PEKANBARU (CAKAPLAH) - Temuan Kasus HIV dan AIDS masih terjadi di Pekanbaru. Berdasarkan data Dinas Kesehatan jumlah pengidap HIV dan AIDS di kota ini secara kumulatif dari tahun 2000 hingga akhir Desember 2016, ada sebanyak 1.159 kasus HIV dan 1.006 kasus AIDS. Khusus untuk tahun 2016 ditemukan 261 kasus HIV dan 188 kasus AIDS.

Dari data tersebut sebagian besar ditemukan pada laki-laki yaitu 64 persen untuk kasus HIV dan 73 persen kasus AIDS. Jika dibandingkan tahun 2015 temuan kasus HIV menurun, dimana tahun 2015 ditemukan 241 kasus HIV. Namun kasus AIDS meningkat jika dibandingkan tahun 2015 dari 168 menjadi 188.

"Jika dilihat berdasarkan pekerjaan, data HIV tertinggi ditemukan pada karyawan swasta sebanyak 409 kasus atau 35 persen dari total temuan data kumulatif. Disusul penjaja seks 190 kasus atau 45 persen, wiraswasta 156 kasus atau 13 persen dan Ibu Rumah Tangga 118 kasus atau 10 persen. Begitu juga data kasus AIDS situasinya hampir sama dengan kasus HIV," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru Hasan Supriyanto kepada Cakaplah.com, Rabu (5/4/2017).

Ditambahkan Hasan, temuan kasus yang sebagian besar ditemukan pada laki-laki ini mengindikasikan bahwa kelompok laki-laki patut dijadikan sasaran utama penanggulangan AIDS. Sementara jika dilihat berdasarkan faktor resiko atau penyebab penularan, maka sebagian besar kasus HIV di Kota Pekanbaru ditemukan karena faktor seksual atau heteroseksual. Dimana ditemukan 825 kasus HIV atau 71 persen dan 701 kasus AIDS atau 70 persen.

"Kasus HIV dan AIDS yang sebagian besar ditemukan karena faktor seksual ini jelas mengindikasikan praktek seks beresiko masih tinggi. Terlebih lagi dengan dukungan teknologi saat ini, modus prakteknya semakin beragam dan sulit diketahui. Aparat keamanan dalam hal ini kepolisian sudah beberapa kali mengungkap modus prositusi online melalui penggunaan media sosial," ungkapnya.

Oleh sebab itu, KPA Kota Pekanbaru yang tugas pokoknya pada pemberian informasi atau sosialisasi akan terus menyampaikan informasi kepada seluruh elemen masyarakat agar senantiasa mewaspadai penyebaran HIV. KPA tidak memiliki kewenangan penindakan atau penegakan hukum.

"Kita mendorong agar laki-laki yang belum menikah untuk tidak melakukan hubungan sebelum menikah. Sementara untuk laki-laki yang sudah menikah diharapkan agar setia dengan pasangan sah nya atau tidak berganti-ganti pasangan. Karena berganti-ganti pasangan saat ini berisiko tidak hanya melanggar nilai agama dan norma, tetapi juga beresiko terinfeksi HIV dan AIDS," lanjut Hasan.

Untuk itu, upaya penanggulangan pada laki-laki kedepan akan semakin ditingkatkan baik secara jumlah maupun cakupan wilayahnya. Pendekatan pencerahan dengan nilai-nilai agama dan norma-norma juga patut didorong. Perwujudan ketahanan keluarga menjaadi penting dengan mengupayakan keterbukaan dan harmonisasi antar anggota keluarga. Untuk itu upaya penanggulangan AIDS memerlukan dukungan banyak pihak termasuk tokoh agama dan tokoh masyarakat.

"Munculnya lokasi-lokasi yang disinyalir menyediakan jasa plus-plus salah satunya bisa disebabkan karena adanya permintaan yang tentu saja dari laki-laki. Dengan kesadaran yang muncul dari laki-laki baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah diharapkan keinginan untuk melakukan hal beresiko menjadi kurang walaupun dibujuk dengan berbagai cara," kata Hasan lagi.

Diharapkan kecintaannya pada keluarga dapat mengalahkan godaan yang tentu saja semakin banyak dan dinamis. Oleh sebab itu sekali lagi mewujudkan kesadaran pada laki-laki untuk tidak melakukan tindakan tersebut menjadi penting dan strategis.