Ilustrasi/int
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Selama tahun 2017, Bulog Divre Riau Kepri mengklaim telah menyerap 4.200 ton beras. Dua tahun sebelumnya, 2015 dan 2016, penyerapan hanya sekitar 1.000 ton setahun.
Kepala Bulog Divre Riau Kepri, Awaludin Iqbal, mengatakan bahwa keberhasilan pihaknya mendongkrak penyerapan beras setempat didorong oleh beberapa hal. "Diantaranya penerapan skema berbeda oleh pemerintah terhadap kebijakan penyerapan beras petani melalui Bulog," ujar Awaluddin.
Ia mengatakan, sebelum 2017 Bulog hanya dibolehkan menyerap beras untuk kebutuhan program public service obligation (PSO) atau program penugasan pemerintah kepada Bulog. Tetapi mulai 2017, Bulog boleh menyerap beras masyarakat untuk pasar komersial atau murni bisnis.
"Jadi beras yang kami serap bisa langsung kami jual dan harga penyerapan itu di atas acuan penetapan pemerintah, disesuaikan dengan kondisi pasar juga," cakapnya.
Daerah penyerapan tertinggi pada tahun lalu masih berasal dari Siak dan Bengkalis, yang memang menjadi sentra produksi beras di Provinsi Riau. Lalu disusul wilayah Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan.
"Namun memang di sini ada tantangan yang harus dilalui Bulog, yakni masih minimnya akses jalan dan infrastruktur pendukung. Makanya untuk beras dari Kuala Kampar itu kami keluarkan biaya angkut sampai Rp1.000 per kilonya karena memang medannya sulit dan jauh, kualitasnya bagus semi organik," katanya.
"Selain dua daerah itu, Bulog juga menyerap dari wilayah lain yang punya potensi produksi padi juga seperti Rokan Hilir," imbuhnya.
Penulis | : | Unik Susanti |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Ekonomi, Riau, Kota Pekanbaru |