Jika Indonesia terperangkap dalam permainan Australia dengan permintaan maafnya, Brani yakin penghinaan-penghinaan berikut akan beruntun menghujani Indonesia kedepan.
"Kalau ini berjalan, minta maaf itu diterima dan hubungan bilateralnya dipulihkan kembali saya meyakini penghinaan-penghinaan ini akan kembali terjadi," ujarnya.
Ini bahkan dinilai bukan masalah kesalahan atau kekeliruan sehingga dengan mudah bisa meminta maaf. Penghinaan ini disebut sebagai permasalahan mindset Australia.
"Ini persoalan mindset Australia, hati-hati. Ini mindset Australia yang memang pada dasarnya kebencian mereka terhadap negara kita itu sudah jadi cara pandang mereka," jelasnya.
Australia diminta harus merubah mindset mereka terhadap indonesia. Ini bisa terjadi jika Indonesia bisa menunjukkan ke Australia seberapa kuat bangsa Indonesia.
"Harus ditunjukkan bahwa kita bukan bangsa penakut yang bermental inlader, bukan negara yang secara ekonomis bergantung pada Australia dan kita bukan negara yang bisa diintimidasi dengan kekuatan militer. Hanya dengan itu lah (tindak tegas) tadi. Pasti mindset Australia akan berubah. Jika tidak, bersiaplah pengulangan sejarah penghinaan Australia akan terus terjadi," ulasnya.
Penghinaan yang dilayangkan negeri Kanguru ke Indonesia ini bahkan membawa Senator Asal Sulawesi Utara ini pada satu kesimpulan. Australia dinilai tengah dipimpin oleh rezim yang mengalami gangguan kejiwaan.
"Kesimpulannya, karena ini bicara mindset, patut dicurigai Australia tidak sekedar paranoid terhadap Indonesia, tapi Australia sedang dipimpin oleh rezim yang mengalami gangguan kejiwaan. Karena itu udah berulang-ulang. Bayangin bicara soal bantuan kemanusiaan, mana ada negara yang mau ungkit lagi atau tagih lagi bantuan kemanusiaan yang sudah diberikan. Cuma Australia itu. Jadi sinisme dan kebencian mereka itu sudah keterlaluan," ketusnya.
Meski meminta agar negara berbuat lebih atas penghinaan Australia ini, Brani tak luput melayangkan apresiasi terhadap ketegasan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dalam membela kedaulatan Indonesia, meski dicerca dan dituding ingin duduk di kursi RI 1.
"Salut dengan Panglima TNI. Tentu kita berikan apresiasi karena sikap tegas yang sudah ditunjukkan Panglima TNI dia sudah menunjukkan sikap prajurit bahkan patriot yang sejati, berbicara soal harga diri bangsa dan kedaulatan negara yang disentuh melalui penghinaan Australia. Tapi juga sangat disesalkan jika Presiden atas nama negara hanya mengambil sikap menghentikan sementara kerjasama milite. Harus ada ketegasan negara yang dilakukan oleh seorang Jokowi mewakili rakyat. Hentikan kerjasama militer, kerjasama ekonomi, tarik duta besar kita, pulangkan duta besar mereka di Indonesia," pungkas Brani.
Diketahui, kerja sama dan latihan militer yang hendak dibangun antara Indonesia dan Australia batal. Hal itu akibat adanya penemuan beberapa materi penghinaan terhadap Indonesia dan Pancasila di pangkalan militer Perth, Australia.
Seperti yang dilansir Stuff.nz pada 4 Januari 2017, sebuah sumber mengungkapkan, penemuan materi pelatihan militer Australia oleh pasukan khusus Indonesia atau Kopassus itu saat melakukan latihan bersama beberapa waktu lalu.
Dalam pelatihan militer tersebut, terdapat materi yang terpampang pada dinding pangkalan militer Perth yang menghina dasar negara Indonesia, Pancasila. Oleh militer Australia, Pancasila dipelesetkam menjadi PANCAGILA, dengan membuat "lima prinsip gila".*
Penulis | : | ck4 |
Editor | : | Bhimo |
Kategori | : | Nasional |