DI TENGAH hiruk pikuk modernisasi Kota Pekanbaru, masih terdengar ketukan palu yang menempa besi membara. Tepat di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Umban Sari, Kecamatan Rumbai, berdiri kokoh besalen atau bengkel pandai besi "Alil" milik Pak Andi, sebuah oasis tradisi di tengah gempuran zaman.
Pak Andi, sang empu besi, telah menekuni profesinya ini selama dua dekade, dibantu oleh empat orang rekannya. Bagi mereka, bukan hanya mata pencaharian, pandai besi adalah sebuah warisan budaya, sebuah seni yang diwariskan turun temurun.
Di bawah terik matahari, Pak Andi dan kawan-kawannya menari dengan besi. Dengan tangan terampil dan penuh dedikasi, mereka mengubah besi menjadi berbagai peralatan, seperti pisau, kapak, dodos, sabit, dan lain sebagainya. Tak ada mesin canggih yang membantu, hanya tungku tradisional dan ketukan palu yang menemani mereka.
"Memang lebih lama dan melelahkan," ujar Pak Andi sambil menyeka keringat di dahinya. "Tapi hasilnya lebih kuat dan awet. Ada kepuasan tersendiri ketika melihat besi yang tadinya keras menjadi sebuah alat yang bermanfaat," sambungnya, ketika berbincang dengan CAKAPLAH.com, Selasa 07 Mei 2024.
Bahan baku mereka berasal dari besi tua yang diperoleh dari berbagai sumber. Perlahan tapi pasti, besi-besi itu dibentuk dan diubah, dipukul dengan palu secara bergantian, menghasilkan suara yang merdu dan menenangkan. Di tangan mereka, besi tak hanya menjadi benda mati, tapi juga sebuah karya seni.
Pelanggan Pak Andi pun beragam, mulai dari toko-toko, petani kebun, hingga ibu-ibu rumah tangga. Permintaan datang dari berbagai daerah, bahkan hingga Kota Dumai dan Perawang, Siak. Tak heran, Pak Andi mampu memproduksi 1 kodi (20 buah) pisau per hari.
Meskipun tergiur dengan kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan mesin modern, Pak Andi memilih untuk tetap menggunakan cara tradisional. Alasannya sederhana, keamanan. "Wilayah ini rawan maling," tuturnya. "Mesin yang mahal lebih mudah dicuri daripada alat-alat tradisional ini," cakapnya.
Bagi Pak Andi dan kawan-kawannya, bengkel pandai besi "Alil" bukan hanya tempat mencari nafkah, tapi juga tempat melestarikan tradisi. Di tengah gempuran modernitas, mereka teguh menjaga warisan budaya leluhur, memastikan ketukan palu pandai besi tetap terdengar di Kota Pekanbaru.
Lebih dari sekadar membuat alat, Pak Andi dan kawan-kawannya menciptakan sebuah pengalaman. Bagi para pelanggan, membeli peralatan dari bengkel "Alil" bukan hanya mendapatkan benda fungsional, tapi juga membawa pulang sepenggal cerita, sebuah warisan budaya yang masih hidup di tengah zaman modern.**
Penulis | : | Bunga/Dina |
Editor | : | Delvi Adri |
Kategori | : | Peristiwa, Serba Serbi, Kota Pekanbaru |