PEKANBARU (CAKAPLAH) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (26/9/2022).
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.13 WIB, mata uang Garuda melemah 57 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.094,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS naik 0,46 persen ke level 113,714.
Adapun pada perdagangan pekan lalu, Jumat (23/9/2022), rupiah ditutup melemah 0,10 persen atau 14,5 poin ke posisi Rp15.037,5 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS pada pukul 15.01 WIB terpantau menguat 0,43 persen atau naik 0,48 poin ke 111,58.
Pengamat Ekonomi Dahlan Tampubolon saat dikonfirmasi terkait bagaimana dampak dari melemahnya Rupiah bagi Riau, dirinya
mengatakan ada dampak positif dan negatifnya. Yang pertama kalau kalau Rupiah melemah untuk Riau itu ada manfaatnya sedikit. Terutama produk-produk yang diekspor.
"Artinya kalau harga minyak dunia, harga CPO dunia, harga kertas dunia dan harga karet dunia dalam Dolar tetap, dalam Rupiah kan naik, memiliki nilai manfaat dari sisi harga di tingkat petani atau di tingkat pengekspornya. Itu sisi positifnya," ujar Dahlan, Senin (26/92/2022).
Sisi negatifnya, karena Riau banyak produk untuk industri dan bahan baku atau bahan-bahan penolongnya import, tentu biaya produksi naik dan akan mendorong inflasi dorongan biaya.
"Jadi kemungkinan pemerintah harus juga melakukan antisipasi dengan menjaga kebutuhan-kebutuhan industri yang bersifat barang impor untuk mendukung kegiatannya," sebutnya.
Namun jika untuk kebutuhan konsumsi, misalnya barang-barang langsung itu akan mengalami penurunan permintaan karena harga lokal menjadi tinggi.
"Hanya saja jika bahan baku atau barang penolong kegiatan industri kan gak bisa ditunda, harus tetap dibeli, nah itu yang perlu diantisipasi," ucapnya.
Untuk masyarakat sendiri, tentu juga akan berdampak langsung. Masyarakat itu kan kebutuhannya kan kebutuhan import, barang konsumsi, tentu masyarakat harus mengurangi pembelian barang import. Contohnya produk konsumen akhir seperti Handphone ataupun kebutuhan elektronik lainnya. Karena harganya pasti naik.
"Paling tidak naiknya itu sekitar 0,08 persen. Pasti memang ada imbasnya terhadap kebutuhan import. Untuk kebutuhan masyarakat yang produk lokal, tidak akan begitu cepat naik. Kecuali barang-barang yang bahan baku atau bahan penolongnya adalah barang import," sebutnya.
"Makanya kalau yang diuntungkan itu adalah kenaikan harga untuk komoditi ekspor kita, jadi harga rupiahnya naik, harga dolarnya gak naik gak papa, karena kan rupiahnya melorot," imbuhnya.