PEKANBARU (CAKAPLAH) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Provinsi Riau menggelar seminar dan workshop Update Resusitasi Neonatus, Imunisasi dan Pencegahan Stunting untuk Puskesmas Daerah terpencil dan terisolir yang ada di Provinsi Riau.
Kegiatan yang digelar di RSIA Budhi Mulia Pekanbaru, Sabtu (19/8/2023) ini dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Zainal Arifin, SKM, M. Kes.
"Kami atas nama Pemerintah Provinsi berterima kasih kepada IDAI karena sudah menggagas kegiatan bagaimana meningkatkan kemampuan petugas kesehatan khususnya yang di daerah terisolir," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Zainal Arifin, SKM, M. Kes, Sabtu (19/8/2023).
Ia menceritakan masih ada bidan yang sudah 10 tahun bekerja tapi tidak pernah diupdate ilmunya. Dengan adanya workshop ini, maka menjadi sarana bagi mereka untuk mengupdate ilmu.
"Bagaimana itu resusitasi neuratus, bagaimana itu pernapasan baru lahir, jangan sampai bayi itu kekurangan oksigen yang menyebabkan dia meninggal. Jadi kadang-kadang ada bayi baru lahir tidak bernafas, nah melalui teknik-teknik, itu bisa bernapas. Ilmu-ilmu seperti itulah yang harus kita update terus," cakapnya.
Disampaikan Zainal, sekarang ini setiap Puskesmas didampingi oleh dokter spesialis, sampai ke daerah terpencil, ada 238 dokter spesialis yang akan mendampingi walaupun nanti secara luring.
"Jadi kalau ada kematian atau update ilmu, dokter inilah nanti yang akan memberikan penguatan. Harapan kita dengan ini mudah-mudahan, dengan strategi baru yang kita bisa lakukan ini bisa menurunkan angka kematian ibu bayi, anak dan juga penurunan stunting," sebutnya.
Saat ini di Provinsi Riau ada 252 kasus kematian bayi di tahun 2022.
"Dengan workshop ini bisa menjadi salah satu upaya menekan juga angka kematian. Karena dengan bertambahnya kemampuan Nakes, maka mereka bisa menangani bayi jangan sampai meninggal karena salah strategi penanganan, inilah update ilmunya. Dalam workshop ini nanti akan dijelaskan secara detail, kemudian ada prakteknya jiga bagaimana cara memberikan napas buatan, bantuan pernapasan dan lain sebagainya," sebutnya.
Ketua IDAI Provinsi Riau DR. Dr. Deddy Satriya Putra, SpA(K) mengatakan kegiatan ini diikuti oleh 60 Puskesmas terpencil yang berada di Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Riau. Ada yang dari Rokan Hilir, Inhil, Meranti, Rengat dan lain sebagainya. Kegiatan ini digelar masih dalam rangka HUT RI ke-78.
"Workshop ini digelar secara gratis dari kami. Ada tiga topik utama ya, yang pertama adalah soal Update Resusitasi, kemudian, Capaian Imunisasi dan yang ketiga adalah adalah soal stunting yang memang menjadi program nasional juga," ujar DR. Dr. Deddy Satriya Putra, SpA(K).
Ia mengatakan pihaknya memberikan dokter dan paramedisnya ini bagaimana cara mencegah stunting, imunisasi dan resusitasi awal di puskesmas sehingga bayi bisa diselamatkan meskipun nanti ditransfer ke rumah sakit besar.
"Itu yang kita ajarkan bagaimana cara kita itu untuk resusitasi awal bayi, terus stabilisasi dan selanjutnya transportasi. Jadi bayi-bayi itu dikirim jangan dalam keadaan jelek, harus stabil dulu. Transportasinya juga harus siap, dengan alat bantu napas dan lainnya kan, sehingga sampai di rumah sakit itu bayinya masih hangat dan tidak biru," jelasnya.
"Itu yang kita jaga, karena itulah tugas kita semua, terutama kami dokter anak punya tanggungjawab moral menurunkan angka kematian bayi terutama bayi baru lahir sebagai generasi bangsa," imbuhnya.
Lebih lanjut dirinya berharap kepada semua yang hadir bisa menularkan ilmunya ke puskesmas di sekitarnya sehingga samalah kualitas semua Puskesmas, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang ada di provinsi Riau bisa lebih bagus dan bisa menyelamatkan banyak bayi.
Ketua Bidang Organisasi IDI Wilayah Riau Dr.dr.Tb Odih R Wahid,SpBA,SubSp D.A(K), C.M.C, MKM,FISQua mengatakan pihaknya sangat mendukung setiap kegiatan yang bersifat continuing education atau pendidikan berkelanjutan ntuk mengupdate keilmuan.
"Apalagi resusitasi neuratus, imunisasi dan stunting adalah program nasional yang harus di dekati agar kesehatan masyarakat lebih baik lagi," ujar dr Odih.
Ia mengatakan IDAI adalah perhimpunan yang aktif dalam memberikan berbagai keilmuan ataupun update keilmuan. Harapannya juga tentu seminar yang didapat ini bisa teraplikasi di lapangan, agar sesuai dengan ilmu yang didapat dengan ilmu di lapangan.
"Kalau yang workshop ini sekarang adalah keilmuannya, nah di lapangannya aplikasinya seperti apa. Jadi tak berhenti di keilmuan saja, harus diaplikasikan di lapangan," ujar Ketua IDI Pekanbaru ini.
Saat ini IDI Pekanbaru bersama dengan Dinas Kesehatan akan membuat desa binaan atau kampung binaan yang sifatnya untuk mendukung program pemerintah.
"Saat ini memang masih kita inisiasi. Jadi saling berkolaborasi," pungkasnya.
Hadir sebagai narasumber dr. Dian Dwi Sary Mustika Febryany, Sp.A(K) menyampaikan soal update Imunisasi IDAI, dr. Rizalya Dewi,Sp.A(K) menyampaikan soal update Resusitasi Neonatus, dr. Zulfikri, SP.A menyampaikan materi Stabilisasi Neonatus, dr. Nazardi Oyong, Sp.A menyampaikan materi transportasi Neonatus Pasca stabilisasi dan dr. Hasriza Eka Putra, M.Sc,Sp.A menyampaikan materi identifikasi dan penanganan awal stunting.
Penulis | : | Unik Susanti |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Kesehatan dan Keluarga |