(CAKAPLAH) - Pembicaraan tentang mendekatnya Perang Dunia III telah marak sejak invasi Rusia ke Ukraina. Namun ternyata, ada begitu banyak titik panas (hot spot) konflik di dunia yang bisa berakhir dengan perang.
Berdasarkan analisis para pakar, setidaknya ada lima potensi ancaman perang yang bisa terjadi pada tahun 2024 ini.
1. Perang NATO vs Rusia
Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman (DGAP) menganggap skenario perang ini mungkin terjadi, setelah berakhirnya pertempuran sengit di Ukraina. Para pakar di dewan tersebut percaya, Rusia memerlukan waktu 6-10 tahun untuk mempersiapkan hal ini. Hal ini bisa dimulai dari negara-negara Baltik, terutama jika Moskwa punya keyakinan hal ini akan berhasil.
Institute for the Study of War (ISW) percaya bahwa Rusia sudah mempersiapkan perang dengan NATO. Para analis mencatat bahwa negara agresor mengerahkan sumber daya angkatan laut yang berharga ke wilayah di luar Ukraina dan Eropa Timur untuk mengancam aliansi tersebut dan sekutunya di banyak wilayah. Pada saat yang sama, ISW tidak yakin apakah Rusia akan mampu memproduksi kapal perang strategis dengan skala dan kualitas yang tepat di tahun-tahun mendatang.
Namun ini tidak berarti bahwa Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) bisa mengabaikan ancaman semacam itu. Ada pendapat bahwa invasi Rusia ke Ukraina yang memberi makna pada keberadaannya. Misalnya, pada pertemuan di Vilnius tahun ini, para pemimpin organisasi tersebut berjanji untuk menginvestasikan setidaknya 2% PDB di bidang pertahanan setiap tahunnya.
Selain itu, anggota aliansi menyetujui rencana regional baru untuk melawan dua ancaman besar, Rusia dan terorisme.
2. Perang Armenia vs Azerbaijan
Azerbaijan mendapatkan kembali kendali atas wilayah Nagorno-Karabakh tanpa banyak perlawanan dari Armenia. Mulai Desember 2023, kedua negara melakukan pertukaran tawanan perang. Para pemimpin kedua negara mengeluarkan pernyataan bersama tentang kesiapan mereka untuk mencapai perdamaian yang telah lama ditunggu-tunggu di kawasan.
Lalu Apa yang salah? Roza Melkumyan, Program Officer Eropa dan Eurasia di Freedom House mengungkapkan pandangan kalau Pemerintah Azerbaijan akan terus bergerak mencari tambahan teritorial, dan kemenangan militer.
Oposisi Armenia juga telah meragukan perjanjian damai kedua negara.
Posisi militer Azerbaijan saat ini berada dalam kekuatan besar di perbatasan dengan Armenia, dan ini telah menimbulkan ketidakseimbangan kekuatan.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev juga tidak menutup kemungkinan akan terjadi konflik baru di kawasan. Karena ia meyakini, bahwa pihak berwenang Armenia ingin membalas dendam atas hilangnya kendali atas Nagorno-Karabakh.
3..Perang Taliban vs ISIS di Afghanistan
Selama lebih dari dua tahun, komunitas internasional telah menyaksikan Taliban mengubah Afghanistan. Sementara itu krisis kemanusiaan terus berlanjut di negara tersebut.
Voice of America mencatat, wilayah Khorasan yang dikuasai cabang ISIS adalah ancaman paling serius bagi Taliban. Bahkan mantan kepala kontraterorisme CIA Robert Grenier memperingatkan ancaman ISIS ini. Pada 2020, militer AS juga sempat mendukung Taliban dengan menembakkan rudal dan drone dari udara ke posisi Wilayat Khorasan.
Kawasan Afghanistan diyakini bakal terys dilanda konflik. Karena selain ISIS dan kelompok pemberontak, ada kelompok Al Qaeda yang telah mendirikan markas besar di Afghanistan.
