![]() |
Sri Rezeki sedang merajut tali kur menjadi tas cantik berwarna warni. Foto: ISTIMEWA
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Tangan Sri tampak lihai memainkan jarum kait untuk menguntai tali kur menjadi tas rajut cantik. Sesekali wanita berumur 45 tahun ini menyeka keringat yang mengalir di keningnya. Dirinya harus bergegas, ada beberapa pesanan tas rajut yang harus segera diselesaikannya dan akan segera diambil oleh pemiliknya.
Pemilik nama lengkap Sri Rezeki ini adalah salah satu pengrajin Tas Rajut di Kota Pekanbaru tepatnya di Kecamatan Rumbai. Bersama seorang temannya, Sri kini sudah lebih dari 3 tahun bergelut dengan tali-tali kur berwarna-warni ini untuk menambah perekonomian keluarga. Rajutan dari tangan seorang ibu dengan anak 3 ini ternyata banyak diincar oleh para peminatnya.
"Alhamdulillah untuk saat ini peminat tas rajut masih ada. Kita siap untuk membuat pesanan dengan berbagai motif yang diinginkan oleh konsumen," ujar Sri Rezeki, Selasa (1/2/2022).
Ia mengatakan untuk merajut ini sebenarnya adalah hobi sejak masih gadis, namun memang hanya masih sekedar hobi saja dan belum memikirkan untuk menjadi ladang bisnis. Namun di 3 tahun terakhir, dirinya kembali menekuni kerajinan rajut ini dan akhirnya menjadi peluang bisnis.
"Karena sudah menjadi hobi, jadi apa yang saya lakukan hari ini saya jalani dengan bahagia dan senang. Tak ada bebanlah. Dan Alhamdulillahnya, selain hobi malah ini menjadi pemasukan bagi saya. Ekonomi terbantu. Walau sedikit tapi tetap harus disyukuri," terangnya.
Dalam menjalankan usaha ini, jatuh bangun sudah menjadi hal biasa. Modal menjadi permasalahan pertama yang dihadapinya. Dengan keterbatasan modal yang dimilikinya, ketika ada pesanan tas rajut, dirinya harus meminta sebagian uang dulu kepada pemesan untuk membeli tali kur.
"Karena modal tak ada, jika ada yang pesan tas rajut kita minta dulu uangnya sebagian untuk beli bahannya. Jadi tunggu ada orang pesan dulu baru kita beli bahan dan mulai merajut tas nya. Karena kondisinya saat itu kita memang tak ada modal sama sekali," Cakapnya.
Akhirnya, sekitar tahun 2019 tepatnya di Bulan November, dirinya mendapatkan informasi soal pinjaman di Permodalan Nasional Madani (PNM). Informasi didapat dari tetangganya yang sudah terlebih dahulu melakukan pinjaman modal melalui PNM selaku penyalur Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) Pusat Investasi Pemerintah (PIP) ini.
"Pertama kenal PNM itu dari tetangga yang sebelumnya udah melakukan pinjaman modal disana. Karena prosesnya tidak rumit akhirnya saya bersama teman saya yang tergabung di Kelompok Griya Padat Karya melakukan pinjaman modal ke PNM melalui program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) dan Alhamdulillah diterima dan untuk pertamakali kita mendapatkan pinjaman modal sebesar Rp2 juta," ucapnya.
Setelah mendapatkan pinjaman dari PNM, tak serta merta usaha miliknya langsung mengalami perubahan signifikan. Pasalnya tak lama, badai pandemi Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia. Dirinya bahkan sempat merasakan selama di saat kasus pandemi Covid-19 sedang tinggi, tak ada seorangpun yang memesan kerajinan tas rajut kepadanya.
"Tidak ada satupun yang pesan ke kita. Mungkin orang lebih memilih untuk keperluan lainnya daripada untuk membeli tas. Namun kita tak putus asa, kita terus memperkenalkan tas-tas rajut kita kepada orang-orang. Kebetulan teman saya dalam membuat tas rajut ini paham Media Sosial sehingga dia memanfaatkan untuk memperkenalkan tas kami kepada orang-orang," ucapnya.
Seiring membaiknya pandemi, pesanan tas rajut mulai berdatangan. Dengan modal yang ada, untuk tali kur sebagai bahan utama pembuatan tas rajut selalu tersedia di rumahnya. Sehingga jika ada yang pesan, dirinya langsung bisa mengerjakan pesanan tersebut. Dan kini, dirinya mampu meraih omset hingga Rp1,5 juta perbulannya.
