Lampu Colok Bengkalis
|
BENGKALIS (CAKAPLAH) - Lampu colok merupakan sebuah tradisi masyarakat Bengkalis turun temurun. Lampu colok ini biasanya dipasang serentak tiap-tiap 27 Ramadan atau sering disebut malam 7 likur jelang hari raya Idul Fitri.
Lampu colok memiliki arti tersendiri bagi warga Bengkalis. Dahulunya, lampu colok merupakan sarana penerang jalan bagi warga yang ingin membayar Fitrah tiap malam 27 Ramadan ke rumah masyarakat atau pak Lebai.
Kala itu, infrastruktur di Bengkalis tidak sepesat saat ini. Jalan-jalan masih berbentuk lorong diselimuti semak kiri kanan. Lampu coloklah penerang jalan, penghindar bahaya terhadap warga membayar zakat fitrah.
Lampu Colok
"Kenapa 27 Ramadan pemasangan lampu colok, karena pada hari itu merupakan hari menyerahkan zakay fitrah kepada masyarakat atau kepada pak Lebai. Dulunya jalan tidak seperti ini, jalan hanya lorong saja, semak, jadi lampu colok inilah sebagai penerangnya untuk menghindar dari bahaya," ungkap Zainuddin Yusuf Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Bengkalis.
Lampu colok, menurut pria berumur 83 tahun ini, ketika itu tidak berbentuk atau terbuat dari kaleng bekas. Colok terbuat dari bambu atau buluh, namanya waktu itu disebut dengan obor.
"Misalnya saya ingin membayar fitrah kerumah pak Lebai, obor ini juga saya bawa untuk penerangan. Sebagian warga yang mampu, memasang obor lebih dari 10 di perkarangan rumah masing-masing hingga membuat 27 Ramadan jadi terang," jelas Zainuddin.
Kemajuan tradisi colok saat ini sudah sangat luar biasa. Apalagi, Pemerintah Kabupaten Bengkalis setiap tahunnya menggelar festival colok agar pelestarian lampu tetap terjaga.
Lampu Colok
Tentu dukungan terhadap tradisi turun temurun itu harus terus dipertahankan. Lampu colok tidak hanya bernilai budaya yang patut dilestarikan. Tetapi, ada nilai-nilai lain, yaitu nilai agamis, gotong royong dan kebersamaan.
Lampu colok, pada saat ini, dibuat dengan berbagai model. Ada berbentuk miniatur Masjid, Lafaz Allah, ayat suci Al-Qur'an dan lain sebagainya. Pembuatan itu, dilakukan antara perpaduan kaum tua dan orang muda.
Mereka secara bersama-sama membangun menara lampu colok dengan berbagai model sesuai kesepakatan.
"Perkembangan lampu colok saat ini sangat luar biasa. Tentunya ini sangat perlu sekali, saya pernah sampaikan kepada pemerintah agar lampu colok terus dilestarikan. Karena ini merupakan budaya kita sejak zaman dahulu, sehingga generasi tahu sejarah lampu colok," imbuh Ketua LAMR Kabupaten Bengkalis lagi.
Lampu Colok
Konsitensi masyarakat Bengkalis, sambung Zainuddin, dalam melestarikan lampu colok sangat besar. Sebuah menara lampu colok dibangun dengan dana yang tidak sedikit. Namun, itu bukan menjadi penghalang.
"Lomba diselenggarakan pemerintah memotivasi masyarakat. kerjasama masyarakat dengan orang muda bersatu melestarikan lampu colok," cakapnya.
Terkenal Dimana-mana
Selain menjadi tradisi setiap tahunnya, lampu colok Bengkalis terkenal dimana-mana. Tak jarang, negara tetangga Malaysia pun melirik dan kagum akan tradisi lampu colok di negeri ini.
Lampu Colok
"Saya ada ke Dumai bertemu dengan orang Malaysia, mereka memuji lampu colok Bengkalis, katanya sangat bagus sekali," sebut Ketua LAMR Zainuddin Yusuf.
Diakui Ketua LAMR, tradisi dan budaya lampu colok memang terdapat di daerah lain di Riau. Namun, hal itu hanya ada di lokasi tertentu. Berbeda jauh dengan Bengkalis.
"Kita sangat mendukung sekali, even lampu colok dijadikan even se-Riau. Apalagi lampu colok Bengkalis sudah terkenal di Indonesia,"tambah Zainuddin Yusuf berharap, tradisi lampu colok terus dipertahankan.
Penulis | : | Agus Setiawan |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Pemerintahan, Serba Serbi, Riau, Kabupaten Bengkalis |