PEKANBARU (CAKAPLAH) - Matahari pagi mulai naik, 2 orang pekerja laki-laki tampak sedang memetik buah pepaya merah delima di kebun seluas 1 hektar. Sedangkan 2 orang perempuan sibuk membersihkan dan membungkus buah pepaya hasil panen menggunakan koran.

"Tanaman pepaya merah delima ini telah berumur 2,5 tahun dan dipanen setiap 3 hari sekali," terang Hendri Toni, petani pemilik tanaman pepaya yang menggarap lahan milik Universitas Islam Riau (UIR) di Pekanbaru.

Ia mengatakan, sekali panen bisa menghasilkan 600 hingga 1000 kg, dengan waktu panen 3 hari sekali. "Harga jual ke pegadang mencapai Rp 3.000 per kilogram,” lanjutnya.

Dengan kalkulasi tersebut, Toni bisa meraup penghasilan kotor sebesar Rp18-30 juta per bulan dari berkebun dan berbisnis Pepaya Merah Delima. Penghasilan ini tentu belum dipotong upah pekerja dan lain-lain.

Menurut Toni, pemasaran pepaya ini sangat mudah karena pedagang langsung datang ke lokasi kebun. Bahkan ia kewalahan memenuhi permintaan pasar.

“Permintaan per minggu 8 ton untuk pasar Batam , sedangkan pasar Pekanbaru dan sekitarnya 10 ton/minggu, itu belum bisa kami penuhi," ungkap Toni.

Untuk memenuhi permintaan pasar, Toni sekarang menambah 2 ha lagi kebun pepaya yang saat ini sudah mulai berbuah.

Namun demikian, Toni mengaku pihaknya memiliki beberapa kendala dalam budidaya pepaya ini salah satunya adalah ketersediaan air pada musim kemarau.

“Kendala dalam budidaya adalah ketersediaan air pada musim kemarau, sedangkan masalah lainnya dapat diatasi berkat bimbingan dari BPTP Riau,” ujarnya.

Di tempat terpisah, Nana Sutrisna, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau mengatakan bahwa pepaya Merah Delima dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik di lahan rawa pasang surut.

Pengembangan agribisnis pepaya mempunyai prospek bisnis yang sangat baik dan pasarnya masih terbuka luas.

Pepaya Merah Delima merupakan produk yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. Warna daging buahnya merah oranye, daging buah tebal lebih dari 3 cm. Tentu saja, rasa sangat manis (TSS :11-14? Brix), produktivitas di atas 70 ton per hektar, dan ukuran buah sedang dengan bobot rata-rata 1,2 kg per buah.

Tanaman ini dapat ditanam di semua daerah di Indonesia dan tumbuh subur menyebar dari dataran rendah sampai tinggi, yaitu sampai 1000 mdpl.

Pendampingan budidaya pepaya Merah Delima oleh BPTP Riau sejak tahun 2016. Nasri Joni, teknisi BPTP Riau dengan intens mendampingi budidaya pepaya Merah Delima mulai dari panen hingga pemasaran.

“Sebelum tanam, dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu, kemudian dibuat lubang tanam. Pemberian pupuk kandang 5 kg per lubang. Disamping itu juga diberikan kapur dolomit. Jarak tanam yang digunakan adalah 2,5 x 2,5 m," jelas Nasri Joni menjelaskan cara budidaya pepaya ini dalam keterangannya kepada CAKAPLAH.COM, Ahad (27/5/2018).

Selanjutnya, setelah dibiarkan 1 bulan, dilakukan pengadukan tanah dan  penanaman benih papaya yang sudah terlebih dahulu disemai di polybag.

Sementara untuk pemupukan dilakukan 15 hari setelah tanam yaitu  pupuk KCl 100 gr, ZA 150 gr, TSP 100 gr per batang. 2 bulan kemudian dosisnya dinaikkan yaitu KCl 150 gr, ZA 150 gr, TSP 150 gr per batang.

"Pada bulan ke-3 diberikan pupuk kandang 5 kg per batang. Kemudian setiap bulan selang seling pupuk kimia (KCl 250 gr, ZA 250 gr, TSP 250 gr) dan pupuk kandang 8 kg/ batang," lanjutnya.

Lebih lanjut Nasri Joni, menyampaikan untuk mencegah serangan hama dan penyakit, semprotkan insektisida dan pestisida seminggu sekali setelah tanaman berumur 2 bulan.

Ia mengatakan, Pepaya Merah Delima belajar berbunga pada umur 2,5–3 bulan setelah tanam.