijauan, pembangunan jembatan, bronjong untuk turap, dan fasilitas lainnya.
Setelah diturap, daratan Pulau Semut pun bertambah luas, sudah menjadi sekitar 300-an meter persegi.
Penghijauan Mangrove di Pulau Semut dilakukan dengan menanam beragam pohon, seperti Ketapang Kencana dan bibit buah agar lokasi ini menjadi lebih asri dan menyerap karbon demi udara Kota Pekanbaru yang lebih bersih.
Pokdarwis Pulau Semut juga telah terbentuk dengan anggota yang kini mencapai 30 orang lebih. Mereka berbagi tugas mengelola tempat ini. Mulai dari perawatan, pengamanan, hingga pengawasan untuk kenyamanan pengunjung.
Dalam sepekan, sekitar 500 orang berkunjung ke Pulau Semut. Tidak ada biaya tiket untuk masuk lokasi Wisata Pulau Semut. Cukup membayar uang parkir sebesar Rp5.000 untuk satu motor dan Rp10.000 untuk satu mobil.
Hasil dari kutipan parkir akan digunakan untuk pemeliharaan lokasi wisata Pulau Semut.
Demi kenyamanan pengunjung wisata Pulau Semut, PT Pertamina Patra Niaga juga membantu pembangunan infrastruktur seperti sumur, sambungan listrik, hingga fasilitas mandi cuci kakus (MCK),
Yang paling mencolok di Pulau Semut adalah keberadaan Saung Edukasi bantuan PT Pertamina Patra Niaga. Pengunjung bisa beristirahat di saung ini sembari menatap keindahan alam sekitar Sungai Siak.
"Bila beruntung bisa melihat monyet. Bisa edukasi pengunjung tentang primata di sekitar Pulau Semut," sebut Hanifah lagi, sembari menekankan bahwa di sungai ini juga ada buaya.
PT Pertamina Patra Niaga berharap dengan berkembangnya fasilitas di Pulau Semut, bisa mewujudkan konservasi alam dan budaya, bisa meningkatkan pendapatan masyarakat, dan pemberdayaan sosial masyarakat.
Namun, demi kemajuan Wisata Pulau Semut, diperlukan juga penambahan fasilitas lain, seperti perbaikan akses jalan masuk, penyediaan tong-tong sampah di banyak titik, penambahan toilet, kios atau lapak pedagang, hingga fasilitas permainan anak.
Saung Edukasi Pulau Semut, tempat pengujung berteduh dan melepas lelah. Selain jadi tempat edukasi bagi pengunjung, saung ini juga jadi titik nyaman untuk menikmati keasrian alam di Pulau Semut sembari mengamati fauna di sekitar wilayah ini. Foto: Yusni Fatimah Lubis
Sejumlah pemancing di Pulau Semut dengan sabar menunggui joran yang disandarkan di pinggir dermaga, menanti umpannya dimakan ikan. Foto: Yusni Fatimah Lubis
Papan informasi di Saung Edukasi Wisata Pulau Semut, bantuan PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sei Siak. Kepedulian PT Pertamina Patra Niaga terhadap pengembangan Ekowisata Pulau Semut menjadi pendorong, sekaligus harapan bagi warga sekitar untuk menjaga keasrian alam dan menaikkan taraf ekonomi. Foto: Yusni Fatimah Lubis
Pengunjung menikmati pemandangan sore hari di salah satu balai-balai, tak jauh dari turap bantuan Pertamina Patra Niaga untuk menahan abrasi Pulau Semut. Warga Pekanbaru kini memiliki variasi pilihan berwisata yang murah dan dekat usai lelah beraktivitas selama sepekan penuh. Foto: Yusni Fatimah Lubis
Kapal tanker milik Pertamina pembawa bahan bakar minyak (BBM) melintas di Sungai Siak, tampak begitu dekat dengan Pulau Semut. Dermaga jadi spot pilihan pengunjung saat memancing di sekitar Pulau Semut. Foto: Yusni Fatimah Lubis
"Tak perlu mematikan cahaya orang lain untuk membuatmu bercahaya". Para pemancing di dermaga Pulau Semut dengan sabar menunggui joran masing-masing. Foto: Yusni Fatimah Lubis
Pulau Semut diberi fasilitas jembatan penghubung daratan utama menuju Pulau Semut. Di sekitarnya pohon bakau tampak rimbun menjadi penjaga abrasi dan penyerap karbon. Foto: Yusni Fatimah Lubis
Pengunjung Pulau Semut melintasi jembatan penghubung ke daratan utama. Rimbun daun pepohonan membuat mata yang memandang menjadi segar. Begitu juga dengan udara di sekitarnya yang menjadi bersih dan kaya oksigen. Foto: Yusni Fatimah Lubis
Suasana di lokasi Ekowisata Pulau Semut yang rindang dan diberi sejumlah fasilitas penunjang agar pengunjung semakin betah. Ekowisata ini selain memberdayakan sosial warga setempat juga menggerakkan perekonomian warga. Foto: Yusni Fatimah Lubis
Penulis | : | Yusni Fatimah Lubis |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Kota Pekanbaru, Lingkungan, Ekonomi |