PEKANBARU (CAKAPLAH) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali menambah satu armada helikopter untuk membantu pemadaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang semakin meningkat di wilayah Provinsi Riau. Sebelumnya 4 hely telah diterjunkan untuk memadamkan api dengan cara Water Bombing (WB).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Edwar Sanger, mengatakan, dengan tambahan 1 helikopter jenis MI 171, maka sudah 5 helikopter yang ditempatkan untuk Riau guna membantu memadamkan Karhutla di daerah ini.

“Alhamdulillah kita kembali mendapatkan bantuan Heli dari pusat. Jadi ada 5 Heli di wilayah Riau, ditambah lagi heli dari perusahaan Sinar Mas. Memang dalam seminggu ini wilayah Riau titik api semakin banyak, dengan kondisi cuaca panas,” ujar Edwar Sanger, Kamis (19/7/2018).

Ia mengatakan, dengan perjuangan dari tim Satgas, baik darat maupun udara, setiap titik api yang terpantau langsung dilakukan pemadaman. "Mana yang bisa lewat darat diterjunkan di darat. Kalau tak terjangkau dilakukan dengan heli yang sudah standby, kita juga berdoa hujan juga turun sehingga bisa membantu mengurangi kebakaran, seperti malam tadi (kemarin red),” tambah Edwar Sanger.

Dijelaskan mantan Pj Walikota Pekanbaru ini, pada hari ini Kamis (19/7/2018), titik api mencapai 85 titik. Dan setelah diterjunkan 5 helikopter yakni 2 Hely camov, 1 Hely sikorsy, 1 Hely Bell, dan 1 Hely sinar mas Super Puma, titik api berkurang menjadi 18.

“Ada 5 heli langsung terjun memadamkan titik api di beberapa wilayah Riau. Dan yang terbanyak itu di Kabupaten Rohil dan Dumai, sekarang titik api berkurang. Mudah-mudahan hujan kembali turun, kita tetap berdoa agar hujan terus turun,” harap Edwar Sanger.

Sementara itu, ketika disinggung apakah Karhutla yang terjadi di Riau ini karena cuaca panas dan menyebabkan kebakaran. Edwar Sanger, menegaskan bahwa di wilayah Riau ini tidak ada yang terbakar sendirinya namun dibakar oleh oknum yang akan membuka lahan. Untuk itulah tim satgas juga berpatroli, bahkan sudah ada yang diamankan.

“Mana ada di wilayah kita ini terbakar, yang ada dibakar. Dan sekarang tim dari penegak hukum Polda sudah bergerak, dan terus patroli,” tegas Edwar Sanger.

Sementara itu, dari rilis yang dikirimkan oleh Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Prof. Ir Dwikorita Karnawati, PhD, Kamis (19/7/2018), dalam periode satu minggu ke depan secara umum curah hujan di wilayah Riau cenderung rendah. Kondisi cuaca didominasi kondisi cerah berawan.

Meski demikian, potensi hujan intensitas ringan-sedang masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah Riau terutama pada akhir pekan ini.

Sementara itu pengamatan terhadap hari  berturut-turut tanpa hujan (HTH) sampai dengan dasarian I bulan Juli menunjukkan masih dalam kategori singkat (5-10 hari) dalam 3 bulan  terakhir.

“Berdasarkan catatan hasil pengamatan hujan BMKG, normal curah hujan di wilayah Riau pada bulan Juli berkisar antara 158,3 mm/bulan, dimana merupakan bulan yang masuk kategori  curah hujan rendah. Curah hujan yang cukup rendah tersebut diperkirakan akan berdampak pada peningkatan potensi terjadinya kebakaran hutan di wilayah Riau,” jelasnya.

Titik panas yang terpantau dari Satelit Terra/Aqua dan NPP pada seminggu terakhir menunjukkan adanya peningkatan jumlah titik panas di wilayah Riau. Pada tanggal 17 Juli 2018 terdeteksi 57 titik panas di Provinsi Riau dengan tingkat kepercayaan di atas 80%. Namun demikian, hasil pantauan satelit Terra/Aqua dan NPP tanggal 19 Juli 2018 menurunkan penurunan jumlah titik panas ; sampai dengan pukul 15.00 WIB terdeteksi  8 titik panas di Provinsi Riau dengan tingkat kepercayaan 80 persen tersebar di Kabupaten Dumai dan Bengkalis.

“Penuruan jumlah titik panas tersebut sangat dimungkinkan karena tutupan awan dan hujan yang terjadi di wilayah Riau pada malam sebelumnya,” kata Dwikorita.

Selain itu, berdasarkan data prakiraan potensi kemudahan terjadinya kebakaran hutan ditinjau dari parameter cuaca, menujukkan bahwa sebagian besar wilayah Riau masuk dalam kategori “Sangat Mudah” pada tanggal 19 Juli 2018, sedangkan pada tanggal 20-25 Juli 2018 sebagian besar wilayah Riau berada dalam kategori “Aman” dan “Tidak Mudah” terbakar, kecuali Kabupaten Pelalawan berada dalam kategori “Sangat Mudah”.

Dalam hal ini BMKG terus menerus melakukan koordinasi dengan instansi terkait yaitu BPBD Provinsi, TNI, Polri, Dinas KLHK dan Pemda Riau dalam upaya mengantisipasi bencana kebakaran lahan dan hutan. Masyarakat diimbau agar beraktifitas seperti biasa dengan tetap waspada terhadap dampak dari kebakaran hutan yang dapat ditimbulkan.