Ilustrasi kekeringan di India. (REUTERS/P. Ravikumar)
|
(CAKAPLAH) - Kota keenam terbesar di India, Chennai, saat ini mengalami kekeringan akibat gelombang panas yang meningkat di wilayah tersebut. Akibatnya, jutaan warga kekurangan pasokan air.
Kekeringan juga melanda waduk Chembarambakkam yang merupakan salah satu sumber air di wilayah Chennai yang berpenduduk 4,6 juta itu.
Seperti dilansir CNN, Kamis (20/6), waduk tersebut kini kering dengan keadaan tanah yang retak akibat sengatan panasnya matahari.
Alhasil, hanya seperempat dari total rumah tangga di India yang memiliki persediaan air minum di rumah. Sementara, sekitar 200 ribu orang lainnya meninggal setiap tahunnya akibat kekurangan air atau mengkonsumsi air kotor.
Sementara, sejumlah keluarga di salah satu permukiman kumuh di Chennai hanya mendapat jatah air sekitar 30-40 liter (8-10 galon) setiap harinya.
"Hal ini semakin menjadi persoalan yang melanda India. Bangalore, Chennai, Mumbai dan Delhi, mereka semua muncul di berita dengan alasan yang sama. Mereka kekurangan air," ujar Jyoti Sharma selaku pendiri sekaligus kepala FORCE, organisasi non-pemerintah India yang mengurus konservasi air.
Pemerintah Tamil Nadu berupaya menyediakan pasokan air bagi penduduk setempat menggunakan truk.
Setiap harinya, ratusan ribu penduduk terpaksa harus mengantri berjam-jam guna mendapatkan air yang mereka isi di belasan kaleng juga wadah penampung air.
Meskipun pemerintah telah mengutamakan keluarga berpenghasilan rendah, penduduk yang memesan air dari truk tangki pemerintah masih harus menunggu hingga satu bulan lamanya.
Kendati demikian, truk tangki air dari pemerintah itu tidak dapat diakses oleh sekitar 820 ribu penduduk di permukiman kumuh di kota Chennai.
Kekeringan ini juga berdampak pada usaha hotel di wilayah Chennai. Tak sedikit dari mereka yang terpaksa menutup usahanya.
"Di wilayah Chennai, sejumlah usaha hotel dan restoran harus berhenti karena kami tidak mendapat persediaan air yang cukup dan ada permintaan yang tinggi," ujar salah satu pemilik hotel bernama M. Senthilsaravanan.
Senthilsaravanan mengaku bahwa ia membayar INR6 ribu (Rp 1,2 juta) setiap harinya agar truk tangki dapat mengirimkan air ke Hotel Quality and Taste miliknya.
Suresh Subburaman yang juga menjalankan bisnis serupa mengatakan, "Sebelumnya air akan datang setiap hari ke rumah. Sekarang, kami mendapatkannya setiap tiga sampai empat hari. Kami menyimpan air itu ke dalam tangki kecil atau pot plastik berukuran 20 liter di rumah."
Sementara itu, banyak keluarga kalangan atas yang mendapat pasokan air dari truk tangki pribadi yang cukup mahal.
Masalah lain juga muncul di tengah krisis air yang dialami penduduk setempat. Truk-truk tangki pembawa air sempat dibajak hingga mengakibatkan bentrok di antara penduduk.
Akibatnya, penduduk semakin kekurangan air untuk minum dan mandi serta menyebabkan buruknya kebersihan menstruasi bagi para wanita.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Cnnindonesia.com |
Kategori | : | Lingkungan, Internasional |