Staf Ahli Bupati Kuansing Bidang Ekonomi Pembangunan, Eryswan.
|
(CAKAPLAH) - Berdasarkan potensi daerah, Sebagian besar wilayah Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) adalah sektor agraris (pertanian). Pertanian dalam hal ini tentunya perkebunan karet dan perkebunan kelapa sawit yang sydah eksis. Sebagian besar masyarakat Kuansing bergantung hidupnya pada karet dan kelapa sawit.
"Cuma kita jangan lupa bahwa komoditi lainnya sebenarnya masih banyak yang bisa dikembangkan selain karet dan sawit. Supaya suatu ketika, ketika karet tidak bisa dikembangkan lagi, mungkin karena harga yang tidak bisa bersaing, kemudian sawit juga bisa sewaktu-waktu anjlok harganya, maka ada semacam 'bumper' atau komoditi lain yang bisa menggantikan karet dan kelapa sawit," Staf Ahli Bupati Kuansing Bidang Ekonomi Pembangunan.
Dalam skala kecil, sebenarnya sudah banyak yang dikembangkan oleh masyarakat kita, terutama di bidang tanaman pangan. Seperti ubi kayu misalnya, serai wangi (bahan baku industri), ataupun buah-buahan hortikulturanya. Dulu Kuansing terkenal sebagai daerah penghasil buah, namun sekarang justru sebagian besar buah dari luar masuk ke daerah ini. Tidak terlambat kalau kita mulai dari sekarang, pengembangan buah-buahan unggul nasional.
Kuansing punya fasilitas untuk itu. Ada Unit Pelaksana Teknis Dinas balai Benih Ikan (UPTD BBI) yang di Sentajo, ada yang di Kari, dan ada yang di Gunung Toar. Nah, ini bisa kita manfaatkan sebagai sumber bibit.
Selain itu, juga ada peluang untuk bekerja sama dengan pihak lain. Misalnya bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang ada di daerah ini melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), atau bekerja sama dengan balai penelitian dan pengembangan tanaman buah yang di Solok, Sumatera Barat (Sumbar) misalnya. Ini suatu potensi yang punya prospek yang sangat bagus.
Seperti di Sumbar saja, informasi kemarin saat Munas Staf Ahli Kepala Daerah, sudah bisa mengekspor manggis ke China sebanyak 10.000 ton. Padahal potensi manggis juga banyak di daerah kita.
Begitu juga untuk jenis buah lainnya seperti durian, mangga, rambutan. Ini sudah ada barangnya di masyarakat Kuansing, tinggal lagi kita kemas dan kita tata.
Ke depan, kita berikan sentuhan teknologi, mulai dari hulu, sampai ke hilir (prosesnya), sehingga nanti petani betul-betul dapat nilai tambah dari hasil usahanya. Jadi, tidak semata-mata tergantung kepada sawit dan kelapa saja.
Begitu juga di bidang peternakan misalnya. Tiap tahun Kuansing mendatangkan ternak untuk kurban dari luar. Padahal, kalau kita kembanglan saja penggemukan sapi di kebun sawit, setiap hektar sawit itu bisa menampung minimal empat ekor sapi.
Dari 200-an ribu hektar kebun sawit di Kuansing, bila dipatok saja misalnya 15 atau 20 persen, atau sekitar 40.000 hektar. Kalau setiap hektar itu empat ekor, kalau 40.000 hektar, akan ada 160.000 ekor sapi. Itu bisa kita mensuplai untuk kebutuhan ternak se Riau, bahkan bisa mengekspor.
Hamparan kebun pisang milik masyarakat di kawasan Tanjung, Desa Pulau Baru Kopah, Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi.
Paling tidak, tahap awal kita bisa memenuhi kebutuhan ternak, baik untuk kebutuhan harian, maupun untuk kebutuhan pada saat Idul Adha atau kurban. Termasuk juga Pekanbaru.
Pekanbaru itu saja setiap Idul Adha itu memerlukan sapi dari luar tidak kurang dari 5.000 ekor. Itu sebagian besar didatangkan dari Lampung, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan (Sulsel), serta dari daerah-daerah lainnya.
Demikian juga untuk sektor perikanan. Perikanan kita sekarang cukup pesat perkembangannya. Bahkan ikan-ikan Kuansing yang selama ini sebagian besar dipasarkan di daerah (lokal), selama ini juga sudah dikirim ke kabupaten tetangga, yaitu Indragiri Hulu (Inhu) dan Indragiri Hilir (Inhil).
Bahkan terakhir, sekarang juga sudah merambah ke pasar Pekanbaru di Rumbai, dan bahkan pada saat-saat tertentu juga sudah dipasarkan ke Sumatera Barat (Sumbar). Terutama pada saat Danau Maninjau mengalami kematian ikan di kerambah.
Banyak komoditi-komoditi lain sebenarnya yang bisa dikembangkan di Kuansing. Namun sebelum itu, tetap saja apa pun yang kita kembangkan, apa pun yang kita tata, kita tidak terlepas dari model pengembangan kawasan yang berbasiskan sumber daya alam. Jadi, sumber daya alam yang sudah ada itu kita kemas, kemudian kita konekkan seluruh komoditi yang ada, seluruh potensi-potensi yang ada.
Sebagai contoh di kawasan Marsawa, Kecamatan Sentajo Raya, di sana sudah berkembang perikanan. Di samping perikanan, di sana juga bisa dikembangkan hortikultura, buah-buahan pepaya dan pisang. Inikan kebutuhan setiap hari, setiap minggu, setiap bulan. Inikan terus ada. Bisa dipasarkan kemana-mana.
Selain perikanan dan buah-buahan, di Marsawa ini juga bisa dikembangkan ternak. Begitu juga pariwisata, di Marsawa ini juga bisa dikembangkan. Termasuk juga pembinaan pemuda dan olahraga dayung dan lain sebagainya.
Kawasan-kawasan seperti ini, pusat-pusat pertumbuhan baru itu, harus kita ciptakan. Dengan lintas Organisa Perangkat Daerah (OPD) menggodok ini, mendiskusikan, membahas, membuat suatu konsep yang terpadu, sehingga seluruh aspek itu ada OPD-OPD yang menangani.
Kalau bisa kita bersinergi, berkolaborasi, menggagas suatu kawasan sebagai pusat pertumbuhan baru, dengan konsep pengembangan kawasan berbasis sumber daya alam. Nah, kalau tiap tahun kita plot saja ada beberapa Kasi dalam setiap desa atau dalam setiap kecamatan, dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama seluruh Kuansing ini akan bisa menjadi pusat pertumbuhan baru yang lebih pesat.
Itu harus ada kebijakan pimpinan membentuk tim, semacam tim percepatan. Dilakukan pengkajian, kemudian dibentuk tim. Namun karena kemampuan kita terbatas untuk melakukan pengkajian, itulah solusinya. Kerja sama dengan kabupaten-kabupaten yang sudah maju, supaya bisa dia mentransfer sukses story di daerah mereka ke daerah kita. (ADV)
Penulis | : | Suharman |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Kabupaten Kuantan Singingi, Pemerintahan |