Presiden Vladimir Putin menyerukan agar Rusia memperkuat nuklir dan meningkatkan produksi massal rudal hipersonik menjelang peringatan setahun invasi Ukraina. (AFP/Sputnik/Pavel Bednyakov)
|
(CAKAPLAH) - Presiden Vladimir Putin menyerukan agar Rusia memperkuat senjata nuklir dan meningkatkan produksi massal rudal hipersonik menjelang peringatan satu tahun negaranya menginvasi Ukraina.
"Seperti sebelumnya, kami akan meningkatkan perhatian untuk memperkuat triad nuklir," ujar Putin pada Kamis (23/2), seperti dikutip Reuters.
Ketika menyebut triad nuklir, Putin merujuk pada rudal darat, laut, dan udara.
Selain itu, Putin juga menyerukan peningkatan produksi massal sejumlah rudal hipersonik Negeri Beruang Merah, termasuk Kinzhal dan Zircon.
"Kami akan melanjutkan produksi massal sistem hipersonik udara, Kinzhal, dan memulai produksi massal rudal hipersonik laut, Zircon," ucap Putin.
Tak hanya itu, Putin juga untuk pertama kalinya mengungkap Rusia akan mengerahkan sistem rudal balistik antarbenua Sarmat. Senjata itu dapat membawa sejumlah hulu ledak dalam satu perjalanan.
Putin memang kian lantang membicarakan ambisi nuklirnya menjelang satu tahun invasi Rusia di Ukraina yang jatuh pada Jumat (24/2).
Pada Kamis malam, Putin juga beradu pernyataan dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, terkait nuklir. Perang pernyataan ini pecah setelah Putin menangguhkan perjanjian nuklir dengan AS.
Bertajuk Strategic Arms Reduction Treaty/New START, perjanjian itu bertujuan untuk membatasi persenjataan AS dan Rusia sebagai negara dengan nuklir terbesar.
Berdasarkan kesepakatan itu, kedua negara maksimal memiliki 1.550 hulu ledak nuklir demi menjamin keamanan global. Namun kini, Putin menganggap AS menggiring dunia ke perang global karena mempersenjatai Ukraina.
Putin menangguhkan New START sehari setelah Biden berkunjung ke Ukraina. Dalam lawatan itu, Biden menegaskan bahwa AS dan NATO akan mempertahankan demokrasi dan kemerdekaan di Ukraina.
Setelah Putin menangguhkan New START, Biden memperingatkan bahwa langkah Rusia itu merupakan kesalahan besar.
Meski demikian, Biden mengatakan, "Saya tak menganggapnya sebagai pertanda bahwa dia berpikir untuk menggunakan senjata nuklir atau semacamnya."
Namun, Biden memastikan bahwa AS akan "mempertahankan setiap jengkal NATO." Selama ini, muncul kekhawatiran perang nuklir antara Rusia dan NATO.
Kekhawatiran ini mencuat karena Putin beberapa kali mengancam bakal menggunakan senjata nuklir karena negara-negara NATO terus mempersenjatai Ukraina.
Di tengah retorika panas Putin ini, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, akhirnya buka suara.
Ia menegaskan bahwa invasi Rusia merupakan pelanggaran terhadap Piagam PBB dan hukum internasional. Guterres pun mengecam ancaman kemungkinan penggunaan senjata nuklir.
"Kami mendengar ancaman-ancaman implisit untuk menggunakan senjata nuklir. Taktik penggunaan senjata nuklir sangat tak bisa diterima. Ini waktunya menghindari jurang [perang nuklir]," katanya.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Cnnindonesia.com |
Kategori | : | Internasional |