Datuk Seri Setia Amanah, Arsyadjuliandi Rachman (kanan) melakuan tepuk tepung tawar kepada Datuk Seri Timbalan Setia Amanah, Wan Thamrin Hasyim.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Wakil Gubernur Riau (Wagubri), Wan Thamrin Hasyim, terharu saat menerima gelar adat Melayu Datuk Seri Timbalan Setia Amanah dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Senin (14/5/2018) malam di Balai Adat LAM Riau, jalan Diponegoro, Pekanbaru.
Bagi Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau ini, tak pernah terpikirkan olehnya bisa menyandang gelar Datuk Seri Timbalan Setia Amanah itu.
"Suatu kehormatan besar bagi keluarga kami. Kehormatan ini akan saya bawa pergi bersama saya nanti sampai mati. Itu harapan saya," ungkapnya.
Disamping itu, Wan Thamrin mengajak seluruh masyarakat Riau untuk bersama-sama menjemput dan bergegas memajukan Provinsi Riau.
"Mari sama-sama kita memajukan negeri ini. Di sini lah kita menghirup udaranya dan minum airnya," ajak Wan Thamrin.
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian LAM Riau, Datuk Syahril Abubakar, mengungkapkan alasan pemberian gelar Datuk Timbalan kepada Wan Thamrin Hasyim.
"Belakangan ini kita sama-sama merasakan perjalanan dan terobosan LAM dan Pemprov Riau, pada perjalanan terakhir terobosan yang kita rasakan kebijakan Pemprov Riau sudah sesuai visi misi Riau 2020, salah upaya itu dibuktikan Pemprov dengan melahirkan Dinas Kebudayaan," katanya.
Selain itu, lanjut Syahril, Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Riau yang merupakan warisan para pendahulu sudah banyak diakui oleh pemerintah pusat.
Kemudian Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat LAM Riau, Al Azhar, juga mengatakan terbaru terobosan yang dilakukan LAM bersama Pemprov Riau membuat muatan lokal budaya Melayu.
"Sebentar lagi kita dapat mendengar mendengar bahasa Melayu di bandara sebagai bahasa pengantar, disamping bahasa Indonesia dan Inggris," katanya.
Menurut Al Azhar sesuatu kabar gembira, di provinsi Riau ada ungkapan bahasa Melayu seperti di bandara, dan tidak menutup kemungkinan muatan lokal ini akan merambah di tempat-tempat umum seperti perkantoran, hotel, mal dan sebagainya.
"Terus terang hal semacam itu di Indonesia masih sangat langka. Hanya beberapa daerah yang menerapkan muatan lokal, bisa dikatakan Riau nomor tiga setelah Bandung dan Yogyakarta," tukasnya.
Penulis | : | Amin |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Pemerintahan, Serba Serbi |