"Untuk sekarang produk kita juga bukan hanya tas rajut, kita sekarang juga memproduksi tempat tisu dari tali kur. Kalau untuk harga itu paling murah Rp50 ribu dan untuk yang paling mahal Rp200 ribu. Desain dan warna juga kami sesuaikan dengan keinginan pemesan. Alhamdulillah berkat adanya pembiayaan modal dari PNM, usaha kami ini semakin membaik sekarang," ungkapnya.
Dan hingga kini bahkan dirinya sudah 3 kali mendapatkan pembiayaan dari PNM Mekaar ini. Diakuinya, lancarnya usaha tas rajut milkiknya ini tidak terlepas dari peran serta Pembiayaan Ultra Mikro (umi) lewat program Mekaar dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
"Alhamdulillah kita sudah ketiga kalinya mendapatkan bantuan pembiayaan dari PNM. Dari awal dahulu hanya Rp2 juta kini dirinya mendapatkan bantuan pembiayaan dengan nilai mencapai Rp5 juta. Harapannya jika nanti kita bisa merekrut anggota baru untuk bisnis kerajinan tas rajut ini. Karena kalau hanya berdua capek rasanya, nanti kalau memang modal ditingkatkan, saya ingin mengajak tetangga yang lain untuk bisa bergabung dengan kami," harapnya.
Program Mekaar untuk Pemberdayaan UMKM
Produk Mekaar adalah salah satu pembiayaan umi yang penyalurannya lewat Permodalan Nasional Madani (PNM). Sejak 2017 lalu, Pusat Investasi Pemerintah (PIP) memang menggandeng Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) yang terafiliasi pemerintah seperti PNM, Pegadaian dan sejenisnya.
Program Mekaar PNM merupakan bantuan pinjaman usaha secara bertahap tanpa agunan dengan bunga rendah yang menyasar para ibu rumah tangga (IRT) guna membantu perekonomian keluarga.
Adapun manfaat yang disalurkan oleh PNM melalui layanan PNM Mekaar, meliputi peningkatan pengelolaan keuangan, pembiayaan modal tanpa agunan, penanaman budaya menabung dan juga kompetensi kewirausahaan dan pengembangan bisnis.
Pada dasarnya, nasabah PNM Mekaar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam berusaha, namun terbatasnya akses pembiayaan modal kerja menyebabkan keterampilan berusaha mereka kurang termanfaatkan. Beberapa alasan keterbatasan akses tersebut meliputi kendala formalitas, skala usaha, dan ketiadaan agunan.
Oleh karena itu, PNM menerapkan sistem kelompok tanggung renteng yang diharapkan dapat menjembatani kesenjangan akses pembiayaan sehingga para nasabah mampu mengembangkan usaha dalam rangka menggapai cita-cita dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Pimpinan PT PNM Cabang Pekanbaru Turmuzi mengatakan secara total PNM Cabang Pekanbaru telah menyalurkan pembiayaan kepada 284.727 nasabah, dengan besar penyaluran mencapai Rp708.309.000.000.
"Sementara itu, per 22 Januari, tercatat nasabah di Kecamatan Rumbai Pesisir telah mencapai 4.643 orang, dengan total pinjaman Rp12.969.911.748, dan nasabah di Kecamatan Rumbai mencapai 4.410 orang, dengan total pinjaman Rp11.708.143.821," Cakapnya.
Beri Pelatihan kepada Nasabah
Tak hanya memberikan pembiayaan modal saja, Permodalan Nasional Madani juga membantu UMKM guna meningkatkan kapasitas usaha bisnisnya dengan melakukan pendampingan usaha. Tak hanya itu saja, PNM juga rutin memberikan pelatihan-pelatihan untuk para nasabahnya.
Seperti yang dilakukan PNM Cabang Pekanbaru pada Rabu (27/1/2022) lalu, pihaknya bersama BRI dan Pegadaian mengadakan pelatihan literasi keuangan terhadap 100 perempuan yang menjadi nasabah PNM Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) di Kawasan Rumbai dan Rumbai Pesisir.
Pemimpin PNM Cabang Pekanbaru Turmuzi mengatakan melalui pelatihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga bisa membantu meningkatkan ekonomi keluarga. Pelatihan ini merupakan pertama kali di tahun 2022 ini dimana PNM hanya mengundang 100 orang dari sekitar 8.000 orang nasabah PNM Mekar yang ada di kawasan Rumbai dan Rumbai Pesisir.
"Dalam kegiatan ini PNM memberikan literasi keuangan kepada nasabah yang masih kecil serta pelatihan cara menabung serta membuat laporan keuangan yang sederhana sehingga nantinya nasabah mampu mengembangkan usaha agar bisa pandai dan naik kelas," sebutnya.
