BANGKINANG (CAKAPLAH) - Sebuah video berdurasi sekitar 30 detik viral di Kabupaten Kampar dan sebagian juga dibagikan bahkan hingga ke sebuah akun medsos di Jakarta.
Video itu memperlihatkan tiga orang anak berseragam Sekolah Dasar (SD). Dua orang anak perempuan dan satu orang laki-laki melakukan aksi yang cukup ekstrim, menyeberangi sungai dengan cara bergantungan di sebuah keranjang yang digerakkan katrol yang dikaitkan pada sebuah tali yang membentang di atas sungai.
Ketiganya dalam posisi berdiri dan kedua tangannya memegang erat keranjang yang bergerak menuju seberang sungai.
Menurut berbagai sumber, lokasi itu berada di areal sebuah perkebunan kelapa sawit di Desa Kuntu Darussalam Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar.
Bermacam tanggapan netizen melihat video yang beredar luas di media sosial. Sebagian menyebut bahwa itu bukanlah jalan umum dan keranjang itu digunakan untuk membawa buah kelapa sawit dari seberang sungai.
Ada juga yang menyebut anak-anak itu menggunakan sarana itu hanya untuk sekedar bermain-main dan bersenang-senang.
Sebagian lagi menyebut lokasi itu berada di areal perusahaan perkebunan. Masih banyak lagi komentar netizen lainnya termasuk juga kekesalan yang ditujukan terhadap pemerintah.
Ternyata video itu mendapat tanggapan serius dari orang nomor satu di Kabupaten Kampar. Hingga berita ini diturunkan, Bupati Kampar H Catur Sugeng Susanto bersama Kepala Bappeda Kampar H Azwan dan Kepala Dinas PUPR Kabupaten Kampar masih berada di lokasi didampingi sejumlah staf dan termasuk Kepala Desa Kuntu Daralussalam, Kecamatan Kampar Kiri.
Anggota DPRD Kabupaten Kampar dari daerah pemilihan Serantau Kampar Kiri Habiburrahman yang juga merupakan putra asli daerah Kuntu Darussalam ketika diminta tanggapannya kepada CAKAPLAH.com, Jumat (11/6/2021) mengakui bahwa lokasi aksi ketiga pelajar SD ini berada di Desa Kuntu Darussalam, tepatnya Sungai Sontan.
Tetapi lokasi ini sesungguhnya tidak digunakan untuk akses penyeberangan orang, termasuk anak sekolah karena lokasi penyeberangan atau jalan yang biasa rutin dipakai setiap hari ada di lokasi lain yang masih di sungai yang sama.
"Itu adalah untuk mengangkat buah sawit dari seberang ke seberangnya. Sementara jalan lain itu ada namanya jalan KUD. Anak sekolah itu diantar lewat jalur itu. Tetapi buah dari kebun tak boleh lewat situ karena pihak perusahaan tak mau membantu perbaiki jalan itu," cakap Habiburrahman.
Anak-anak itu kadang-kadang diantar orang tuanya dan kadang-kadang diantar mobil pemilik kebun. Sementara jembatan yang digunakan ini telah mendapatkan perbaikan dua tahun lalu atas usulan Habiburrahman kepada Pemkab Kampar. Jembatan itu diharapkan untuk mempermudah akses masyarakat dan hasil kebun masyarakat.
Sekretaris Komisi II DPRD Kampar dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini menambahkan, anak sekolah itu merupakan anak pekerja kebun. Ada tujuh orang anak pekerja kebun yang sekolah di SD di Desa Kuntu yang berjarak sekira 7 kilometer dari tempat mereka tinggal di kebun yang disebut dimiliki oleh pengusaha keturunan.
Habib menyebut, beredarnya video dan penggunaan narasi di video itu terlalu berlebihan. "Karena sesungguhnya tak seperti yang disampaikan. Anak itu gembira. Kalau kami di kampung dulu terjun ke sungai pakai tali beringin. 'Bagayuik di situ. Itu permainan anak pulang sekolah, itu nampaknya video anak-anak setelah pulang sekolah," beber Habib.
Ia juga menyentil perusahaan atau pemilik kebun yang seharusnya memiliki perhatian kepada masyarakat sekitar. "Seharusnya perusahaan itu ada kontribusinya. Kalau mereka perhatikan tenaga kerja ya bangun jalannya. Sebetulnya oke satu sisi video itu viral sesuai kenyataan iya. Tapi itu bukan digunakan untuk transportasi anak sekolah. Harapan kami ke pemerintah tertibkan dulu perusahaan itu," tegas Habib.
Penulis | : | Akhir Yani |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Pemerintahan, Kabupaten Kampar |