

![]() |
Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir (memakai kippah) saat memasuki kompleks Al-Aqsa. ©Twitter @itamarbengvir
|
(CAKAPLAH) - Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir memasukin kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur pada Selasa (3/1). Aksi yang dinilai provokatif ini dikhawatirkan dapat meningkatkan ketegangan dengan Palestina.
Hamas, yang berkuasa di Jalur Gaza, memperingatkan bahwa tindakan Ben-Gvir itu dapat melanggar "garis merah".
"Pemerintah kami tidak akan menyerah pada ancaman Hamas," kata Ben-Gvir, yang terlihat di Al-Aqsa dengan pengawalan ketat, dikutip dari Al Jazeera, Rabu (4/1).
Pemimpin sayap kanan Israel itu sejak lama menyerukan agar orang Yahudi mendapat akses lebih besar untuk memasuki tempat suci tersebut, yang dianggap Palestina sebagai bentuk provikasi dan bisa mendorong Israel mengambil alih situs tersebut.
Setelah kunjungannya, Ben-Gvir menulis di Twitter bahwa situs itu terbuka untuk semua.
"Dan jika menurut Hamas bahwa jika ia mengancam saya, akan menghalangi saya, mereka harus paham bahwa waktu itu telah berubah," tulisnya.
Ofir Gendelman, yang sejak lama menjadi juru bicara bahasa Arab Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, merilis sebuah video yang mengatakan situasi benar-benar tenang di Al Aqsa setelah kedatangan Ben-Gvir.
"Kami mengecam keras penyerbuan masjid Al-Aqsa oleh menteri ekstremis Ben-Gvir dan memandangnya sebagai provokasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan eskalasi berbahaya dari konflik," kecam Kementerian Luar Negeri Palestina.
Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh menyerukan warga Palestina "melawan penyerbuan ke masjid Al-Aqsa". Dia menyebut kunjungan Ben-Gvir itu bagian upaya untuk mengubah tempat situs itu menjadi "kuil Yahudi".
Kecaman juga datang dari sejumlah negara Timur Tengah seperti Yordania, Mesir, dan Uni Emirat Arab, yang sebelumnya menjalin perjanjian damai dengan Israel. Ketiga negara itu menyebut Ben-Gvir "menyerbu" Al-Aqsa.
Yordania memanggil duta besar Israel dan mengatakan kunjungan itu melanggar hukum internasional dan "status quo bersejarah dan legal di Yerusalem".
Arab Saudi juga mengkritik tindakan Ben-Gvir. Turki menyebut tindakan itu "provokatif".
Sekjen PBB Antonio Guterres juga menekankan pentingnya mempertahankan status quo situs suci tersebut, menurut Wakil Juru Bicara PBB, Farhan Haq.
Berdasarkan status quo, hanya Muslim yang diizinkan beribadah di dalam kompleks Al-Aqsa. Sayap kanan Israel berusaha mengubah status ini dan mengizinkan orang Yahudi berdoa di dalam Al-Aqsa, walaupun ditentang oleh banyak tokoh Yahudi ultraortodoks dan dilarang oleh para rabbi ternama.
Pada 2000 lalu, mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon memasuki kompleks suci ini dan memicu Intifada (pemberontakan) kedua.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Merdeka.com |
Kategori | : | Internasional |










































01
02
03
04
05


















