PEKANBARU (CAKAPLAH) - Wajah Sari tampak bahagia saat mengoperasikan mesin pengaduk tepung yang belum lama ini didapatnya dari para Dosen Politeknik Caltex Riau (PCR). Dirinya sudah membayangkan tangannya kini tidak akan capek dan pegal seperti biasanya saat mengaduk tepung dengan cara manual.
Sari adalah pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Tepung Kentucky Valencia Chicken yang beralamat di Gang Kenari No.6, Limbungan Baru, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru. Dirinya menjadi penerima bantuan hibah program kemitraan masyarakat Politeknik Caltex Riau (PCR) tahun 2022.
Bantuan in diberikan oleh tiga dosen PCR yang melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat yang dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tiga dosen tersebut adalah Tianur selaku Ketua Tim Pengusul Program Kemitraan Masyarakat PCR 2022, kemudian Putri Madona dan Anggi Trisnadoli sebagai anggota.
"Ini adalah kegiatan pengabdian masyarakat yang dibiayai oleh Kemendikbud, nah kebetulan proposal kita lolos," ujar Tianur saat berbincang dengan CAKAPLAH.com, Senin (24/10/2022).
Ia mengatakan sebelumnya pihaknya mencari mitra terlebih dahulu yang betul-betul membutuhkan. Jadi setelah mendapatkan mitra kemudian pihaknya menghubungi mitra tersebut dan menyampaikan masalah apa yang dihadapi.
"Kemudian kita pelajari dan kita buatkan proposal untuk jalan pemecahannya seperti apa. Dari apa yang disampaikan oleh mitra kita yakni Ibu Sari maka kita dapatkan permasalahannya yaitu kendalanya adalah di pengadukan yang membutuhkan waktu yang lama karena menggunakan mesin manual. Kemudian juga dalam pengemasannya. Jadi setelah kita pelajari memang mitra kita ini butuh mesin agar proses produksinya bisa lebih efisien dan cepat dari sebelumnya," cakapnya.
Disampaikan Tianur, ada 3 mesin yang diberikan dalam hibah program kemitraan masyarakat ini yaitu mesin pengaduk tepung, mesin penepung dan juga mesin Sealer. Selain itu pihaknya juga memberikan 1 desain kemasan.
"Mesin pengaduk yang kita berikan ini mempunyai kapasitas 50 Kg. Untuk lama pengadukannya tergantung kebutuhan ya, namun untuk usaha ibu Sari ini hanya 10 menit. Yang kedua adalah mesin penepung. Jika sebelumnya membeli bumbu-bumbu tepung itukan mahal ya, nah dengan adanya mesin ini bu Sari bisa membeli bahan-bahan mentah dan digiling sendiri menjadi bumbu tepung, jadi lebih murah. Dan yang ketiga adalah mesin Sealer. Sebelumnya mitra kita memakai yang manual sehingga sering bocor. Dengan mesin Sealer ini kemasan akan semakin rapi dan tentunya lebih cepat juga dalam pengerjaannya," terangnya.
Tak hanya berhenti sampai di sini saja, setelah ini pihaknya juga masih akan memberikan workshop pelatihan pembukuan keuangan sederhana. Nanti salah satu dosen PCR juga sebagai salah satu pemterinya.
"Mitra akan diajarkan nanti bagaimana membuat catatan keuangan sederhana agar si UMKM nya tahu untung berapa ruginya berapa, jadi lebih jelaslah," ucapnya.
Sementara itu, Sari selaku Owner dari Tepung Kentucky Valencia Chicken mengaku sangat senang atas bantuan yang diberikan oleh para dosen PCR. Bantuan mesin ini sangat memudahkan dirinya dalam memproduksi tepung kentucky yang sudah digelutinya sejak tahun 2019 lalu.
"Awalnya memang tim PCR terlebih dahulu melakukan peninjauan ke usaha kita ini ya. Setelah itu baru dikonfirmasi kalau akhirnya kita diberikan bantuan alat-alat ini," ujar Sari.
Ia mengatakan dengan adanya bantuan mesin pengaduk ini, pekerjaannya kini menjadi sangat ringan. Biasanya dalam satu bulan itu dengan cara manual, dirinya paling maksimal hanya mampu membuat tepung kentucky ini sebanyak 500-600 Kg.
"Karena kalau manual itu kan capek ya, mengaduknya itu bikin tangan pegel. Waktu yang digunakan juga cukup lama. Dengan mesin pengaduk ini bisa masuk sekaligus 50 Kg, waktunya juga hanya 10 menit sudah tercampur rata semua. Ini sangat memudahkan pekerjaan saya," jelasnya.
Dengan adanya mesin ini dirinya menargetkan dalam sebulan akan mampu menghasilkan 1 ton lebih tepung kentucky dalam satu bulan.
"Kalau pasar kita saat ini paling banyak itu adalah para penjual ayam Geprek ya, kemudian juga pembeli-pembeli lainnya yang memang sudah menjadi langganan. 99 persen penjualan kita ini melalui online. Target kita ke depan kita akan jual juga di swalayan-swalayan. Dengan alat ini saya yakin bisa memenuhi permintaan pasar yang memang semakin lama semakin banyak," ungkapnya.
"Untuk harga juga relatif murah. Kita jual Rp22 ribu untuk ukuran 1 kilogramnya," pungkasnya.
Penulis | : | Unik Susanti |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Pendidikan, Riau |