Warga Pelalawan membuat wajik alias Kalamai jelang lebaran Idul Fitri.
|
PELALAWAN (CAKAPLAH) - 'Wajik' alias 'Kalamai' atau dodol tak pernah lepas dari setiap acara bagi warga suku Melayu asli di Kabupaten Pelalawan. Mulai hajatan hingga upacara keagamaan, apalagi menghadapi lebaran 1 Syawal, pasti tak luput dari panganan yang terasa kenyal dan manis ini.
Dilihat dari pembuatan dodol, ternyata tersirat makna sosial. Karena begitu sulit dalam membuat dodol, maka semangat gotong royong, keriangan dan semangat persaudaraan diperlukan dalam pembuatannya.
Maka tak heran masyarakat Melayu begitu menganggap pembuatan dodol merupakan kerja tim dan bertujuan mempererat tali persaudaraan.
Dulu dalam praktiknya pembuatan 'Wajik' alias 'kalamai' dilakukan secara patungan ketika mendekati hari raya Idul Fitri atau lebaran. Keluarga besar Melayu yang dulunya hidup berdekatan, saling melengkapi bahan dasar pembuatan dodol.
Begitu bahan tersedia, para pria bertugas membuat 'Wajik' alias 'Kalamai', dan mengaduk adonan. Sedangkan para wanitanya menyiapkan semua bahan yang dibutuhkan.
Sambil menunggu dodol matang, ibu-ibu menyiapkan makan berbuka puasa. Setelah matang, langsung dibagi secara adil berdasarkan seberapa besar keluarga memberikan iuran. Ini adalah sekelumit cara pembuatan dodol zaman dulu.
Proses pembuatan 'Wajik' alias 'Kalamai' bukanlah hal yang mudah. Untuk membuatnya perlu tenaga ekstra dalam mengaduk adonannya yang dibakar api tidak boleh besar.
Maklum saja satu panci kuali besar dengan diameter satu meter, adonannya harus diaduk selama tujuh jam tanpa berhenti. “Kalau berhenti adonan akan keras dan rasanya tidak merata," terang Abdul Nasib SE, Ketua Komisi II DPRD Pelalawan berdomisili di Kelurahan Pangkalan Lesung, Kecamatan Pangkalan Lesung.
Dikatakannya, untuk membuat 'Wajik' alias 'Kalamai' ini sebanyak satu kuali memerlukan beberapa bahan dasar berupa gula merah sebanyak tiga peti, gula pasir empat plastik, santan kelapa tiga ember, dan 10 liter ketan hitam. Adonan dasar tersebut kemudian dicampur menjadi satu ke dalam kuali besar.
'Wajik' alias 'Kalamai' rasanya begitu legit dan lezat. Sama seperti dodol di daerah lain. Dodol ini terasa lembek dan lengket saat dimakan.
Hanya saja, sebutnya, ada beberapa rasa yang dicampurkan, seperti dodol durian, dodol nangka cimpedak, dodol lapis, dodol ketan. "Tapi yang sering kita buat adalah rasa ketan, terbuat dari tepung beras pulut," cakapnya.
Penulis | : | Febri Sugiono |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Ekonomi, Serba Serbi, Kabupaten Pelalawan |