Menurut Turmuzi, ibu-ibu yang menjadi nasabah PNM Mekaar yang ikut pelatihan selama ini belum bisa mengatur modal usaha dan keuangan pribadi sehingga pencatatannya masih tercampur. Untuk itu, lanjut Turmuzi, perlu diberikan pelatihan cara mengelola keuangan sehingga akan terlihat pendapatan dan keuntungan.
"Diharapkan, setelah mengikuti pelatihan para nasabah mampu mengembangkan usaha, dan menjadi lebih cerdas sehingga bisa naik kelas," harapnya.
Harapan Baru bagi Pelaku Usaha Ultra Mikro
Pembiayaan Ultra Mikro atau disingkat menjadi UMi adalah sebuah program bantuan sosial lanjutan dengan menyasar usaha mikro pada lapisan terbawah yang belum bisa diberikan fasilitas perbankan melalui program KUR (Kredit Usaha Rakyat). Singkatnya, UMi adalah bantuan pinjaman modal dari pemerintah dalam upaya membantu para pelaku usaha mikro atau kecil.
Usaha Pemerintah dalam Pembiayaan UMi ini bertujuan untuk menyediakan fasilitas pembiayaan yang mudah dan cepat bagi Usaha Ultra Mikro serta menambah jumlah wirausaha perorangan yang difasilitasi oleh Pemerintah.
Umi dikelola oleh Badan Layanan Umum Pusat Investasi Pemerintah (BLU PIP) merupakan organisasi yang bertanggungjawab kepada Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan. Dalam pelaksanaannya BLU PIP menunjuk Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) sebagai penyalur, lembaga ini bukan Bank, Lembaga Asuransi maupun Lembaga Penjamin. Saat ini ada 10 LKBB pemerintah dan Pegadaian serta 7 LKBB non afiliasi pemerintah. LKBB itulah yang menjalankan program UMi hingga langsung menyentuh ke pelaku usaha.
Pembiayaan Ultra Mikro sampai dengan 31 Desember 2021 telah disalurkan kepada Rp5.398.269 Debitur dengan nilai penyaluran sebesar Rp18.085.417.889.014,-. Khusus untuk tahun 2021, Pembiayaan Ultra Mikro telah disalurkan kepada 1.958.224 debitur dengan nilai penyaluran sebesar Rp7.034.628.752.727,-.
Di tahun 2022 ini pembiayaan umi ditarget bisa menyasar 2 juta debitur lagi atau naik 10 persen dari capaian tahun lalu yang sebanyak 1,8 juta debitur.
Direktur Utama PIP Ririn Kadariyah menjelaskan bahwa pihaknya bertugas mendukung perkembangan usaha ultra mikro melalui pembiayaan. Geliat usaha mikro menjadi sangat penting dalam pemulihan ekonomi nasional. Sampai akhir 2021, PIP telah menyalurkan pinjaman umi mencapai Rp18,07 triliun kepada lebih dari 5,39 juta orang debitur di seluruh Indonesia.
Menurut Ririn, pihaknya menargetkan pertumbuhan jumlah debitur yang lebih besar pada tahun ini. "Pada tahun 2022, Pusat Investasi Pemerintah menargetkan penyaluran pembiayaan UMi akan menjangkau dua juta orang pelaku usaha ultra mikro," ujar Ririn.
Menurutnya, dukungan pembiayaan memiliki peranan penting agar pelaku usaha ultra mikro dapat meningkatkan kualitas dan nilai usahanya. Peningkatan skala usaha melalui pembiayaan dapat membuat usaha ultra mikro agar maju dan naik kelas, sehingga bisa memberikan manfaat bagi lingkungan mereka. Ririn menjabarkan bahwa UMKM, yang mencakup usaha ultra mikro, berkontribusi 61,07 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, UMKM mampu menyerap 97 persen total tenaga kerja atau mencapai 64,2 juta orang.
"Upaya-upaya tersebut diharapkan akan meningkatkan kesempatan pelaku usaha ultra mikro agar bisa naik kelas, dalam artian meningkatkan kesejahteraan keluarga, bahkan bisa membuka kesempatan kerja bagi anggota keluarga atau komunitas sekitarnya," tutup Ririn.
Penulis | : | Unik Susanti |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Ekonomi, Kota Pekanbaru |










































01
02
03
04
05




