Jokowi dan prabowo di istana.
|
(CAKAPLAH) - Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra Andre Rosiade mengatakan, elektabilitas Prabowo Subianto masih lebih tinggi dibandingkan Joko Widodo. Jika Pemilihan Presiden (Pilpres) digelar hari ini, Andre meyakini Prabowo Subianto akan melenggang sebagai pemenangnya.
"Faktanya seperti itu, jika pemilihan presiden digelar hari ini, Insya Allah Prabowo Subianto yang menang," kata Andre dalam pesan singkat, Senin (9/10/2017).
Dalam survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) awal September lalu, elektabilitas Joko Widodo unggul telak atas Prabowo Subianto. Jokowi meraup 38,9 persen, sementara Prabowo Subianto hanya 12 persen.
SMRC menggelar survei pada 3-10 September 2017. Populasi survei adalah WNI yang sudah memiliki hak pilih.
Sampel berjumlah 1.220 dan dipilih secara acak (multistage random sampling). Sedangkan margin of error survei sebesar +/- 3,1% pada tingkat kepercayaan 95%. Quality control dipilih secara acak sebesar 20% dari total sampel.
Menurut Andre, Partai Gerindra secara berkala melakukan survei internal. Hasilnya, Prabowo unggul atas Jokowi. Bahkan, kecenderungannya suara Prabowo terus naik sementara suara Jokowi turun terus.
"Kami Gerindra optimis Prabowo menang, kami optimis Prabowo menang di pilpres karena kami punya survei internal yang dilakukan secara berkala," ucapnya.
Terkait hasil survei SMRC ini, Andre menyebutnya sebagai bentuk pesanan. Sebab berkaca pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta lalu, SMRC juga terlihat tidak obyektif dengan menempatkan Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok) di atas Anies Baswedan.
Prosentase yang disebutkan dalam survei terakhirnya jelang Pilkada DKI, bahkan hanya mencatat Anies unggul satu persen atas Ahok. Padahal selisihnya pada hari-H sangat besar, Anies unggul jauh atas Ahok.
"SMRC ini kan pendukungnya Ahok, pendukungnya Jokowi. Ahok itu kan merepresentasikan Jokowi di DKI. Di tingkat nasional sekarang mirip seperti itu, padahal Prabowo masih unggul atas Jokowi," jelas Andre.
"Gerindra tidak ambil pusing dengan survei-survei pesanan, survei hanya untuk menggiring opini publik. Masyarakat sudah tahu, sudah cerdas, sekarang semua serba susah, daya beli masyarakat lemah, masak masyarakat masih mau milih Jokowi," lanjutnya.