Sandiaga Uno
|
(CAKAPLAH) – Tim Kampanye Nasional atau TKN Jokowi-Ma'ruf Amin membuka diri untuk debat atau adu argumen, terkait isu yang digaungkan kubu Prabowo-Sandiaga soal permasalahan ekonomi. Bahkan, ada tantangan agar debat ekonomi ini dilakukan secara terbuka.
Bakal calon Wakil Presiden RI, Sandiaga Salahuddin Uno pun merespons terkait tantangan debat ini. Menurutnya, lebih baik menggunakan kata urun rembuk ketimbang berdebat.
"Ada kesan, saya diajari untuk tidak boleh berdebat dengan kiai. Kiai itu harus dimuliakan, jadi saya rasa baik sekali kalau urun rembuk," kata Sandiaga di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (31/8/2018).
Sandiaga lebih memilih jalan musyawarah untuk menghadapi masalah ekonomi yang terjadi saat ini. Salah satu yang penting untuk dibahas dalam musyawarah, yakni masalah nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar amerika serikat.
"Karena keadaan ekonomi kita mengkhawatirkan dan kita tidak boleh anggap enteng. Bersatu saja belum tentu bisa menghadapi gejolak ini, apalagi terpecah belah. Jadi, saya ingin duduk bersama urun rembuk," tambahya.
Menurut Sandiaga, menangani pelemahan rupiah harus dilakukan saat ini, bukan menunggu delapan bulan ke depan. Rupiah bisa kembali menguat jika masyarakat mulai konsumsi produk dalam negeri. Selain itu, bisa juga membentuk gerakan nasional untuk konsumsi barang dalam negeri.
Masyarakat juga diminta untuk tidak berpergian ke luar negeri dulu. Jika ingin berwisata, diharapkan dapat berwisata di dalam negeri. Beberapa hal tersebut, menurut Sandiaga, perlu dibahas dan bersama menangani masalah ekonomi.
"Untuk yang gemar memproduksi barang barang impor ditahan dulu. Kalau masih bisa ditunda dulu menunggu jinaknya keperkasaan dolar AS ini mesti kita lakukan," ujarnya
Sandiaga juga mengaku mendapatkan pesan dari Mantan Menteri Keuangan era SBY, Agus Martowardojo agar Indonesia bersatu menghadapi permasalahan ekonomi ini.
"Beliau sampaikan ini adalah kesempatan kita bersatu menghadapi ekonomi ini. Karena, situasi ketidakpastian ini akan berlanjut beberapa bulan ke depan dan jawabannya harusnya sekarang bukan pilpres," ujarnya.