PEKANBARU (CAKAPLAH) - Aparatur pemerintah khususnya Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Riau bersama lima elemen pentahelix (pemerintah, akademisi, swasta/pelaku usaha pariwisata, komunitas, media dan masyarakat) senantiasa dituntut untuk bisa memberikan dorongan kepada sektor kepariwisataan di daerahnya. Untuk itu langkah-langkah yang penting dilakukan terutama dalam menggali dan mendukung serta mengembangkan berbagai potensi kepariwisataan di Indonesia khususnya di provinsi Riau adalah bagaimana upaya secara bersama-sama meningkatkan segala potensi dan aspek pendukung lainnya terutama sumber daya manusianya (SDM).

Guna meningkatkan SDM dibidang pariwisata, Bidang Sumber Daya Pariwisata (SDP) Dispar Riau menggelar kegiatan pembinaan kreativitas/usaha ekonomi masyarakat untuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang berlokasi di sekitar objek wisata di pekanbaru. Kegiatan ini diikuti 24 orang peserta, dilaksanakan mulai tanggal 2 sampai 3 April tahun 2018, dan dibuka secara langsung oleh kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Riau, Fahmizal Usman.

Pada acara itu Kadispar Riau, Fahmizal, menyampaikan, dua tahun belakangan ini semakin banyak destinasi wisata yang muncul di provinsi Riau, menurutnya hal ini merupakan sebuah potensi yang penting untuk dikelola dan ditangani dengan baik agar dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan daerah, baik dari segi ekonomi, sosial masyarakat, dan juga pelestarian lingkungan hidup.

“Tidak dapat dipungkiri dunia pariwisata sangat erat kaitannya dengan wirausaha dan industri kreatif yang berkembang pesat saat ini, jika dikelola dengan baik kedua sektor itu merupakan dua hal yang sangat berpengaruh dan saling bersinergi. Dengan kreativitas yang tinggi dari masyarakat, tentunya akan merangsang daerah tujuan wisata untuk menciptakan produk-produk inovatif yang akan memberi nilai tambah dan daya saing yang lebih tinggi, sehingga mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat yang berada di sekitarnya,’’kata kadispar Riau, Fahmizal, di Pekanbaru, pada Rabu (3/4/2018) siang.

“Pada kegiatan ini kami mengundang Kepala Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, yaitu bapak, Udi Kartoko (40), sebagai narasumber yang telah berhasil mengelola wilayahnya menjadi desa wisata terbaik tingkat Asia tenggara (ASEAN) dan pernah meraih pengharagaan sebagai tokoh inspirasi dalam bidang pariwisata dari perusahaan media massa di Jawa timur,’’ kata Kadispar Riau, Fahmizal Usman.

Kepala Desa Pujon Kidul, Udi Hartoko, saat hadir di Pekanbaru pada kegiatan pembinaan yang digelar Dispar Riau, menuturkan Desa Pujon Kidul memiliki luas 7600 meter persegi. Disana banyak berbagai aktivitas menarik ditawarkan bagi para wisatawan, mulai dari wisata edukasi pertanian dan peternakan. Pengunjung yang datang bisa belajar bercocok tanam atau melihat langsung cara memerah susu sapi dan yang tidak ketinggalan untuk menjadi daya tarik sebuah destinasi wisata tentunya adalah lokasi berswafoto di Kafe sawah yang dihiasi dengan tanaman bunga yang cantik, kolam dan gazebo.

Desa wisata Pujon Kidul mulai bergeliat sejak tahun 2015 - 2016 dan puncaknya 2017. Hal ini sejalan dengan visi misi Hartoko sebagai Kepala Desa, yang bertujuan mengembangkan sumber daya alam (SDA), ekonomi dan budaya agar menjadi wisata desa. Dari situ muncul kegiatan bersama pemuda membuat atraksi wisata dengana konsep edukasi, selanjutnya secara bergotong royong mempersiapkan tempat untuk berkumpulnya wisatawan.

Kemudian Desa Pujon Kidul juga didukung melalui Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) yang didukung oleh Kementrian Desa (Kemendes), melalui undang-undang nomor 6 tahun 2104 tentang desa. “Dalam udang-undang itu desa diberi peranan untuk mengelola, menganggarkan, dan membentuk badan usaha milik desa, sebagai rohnya untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat sekaligus menggarap potensi yang ada di desa Pujon Kidul, baik itu mengelola mata air, pertanian, kemudian ekonomi desa dan yang lainya, semuanya menjadi dalam satu kemasan yaitu dengan judul besar Desa Wisata,” tutur Udi Hartoko.