4. Perang Israel vs Hizbullah di Lebanon
Eric R. Mandel, direktur MEPIN (Jaringan Informasi Politik Timur Tengah), memperingatkan bahwa salah satu konflik yang bisa terjadi di 2024 adalah konfrontasi skala besar dengan Hizbullah yang didukung oleh Iran di Lebanon. Para ahli memperkirakan akan terjadi pada awal tahun 2024.
Pada Desember 2023, kelompok Lebanon Hizbullah mengintensifkan penembakannya terhadap wilayah Israel. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membalas serangan itu. Pada saat yang sama, pihak berwenang Israel sedang mencari cara diplomatik untuk menghentikan eskalasi ketegangan.
Menurut Menteri Pertahanan Yoav Galant, negaranya siap membuat kesepakatan dengan Hizbullah. Syaratnya adalah terciptanya zona keamanan di sepanjang perbatasan dengan Lebanon dan adanya jaminan yang sesuai.
Eric R Mandel mencatat, Israel memiliki dua cara untuk mendapatkan kembali kendali atas perbatasan utara. Yang pertama adalah memaksa Hizbullah untuk mematuhi Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 melalui diplomasi, yang kemungkinan besar tidak akan berhasil. Yang kedua adalah operasi militer.
Menteri Pertahanan Yoav Galant telah menegaskan bahwa Israel akan siap bertindak dengan segala cara jika tidak ada pilihan lain.
5. Perang Manusia vs Kecerdasan Buatan (AI)
Bentrokan antara manusia dan mesin tampak seperti sesuatu yang terjadi di film atau novel fiksi ilmiah. Apalagi di tahun 2023, dunia sedang mengalami konflik yang jauh lebih nyata dan berdarah. Meski demikian, sepanjang tahun lalu, sejumlah pakar telah menjelaskan bagaimana AI dapat menghancurkan umat manusia.
Berikut adalah beberapa skenario yang mungkin terjadi:
Manusia kehilangan kendali atas AI, dan AI mulai mengambil keputusan secara independen, sehingga berpotensi mendapatkan akses ke sistem senjata atau kemampuan berbahaya lainnya. Mantan CEO Google Eric Schmidt telah membuat takut semua orang bahwa AI dapat menimbulkan ancaman bagi umat manusia dalam 5-10 tahun.
AI secara keliru menggunakan senjata nuklir
Seorang ilmuwan yang tidak disebutkan namanya dari Universitas Cambridge mengatakan kepada tabloid I bahwa sistem tersebut dapat salah mengira seekor burung sebagai ancaman yang mendekat dan memulai serangan nuklir jika tidak ada manusia di dekatnya yang dapat menghentikannya.
Lembaga think tank RAND memperingatkan kemungkinan kesalahan perhitungan AI (yang belum mencapai kematangan teknologi) jika digunakan untuk mengendalikan senjata nuklir.
AI secara keliru menggunakan senjata untuk melawan warga sipil
Paul Scharre, wakil presiden dan direktur studi di Center for a New American Security, yakin bahwa dalam kasus ini, kejahatan perang sudah jelas terlihat. Tapi tidak ada yang bisa diadili. Namun cerita ini bisa dikembangkan ke skala yang lebih serius. Misalnya, AI secara keliru membunuh sekelompok orang dari negara lain yang mempunyai hubungan tegang, dan akibatnya, hal itu berubah menjadi konflik antarnegara.
Sistem AI memulai perang satu sama lain, menghancurkan seluruh kehidupan
Skenario ini tidak kalah menakutkannya, tetapi yang lebih realistis adalah bahwa selama perang tertentu, manusia tidak lagi mampu menghadapi situasi yang terus berubah di medan perang dan menyerahkan sebagian besar keputusan mereka kepada mesin. Tindakan mereka mengakibatkan kehancuran besar-besaran sebelum manusia sempat melakukan intervensi.
Mantan komandan pasukan NATO di Afghanistan, Jenderal John Allen, dan Amir Hussain, seorang pengusaha keturunan Pakistan-Amerika, menyebut hal ini sebagai “perang hiper”.
Editor | : | Jef Syahrul |
Sumber | : | Beritasatu.com |
Kategori | : | Internasional |