Kalaksa BPBD Riau, M Edy Afrizal
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) batal melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengalihkan awan hujan di wilayah Provinsi Riau. Pasalnya, beberapa hari belakang curah hujan di Provinsi Riau menurun.
Sebelumnya sempat muncul wacana BNPB akan melakukan modifikasi cuaca untuk mengurangi curah hujan yang menyebabkan banjir di sejumlah titik di Provinsi Riau. Namun informasi terbaru, TMC untuk mengurangi intensitas curah hujan itu dibatalkan menyusul adanya perubahan cuaca yang saat ini sudah mulai masuk musim panas.
"Kita sudah koordinasi dengan BMKG, seminggu kedepan itu diprediksi curah hujan di Riau itu mulai berkurang, antara ringan sampai sedang," ujar Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, M Edy Afrizal, Selasa (23/1/2024).
Edy Afrizal mengatakan, jika pihaknya sudah melaporkan kondisi perubahan cuaca di Riau tersebut kepada BNPB. Hasil koordinasi dengan BNPB diputuskan Pemprov Riau tidak disarankan untuk mengajukan TMC guna menurun intensitas curah hujan.
"Kita sudah koordinasikan dengan BNPB, itu tidak kita ajukan, sebab kalau tetap dilakukan TMC justru kita khawatir Riau minim curah hujan dan rawan Karhutla. Karena ini kan sudah mulai masuk kemarau tahap satu," terangnya.
Sebelumnya, Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto saat rapat koordinasi penanganan banjir di Provinsi Riau, Jumat (19/1/2024) di Gedung Daerah Riau mengatakan, BNPB berencana melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengalihkan awan hujan di Provinsi Riau sebagai antisipasi banjir besar.
"Kita sudah sepakat dalam waktu satu dua ini kita lakukan TMC (di Riau), nanti saya koordinasi dengan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru. Mungkin pesawat TMC nya akan segera datang," kata Letjen Suharyanto.
Dia mengatakan, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam seminggu kedepan wilayah Provinsi Riau masih diguyur hujan lebat.
"Mudah-mudahan dengan TMC bisa membantu, sehingga tidak menyebabkan banjir besar di Riau yang mengakibatkan putusnya jalur logistik dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara," ujarnya.
Sebab, kata Letjen Suharyanto, penanganan banjir secara instan dari darat di Riau tidak bisa dilakukan. Karena itu, salah satunya penanganan harus dari atas untuk mengurangi volume air hujan yang turun.
"Nanti TMC dilakukan secara masif beberapa hari. TMC ini agak sedikit berbeda dengan TMC pencegahan Karhutla. Kalau kebakaran mudah, tinggal datangkan hujan. Sehingga hujan turun memadamkan api. Tapi kalau hujan ini susah. Karena menghentikan hujan tidak mungkin. Paling bisanya hanya mengalihkan," terangnya.
Letjen Suharyanto menyatakan, TMC tersebut sudah dilakukan di dua provinsi prioritas yakni DKI Jakarta dan Jawa Barat. Meski hasilnya tidak nampak secara kasat mata, namun upaya ini dapat mencegah bencana banjir besar.
"Dalam dua bulan terakhir kita juga sudah gelar TMC di dua provinsi prioritas, yakni DKI Jakarta dan Jawa Barat. DKI Jakarta harapnya jangan sampai datang banjir besar, karena ini menyangkut nama baik ibukota Indonesia. Memang hasilnya tidak keliatan secara visual. Jawa Barat juga begitu. Tapi kalau tidak dilakukan TMC mungkin bencananya lebih besar," tukasnya.
Penulis | : | Amin |
Editor | : | Unik Susanti |
Kategori | : | Pemerintahan, Lingkungan, Riau |