Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (Brendan Smialowski / AFP)
|
(CAKAPLAH) - Organisasi Kerja sama Islam (OKI) menolak proposal perdamaian Timur Tengah yang diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. OKI menyatakan 57 negara anggota tak akan berperan dalam merealisasikan proposal Trump.
"OKI yang mewakili 1,5 miliar muslim di seluruh dunia menolak proposal AS-Israel yang tidak memenuhi aspirasi minimum dan hak rakyat Palestina, serta bertentangan dengan kerangka rujukan proses perdamaian," demikian pernyataan resmi OKI seperti dikutip AFP.
Penolakan OKI dinyatakan dalam pertemuan tingkat menteri luar negeri di markas OKI, Kota Jeddah, Arab Saudi, Senin (3/2). OKI mengimbau negara anggota tidak terlibat dengan proposal Timur Tengah Trump, atau bekerjasama dengan pemerintah AS dalam upaya mengimplementasikan proposal tersebut.
Merujuk pada proposal Trump yang diungkap ke publik pekan lalu, Israel akan mempertahankan kendalinya atas kota Yerusalem yang selama ini dipersengketakan. Israel juga akan menduduki sejumlah wilayah jajahannya di Palestina.
OKI menegaskan dukungan terhadap Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan Palestina. Yerusalem Timur disebut memiliki 'karakter keislaman dan Arab'.
Perdamaian, menurut OKI, hanya bisa dicapai dengan mengakhiri pendudukan Israel. Terutama penarikan total Israel dari wilayah negara Palestina, khususnya di kota suci Al-Aqsa di Yerusalem dan wilayah negara Arab lain yang diokupasi sejak Perang Timur Tengah Juni 1967 silam.
Pertemuan OKI di Jeddah tak dihadiri salah satu anggotanya, Iran. Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan bahwa delegasi mereka diberikan visa oleh Arab Saudi hanya beberapa jam sebelum pertemuan digelar.
Iran sendiri menolak proposal perdamaian Timur Tengah yang diajukan Trump. Iran menyebut proposal itu sebagai "pengkhianatan abad ini" yang ditakdirkan untuk gagal.
Sebelumnya, Liga Arab pada Sabtu pekan lalu juga menolak proposal Trump dengan menyatakan bahwa proposal tersebut tak memenuhi hak minimum rakyat Palestina.
Dalam pidatonya pada hari ini, Menteri Luar Negeri Palestina Riyal al-Maliki mengatakan proposal Trump tak bisa disebut sebagai peta jalan damai karena tidak melibatkan rakyat Palestina. Proposal itu juga mengikis semua peluang perdamaian di kawasan.
Sebaliknya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab merespons proposal Timur Tengah dari Trump secara positif.
"Proposal yang diumumkan 28 Januari menjadi titik pijak penting untuk kembali memulai negosiasi dalam kerangka internasional yang dipimpin AS," kata Duta Besar Uni Emirat Arab untuk AS, Yousef al-Otaiba.
Sementara Arab Saudi mengapresiasi upaya Trump dan menyerukan pembicaraan empat mata antara Israel-Palestina, sambil menyatakan kembali dukungan mereka terhadap Palestina.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Cnnindonesia.com |
Kategori | : | Internasional |