PEKANBARU (CAKAPLAH) - Calon legislatif (Caleg) ramai-ramai melakukan kampanye dengan menebar Alat Peraga Kampanye (APK) berupa baliho, spanduk di sudut jalanan Kota Pekanbaru.
Menanggapi itu, Pengamat Politik Universitas Islam Riau (UIR) Dr Panca Setyo Prihatin saat berbincang dengan CAKAPLAH.com, Senin (1/1/2024) mengatakan, bertebarannya baliho caleg di hampir sudut di Pekanbaru menjelang pemilu serentak 2024 adalah bagian dari strategi politik para kandidat maupun partai politik untuk membangun personal and political branding (upaya mengenalkan diri atau partai) ke publik dengan jargon yang beragam.
"Seberapa efektif model semacam ini dilakukan? Dalam kontestasi politik, pengenalan diri melalui baliho dan lainnya di areal publik tetap ada manfaatnya, setidaknya ini bagian dari pengenalan diri dan pencitraan, dalam istilah politik kita sebut sebagai membangun popularitas," kata Panca memulai analisanya.
"Akan tetapi kerja politik tidak bisa berhenti di titik itu, harus diikuti dengan kerja politik yang konkrit, seperti sosialisasi dengan turun ke basis pemilih dan secara terstruktur membangun peta politik dengan membaca peluang. Karena tujuan akhir dari proses politik itu adalah amanah untuk mendapatkan jabatan politik, maka kerja politik konkrit di masyarakat harus terukur," cakapnya lagi.
Personal branding dan political branding yang sudah dimulai dengan memajang baliho kandidat, kata Panca semakin bermakna ketika kerja politik itu dikaitkan dengan elektabilitas atau dukungan nyata publik kepada calon yang berkontestasi di bilik suara (TPS) 14 Februari 2024 mendatang.
Namun, menurut Panca, akan lebih bermakna jika dana kampanye yang tersedot banyak dalam pembuatan APK dimanfaatkan untuk biaya konsolidasi dan pembinaan basis.
"Kondisi hari ini yang serba sulit, di mana harga barang semakin mahal, sementara daya beli masyarakat semakin rendah tentu sangat bermanfaat jika upaya pembinaan basis itu ditujukan untuk kerja politik konkrit," ulasnya.
Apalagi tentunya, kata Panca, ukuran keberhasilan seorang kandidat tidak hanya dilihat dari upaya kerasnya mendapat dukungan politik di awal, tapi ketika selama amanah diberikan tetap melakukan pembinaan dan perhatian kepada masyarakatnya.
"Sehingga ada nilai kebermanfaatannya bagi masyarakat dan bukan semakin menjauh dari masyarakat dan hadir lagi saat pemilu akan datang," katanya.**