Warga Inggris, Lee Mabbatt, merelakan kakinya diamputasi setelah mengalami blood clot akibat Covid-19. Foto: The Sun
|
(CAKAPLAH) - Tim dokter terpaksa mengamputasi kaki seorang pasien Covid-19 bernama Lee Mabbatt. Keputusan besar ini harus diambil karena Covid-19 menyebabkan terbentuknya gumpalan darah yang mengancam jiwa.
Mabbatt merupakan sosok laki-laki yang sehat dan bugar sebelum terinfeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, pada Oktober 2020. Laki-laki berusia 56 tahun tersebut mulanya merasakan gejala flu berat sehingga harus terbaring di kasur selama 10 hari.
Mabbatt baru saja mulai merasa lebih baik ketika muncul nyeri yang sangat menyakitkan pada kaki kanannya. Kondisi ini mendorong Mabbat untuk menghubungi telepon darurat 111.
"Mereka menyarankan parasetamol untuk mengurangi nyeri tetapi itu tidak bekerja," jelas Mabbatt, seperti dilansir The Sun.
Setelah beberapa hari tak merasakan perbaikan, Mabbatt kembali menghubungi nomor yang sama. Saat itu, petugas menyarankan Mabbatt untuk segera pergi ke unit kecelakaan dan gawat darurat rumah sakit.
Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya gumpalan darah sebesar enam inci pada bagian atas paha kanan Mabbatt. Dalam waktu singkat, Mabbatt segera memasuki ruang operasi untuk pengangkatan gumpalan darah tersebut.
Mabbatt lalu dirawat di Rumah Sakit Royal Bournemouth, Inggris selama 13 hari. Masa-masa ini digunakan untuk memantau apakah aliran darah di kaki Mabbatt bisa kembali seperti sedia kala. Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi dan kaki kanan Mabbatt mulai mati.
"Jari-jari kaki dan kaki saya menghitam dan satu-satunya opsi adalah untuk menjalani amputasi," tutur Mabbatt.
Mabbatt mengatakan, kondisi kakinya saat itu memunculkan perasaan sakit yang sangat menyiksa. Oleh karena itu, dia merasa jauh lebih mudah untuk menyetujui keputusan amputasi tersebut.
"Saya diamputasi pada 15 Desember dan dipulangkan dari rumah sakit setelah delapan hari," ujar Mabbatt.
Mabbatt bisa menerima kondisinya saat ini dengan lapang dada. Dia masih bisa bekerja dari rumah menggunakan kursi roda dan dengan latihan dia pun bisa kembali berjalan menggunakan bantuan kaki prostetik.
Mabbatt berharap kondisinya saat ini dapat menjadi pengingat bagi semua orang mengenai seberapa seriusnya kondisi pandemi Covid-19. Meski memiliki kondisi yang sehat dan bugar, Covid-19 membuatnya harus kehilangan satu kaki. Oleh karena itu, Mabbatt ingin orang-orang bisa menghadapi kondisi ini dengan serius.
Di sisi lain, Mabbatt juga menyayangkan masih ada banyak orang yang tidak kooperatif dalam menghadapi pandemi. Bahkan orang-orang tak hanya menentang kebijakan lockdown tetapi juga menjual pernak-pernik anti lockdwon.
"Bagi orang-orang ini, mereka mungkin tak akan menyadari seberapa seriusnya kondisi ini sampai seseorang yang mereka kenal terdampak (Covid-19)," tutur Mabbatt.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Republika.co.id |
Kategori | : | Internasional |