“Daya tarik utama Desa Pujon Kidul adalah ”Kafe Sawah” yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa. Saat ini tempat itu telah menjadi penggerak utama roda ekonomi masyarakat. Perputaran uang di kafe sawah pada tahun 2017, sebanyak lima milyar tiga ratus lima puluh juta rupiah, jumlah itu belum lagi penghasilan dari objek wisata desa yang langsung dikelola masyarakat, seperti objek wisata berkuda, penyewaan APV, kuliner, homestay dan beberapa atraksi wisata lainya yang berada di tiga dusun di desa Pujon Kidul. Kalau di total seluruhnya diperkirakan perputaran uang yang ada sebanyak, 10 milyar rupiah dalam 1 tahun terakhir. Disini kami mengambil keuntungan paling banyak 20 persen,” ungkap Udi Hartoko.

Berbagai kendala juga pernah dialami oleh Kades Pujon Kidul, pada awalnya banyak pemikiran masyarakat yang belum benar-benar memahami konsep desa wisata, karena khawatir ketika mengembangkan objek desa wisata, dapat melunturkan nilai-nilai budaya yang ada. ”Semuanya melalui proses, dengan dinamika yang sangat luar biasa proses itu tetap dijalani. Semua butuh keseriusan dan kesabaran, ketika menjalankan kegiatan itu, kami di Pujon Kidul selalu memberikan pemahaman dan tauladan,” kata Kades Pujon Kidul.

“Kami berikan contoh dan bukti kalau objek wisata desa tidak merusak nilai-nilai kearifan lokal yang ada. Justru potensi-potensi yang selama ini tidak pernah muncul digali bersama-sama dan bisa dijadikan sebagai atraksi wisata. Wisatawan bersama-sama penduduk lokal terlibat bersama sehingga bisa menghasilkan uang, yang akhirnya masyarakat bisa melihat potensi wisata desa dan tidak menggerus nilai-nilai kearifan lokal dan agama.

Berkat kerja keras bersama Desa Pujon Kidul meraih sejumlah penghargaan, yaitu penghargaan Desa Proklim (Program Kampung Iklim) nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2016, kemudian, pada tahun 2017 lalu, Desa Pujon Kidul meraih penghargaan Desa Wisata Award untuk bidang Desa Wisata Agro. Penghargaan itu diterima dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), di Bukittinggi, Sumatera Barat. Selain itu Desa Pujon Kidul juga pernah masuk lima besar dalam pengelolaan homestay terbaik di tingkat ASEAN, dan Kepala Desa Pujon Kidul, Udi Hartoko, pada tahun 2017 meraih pengharagaan tokoh inspirasi dalam bidang pariwisata dari perusahaan media massa di Jawa timur.

Selain itu, berbagai program bantuan juga datang dari pihak Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hal ini disebabkan karena sistem keterbukaan serta unsur sapta pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, kenangan) diterapkan di desa itu. Bantuan yang telah diberikan oleh pihak BUMN melalui beberapa tahap. Tahapan pertama pada tahun 2015, yaitu bantuan berupa, gapura, gedung pendopo, lampu, penangkal petir, payung, senilai 420 juta rupiah, kemudian pada tahapan ke-dua di tahun 2017, mendapatkan sekitar 80 juta rupiah, dan yang ke-3 di tahun 2018, melalui program padat karya BUMN bantuan yang diberikan berupa pembangunan jalan, dengan jumlah uang tunai sebanyak 167 juta rupiah.

Pada saat menyampaikan pemaparanya, Kades Pujon Kidul, Udi Hartoko, menyampaikan untuk memajukan pariwisata bukan hal yang mudah, segala proses harus dijalankan dengan baik. Kegiatan pembinaan dan pelatihan yang merupakan bentuk sinergitas keseriusan dari pemerintah harus segera diimplementasikan. Selain itu kerjasama dengan 5 unsur pentahelix harus berjalan dengan baik, tentunya dengan aturan dan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dan senantiasa mengaplikasikan tujuh unsur sapta pesona. “Kadang tujuh unsur Sapta Pesona ini hanya dihapalkan saja, bukan diaplikasikan oleh pelakunya. Hal ini tentunya akan menghambat sektor kepariwisataan, karena pariwisata merupakan produk jasa yang berkaitan dengan kepercayaan konsumennya,” pungkas Udi Hartoko.

Jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Pujon Kidul pada tahun 2017, sebanyak 241 ribu 525 orang, dan pada tahun 2018 ini terhitung mulai bulan Januari sampai bulan Maret berjumlah 75 ribu 945 pengunjung. Angka ini merupakan keberhasilan yang luar biasa untuk sebuah desa yang baru mengangkat sektor pariwisatanya sejak tahun 2011 lalu. Semoga keberhasilan ini dapat menjadi contoh untuk desa wisata yang ada di provinsi Riau.