Heri Susanto
|
SETIAP hujan deras mengguyur Pekanbaru, bisa dipastikan ibu kota provinsi Riau akan kebanjiran. Beberapa ruas jalan akan digenangi air. Ketinggiannya tidak lagi seinchi dua inchi, tapi bisa mencapai selutut orang dewasa. Bahkan lebih.
Akibatnya, jalan yang kebanjiran tidak bisa dilintasi kenderaan. Kalau ada yang nekat menerobos, tak jarang kenderaan mogok. Mobil derek pun harus ditelpon untuk 'mengangkut' mobil ke bengkel.
Kejadian ini berulang tahun ke tahun. Meski berganti Walikota, tetap saja masalah tersebut tak teratasi. Makanya, warga yang kesal sempat mempelintir julukan Pekanbaru Kota Bertuah menjadi 'Kota Berkuah'. Begitulah saking acapnya Pekanbaru kebanjiran.
Buruknya pembangunan drainase menjadi persoalan utama kenapa banjir tidak bisa dielakkan. Lihat saja di jalan Garuda Sakti, misalnya. Drainase digali dalam-dalam. Tentu saat hujan turun air akan tergenang. Karena tidak dialirkan ke tempat lain.
Drainase seolah-seolah dibuat jadi kolam di kiri kanan jalan. Padahal fungsi drainase untuk mengalirkan air. Bukan jadi penampungan air. Bertahun-tahun hal itu terjadi tanpa perbaikan konsep pembangunan drainase.
Selain itu, Pemko Pekanbaru tidak tegas dalam menerapkan Perda Sumur Resapan. Padahal, di beberapa kota besar di Indonesia, cara ini termasuk ampuh meminimalisir terjadinya banjir saat musim hujan.
Kondisi ini diperparah oleh kebiasaan buruk masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Meski sudah disediakan tempat sampah, tetap saja ada warga yang membuang sampah sembarangan. Termasuk ke dalam got.
Ini juga yang menghambat aliran air di drainase saat hujan turun. Karena di beberapa titik, drainase di Pekanbaru dibangun dengan sistem terbuka. Di titik tertentu dibuat dengan sistem tertutup. Bila sampah menumpuk, sementara tidak dikontrol secara berkala, ini akan jadi masalah.
Karena itu, penting dilakukan normalisasi drainase, bila perlu termasuk sungai. Jika tidak, jangan salahkan bila Pekanbaru disebut Kota Berkuah.
Masalah lainnya adalah kurangnya Ruang Terbuka Hijau yang dilengkapi dengan waduk sebagai pengendali banjir. Jika dibutuhkan Pemerintah Kota harus membangun bak penampungan air raksasa dibawah tanah dilokasi-lokasi genangan sebelum air masuk langsung kedalam drainase dan diatas bak penampungan tersebut dapat dijadikan taman atau fasilitas umum lainnya. Pembangunan kota yang semakin pesat, sehingga merambah kawasan yang dulu jadi daerah resapan. Ketika tempat tinggal air disulap jadi tempat tinggal manusia, ini tentu akan jadi masalah.
Kini hujan tidak saja menyebabkan banjir akibat ulah manusia itu sendiri, tapi sudah menimbulkan masalah lain. Seperti yang terjadi Senin malam lalu. Pengendara sepeda motor tewas kesetrum saat melintasi daerah banjir karena sedang turun hujan.
Ini masalah baru. Hujan yang harusnya mendatangkan rahmat dan berkah dari ALLAH SWT, kini justru membawa petaka dan bencana. Ini ulah manusia.
Penulis | : | Heri Susanto |
Kategori | : | Peristiwa |