Suwatno berani mengambil keputusan menjadi petani dan telah sukses menjadi salah satu pemasok bahan pangan di Pelalawan hingga Kota Pekanbaru. Suwatno juga mendapat dukungan dari program agribisnis PT RAPP.
|
PANGKALAN KERINCI (CAKAPLAH) - Keinginan yang kuat untuk menjadi pengusaha di bidang agribisnis membuat Suwatno (54) harus berani mengambil sebuah keputusan besar. Terlebih sejak ia bergabung dengan kelompok tani Timbul Jaya di desanya, Suwatno yang dulu berprofesi sebagai guru honor ini memilih fokus untuk bertani.
Berbekal sedikit pengalaman berkecimpung di dunia pertanian semenjak kecil dulu bersama orang tuanya di kampung, Suwatno kini berani bermimpi lebih besar di dunia agribisnis.
"Saat menjadi guru, saya sudah bertani juga dan dua profesi itu saya jalani sekaligus. Sepulang saya mengajar atau ketika ada waktu luang, saya beralih menjadi petani. Tapi lama kelamaan passion saya di dunia tani begitu kuat hingga akhirnya saya putuskan meninggalkan profesi menjadi guru di tahun 2017 lalu," kenang Suwatno.
Suwatno sudah 10 tahun menjadi guru di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan. Namun, semangatnya yang besar untuk mengembangkan pertanian lokal membuatnya berani melepas profesi tersebut. Ditambah, adanya dukungan dari program agribisnis PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang selama ini berperan aktif dalam membina, mendampingi penyuluhan, memberikan pelatihan serta bantuan Saprodi (sarana produksi pertanian) untuk kelompok tani.
“Lewat bantuan PT RAPP, saya sangat terbantu karena dapat mengembangkan keterampilan pertanian. Pada awal usaha tani, kami juga dibantu benih, pupuk maupun obat tanaman oleh PT RAPP yang sangat diperlukan oleh kelompok tani,” ujar Suwatno.
Tak hanya itu, perusahaan bagian dari grup APRIL ini juga membantu membuka peluang pasar yang memudahkan Suwatno dalam memasarkan produknya. Ragam hasil pertanian yang diusahakan Suwatno antara lain cabai, melon, jagung, hingga kacang panjang.
Cabai dan sayuran dari kebun Suwatno sudah menjadi salah satu pemenuh kebutuhan pasar lokal di sekitaran wilayah Pangkalan Kerinci.
"Alhamdulillah sampai sekarang ada terus yang ngambil. Kalau untuk cabai dan sayuran saat ini belum ada yang keluar kota, ataupun provinsi. Karena mayoritas masyarakatnya di sini tingkat konsumsi kebutuhannya cukup tinggi," jelas Suwatno.
Sedangkan tanaman buah melon dari kebun Suwatno sudah merambah hingga ke luar daerah, yakni ke Kota Pekanbaru.
"Kalau buah melon ada yang jemput, untuk dipasarkan sampai ke luar daerah dan Pekanbaru," imbuhnya.
Dikisahkannya lagi, saat awal mencoba menanam melon dulu, banyak orang yang mempertanyakan keputusannya itu. Sebab, seperti sudah ada dalam benak kebanyakan orang di Riau, bahwa suhu di daerah ini yang memang panas, tak akan cocok ditanami dengan buah seperti melon.
"Banyak yang bilang Riau ini daerah panas, tidak cocok untuk bercocok tanam tanaman hortikultura. 'Bagusnya kelapa sawit'," katanya menirukan kritikan banyak orang kepadanya.
Namun Suwatno tak menyerah begitu saja. Sebab, dia yakin yang penting ada kemauan untuk bergerak. Apalagi, teknologi tepat guna (TPG) telah mulai diterapkannya.
"Yang penting itu kita mau mencoba untuk berinovasi dalam pertanian, buktinya ini kita nanam melon, cabai, besar juga hasil yang didapat," katanya bangga.
Hasil dari kebunnya juga sudah ada pangsa pasar yang tetap dan ke depannya justru diharapkan bisa menjangkau daerah yang lebih luas lagi, seiring dengan target produksi yang akan meningkat. Untuk saat ini, katanya, memang baru sekitar wilayah Pelalawan hingga Pekanbaru dulu.
“Salah satu keuntungan jadi petani di Pelalawan karena bahan pangan di daerah ini masih banyak yang dipasok dari luar daerah, sehingga jika kita tanam di sini, jadi lebih menguntungkan karena dibutuhkan. Setiap bulan, penghasilan bersih yang saya bisa dapatkan mencapai Rp4 juta," ujarnya.
Ekonomi keluarganya jauh lebih terjamin dibanding masih mengabdi sebagai guru honor komite yang dulu hanya bergaji Rp1,5 juta perbulan.
Saat ini, Suwatno menjalankan bisnis pertaniannya secara mandiri dan bisa memenuhi modal sarana produksi secara swadaya.
Suwatno berpesan kepada generasi muda agar jangan malu untuk menjadi petani. Sekarang ini, teknologi semakin maju untuk membantu usaha pertanian dan sangat menguntungkan bila sudah tahu tips dan trik di lapangan.
Saat ini, sebanyak 27 kelompok tani dengan anggota 307 petani aktif binaan program Community Development (CD) PT RAPP di Kabupaten Pelalawan. Kelompok tani tersebut bergerak di berbagai bidang di antaranya holtikultura, perikanan, OVOC (One Village One Commodity) seperti nanas, semangka, jambu dan durian, peternakan dan padi sawah. Koordinator Agribisnis CD PT RAPP, Zamzuli Hidayat mengatakan keberadaan program agribisnis bertujuan untuk membawa kemandirian bagi para petani.
“Tentunya sudah menjadi penghasilan tambahan bagi petani, contohnya semangka yang telah menjadi komoditas utama Kelompok Tani Catur Bina Karsa di Pangkalan Kerinci Barat, kemudian Kelompok Tani Timbul Jaya ini juga memfasilitasi pelaporan kegiatan proklim ke Kementerian Lingkungan hidup dan Kehutanan (KLHK),” ujar Zamzuli, Selasa (27/9/2022).
Zamzuli menambahkan, dalam upaya pembinaan dan pendampingan, tim dari CD Officer dan PMB (Pemantau Mitra Bina) berkunjung secara berkala ke setiap kelompok tani. Di samping itu, para petani juga diberikan pelatihan, saprodi, bantuan pupuk serta pemasaran untuk menjual hasil pertanian.
“Yang paling penting kita latih keterampilannya dulu lalu menyamakan persepsi tentang budidaya yang baik, setelah itu baru kita dukung yang lain,” kata Zamzuli.
Program Agribisnis yang dijalankan oleh grup APRIL ini merupakan salah satu perwujudan komitmen transformatif APRIL2030 untuk mendukung tujuan pembangunan keberlanjutan (sustainable development goals/ SDGs) di tahun 2030. Komitmen tersebut antara lain kemajuan inklusif, pengurangan angka kemiskinan ekstrim dalam radius 50 kilometer dalam wilayah operasional grup APRIL.
Penulis | : | Yusni |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Ekonomi, Kabupaten Pelalawan |