Aung San Suu Kyi
|
(CAKAPLAH) - Universitas Oxford, Inggris, mencopot lukisan pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi yang selama ini terpampang di gerbang utama kampus, dalam rangka mengkritik krisis kemanusiaan yang menerpa etnis minoritas Rohingya di Myanmar.
Badan pengelola Kampus St Hugh dilaporkan mencopot potret Nobel perdamaian itu dan menggantinya dengan tokoh lain pada pekan lalu, beberapa hari sebelum tahun ajaran baru di mulai.
Media universitas, The Swan, mengatakan keputusan pencopotan ini juga turut didukung sesama alumni, yayasan kampus, hingga rektor Oxford, Dame Elish Angiolini.
"Universitas berharap pemerintah Myanmar, yang dipimpin alumni Oxford, Aung San Suu Kyi, dapat menghentikan dan menghapuskan diskriminasi dan penindasan serta menunjukkan kepada dunia bahwa Myanmar menghargai seluruh kehidupan warganya," ucap badan pengelola universitas itu melalui sebuah pernyataan.
"Universitas menerima hadia lukisan baru pada awal bulan ini yang akan dipamerkan dalam beberapa waktu. Potret Aung San Suu Kyi sementara ini telah dipindahkan ke tempat penyimpanan," kata St Hugh seperti dilansir dari The Guardian pada Senin (2/10/2017).
Suu Kyi menempuh studi sarjananya di Oxford pada 1964-1967 dengan mengambil jurusan ilmu politik, filsafat, dan ekonomi. Pada 2012, perempuan 72 tahun mendapat gelar doktor kehormatan dari salah satu kampus paling bergengsi dunia itu.
Lukisan Suu Kyi adalah karya seniman Chen Yanning pada 1997 dan dimiliki suami Suu Kyi yang juga merupakan akademisi Oxford, Michael Aris. Setelah Aris meninggal pada 1999, potret itu diwariskan kepada St Hugh dan dipasang di pintu masuk kampus di Margaret's Road, utara Oxford.
Selain Suu Kyi, Oxford juga 'melahirkan' sejumlah tokoh terkemukan lain, seperti Perdana Menteri Inggris Theresa May, Eks Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, Stephen Hawking, Thomas Hobbes, dan John Locke.
Pekan ini, Dewan Oxford dikabarkan juga akan melucuti penghargaan City of Freedom yang pernah diberikan kepada Suu Kyi pada 1997 saat dirinya masih menjadi tahanan politik oleh junta militer.
Meski begitu, Oxford belum memutuskan apakah kampusnya akan mempertimbangkan kembali gelar doktor kehormatan yang telah dinobatkan kepada Suu Kyi sejak lima tahun lalu.
Sementara itu, kelompok Burma Campaign UK menganggap keputusan pencoptan potret Suu Kyi merupakan langkah pengecut, mendesak universitas itu untuk mengambil langkah yang lebih tegas dan konkret lagi.
"Tampaknya ini tindakan pengecut yang dilakukan St Hugh. Jika langkah ini dilakukan karena Suu Kyi membela militer Myanmar terkait pembersihan etnis terhadap Rohingya, mereka [Oxford] seharusnya turut mendesak dengan mengatakan bahwa dia [Suu Kyi] harus mengormati HAM," ucap direktur kampanye tersebut, Mark Farmaner.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Cnnindonesia.com |
Kategori | : | Internasional |