Presiden Rusia, Vladimir Putin. Foto: Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo
|
(CAKAPLAH) - Berdasarkan asesmen intelijen Amerika Serikat (AS), saat ini Presiden Rusia Vladimir Putin semakin frustrasi dengan kegagalan militernya di Ukraina. Pasalnya perang yang diprediksi dimenangkan dalam dua hari sudah memasuki hari ke-20.
Intelijen AS menilai hal ini akan menimbulkan lebih banyak kekerasan dan kehancuran di Ukraina. Sejumlah pejabat intelijen AS mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai kemungkinan Putin meningkatkan eskalasi untuk menghancurkan perlawanan sengit Ukraina.
Militer Rusia masih jauh lebih unggul dan beberapa pekan terakhir mereka juga terus membom kota-kota besar negara tetangganya itu. Dunia pun telah menyaksikan kengerian serangan rudal Rusia ke rumah sakit bersalin pekan lalu.
Tapi Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) William Burns mengatakan Putin masih terlindungi dari tekanan domestik menggunakan apa yang ia sebut 'gelembung propaganda'.
Ia mengatakan Barat harus memahami pola pikir Putin sambil terus menyediakan bantuan militer ke Ukraina dan mencegahnya menyerang langsung negara-negara NATO atau menekan tombol nuklir.
Dalam rapat dengar di Kongres yang berlangsung selama dua hari pekan lalu pejabat intelijen AS mengungkapkan kekhawatiran mereka pada apa yang mungkin akan dilakukan Putin. Kecemasan itu akan membentuk keputusan para pembuat kebijakan AS mengenai Ukraina.
Pada anggota parlemen di rapat dengar itu Burns mengatakan selama dua dekade terakhir Putin mendominasi total perpolitikan Rusia. Ia menguasai pasukan keamanan, lingkar kecil penguasa, dan menyingkirkan para pembangkang dan oposisi.
Sudah lama diketahui ia mengkritik pecahnya Uni Soviet dan menolak kedaulatan Ukraina. Ia juga menyebut berakhirnya perang nuklir dengan Rusia sebagai martir.
"(Putin) menjahit kombinasi keluhan dan ambisi yang mudah terbakar selama bertahun-tahun," kata Burns seperti dikutip kantor berita Associated Press, Senin (14/3/2022).
Burns mengatakan, Putin memprediksi sudah bisa menguasai Ukraina dalam dua hari. Tapi militernya gagal menguasai kota-kota besar dan kehilangan ribuan personel. Sanksi-sanksi yang diberlakukan Barat dan negara-negara lain menekan perekonomian Rusia dan merusak gaya hidup mewah para oligarki dan standar hidup masyarakat umum.
Sebagian besar mata uang Rusia yang disimpan di bank-bank di luar negeri untuk menahan sanksi-sanksi sudah dibekukan. Burns yang merupakan mantan duta besar AS untuk Moskow pernah bertemu dengan Putin beberapa kali.
Ia menjawab pertanyaan anggota parlemen mengenai kondisi kesehatan jiwa Putin. Burns mengatakan ia tidak yakin Putin memiliki gangguan kesehatan jiwa.
"Saya pikir sekarang Putin marah dan frustasi, ia mungkin menggandakan dan mencoba menggiling militer Ukraina tanpa memedulikan korban jiwa dari rakyat sipil," katanya.
Burns menambahkan baru-baru ini Rusia mengklaim AS membantu Ukraina mengembangkan senjata kimia atau biologi. Hal itu, kata Burns, mengindikasi Putin menjadikan klaim itu sebagai operasi "bendera palsu" (alasan tak benar) untuk mengerahkan senjata biologinya sendiri.
Hingga saat ini belum ada tanda-tanda perang akan berakhir. Hampir tidak terbayangkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang mendapatkan sanjungan dunia atas kepemimpinannya pada perlawanan Ukraina tiba-tiba mengakui aneksasi Rusia di Crimea atau mendukung pemerintah pro-Rusia di timur Ukraina.
Bila Putin berhasil menguasai Kyiv dan menumbangkan Zelenskyy. Ia masih harus berhadapan dengan pemberontak yang didukung Barat di negara yang berpenduduk 40 juta jiwa itu.
"Ia tidak memiliki akhir politik yang berkelanjutan dalam menghadapi perlawanan sengit dari rakyat Ukraina," kata Burns.
Direktur intelijen nasional pemerintah Presiden Joe Biden, Avril Haines mengatakan Putin menilai tidak sanggup kalah dari perang ini. Tetapi apa yang mungkin ingin dia terima sebagai kemenangan dapat berubah seiring waktu mengingat biaya signifikan yang ia keluarkan,” kata Haines.
Ia menambahkan para analis intelijen mengira langkah Putin meningkatkan kesiagaan nuklir baru-baru "mungkin dimaksudkan untuk mencegah Barat memberikan bantuan tambahan ke Ukraina."
Kekhawatiran Gedung Putih mengenai kemungkinan meningkatnya eskalasi dalam perang Ukraina kerap membuat politisi baik dari Partai Demokrat maupun Republik frustasi. Setelah sempat memberi sinyal dukungan, pemerintah Biden menolak rencana Polandia mendonasikan pesawat tempur era Uni Soviet ke Ukraina.
Sebelumnya pemerintah AS menunda sanksi pada pipa gas Nord Stream 2. Washington juga tidak mengirimkan rudal panggul pertahanan udara Stinger ke Ukraina sebelum mengubah keputusan.
Haines mengatakan Putin mungkin melihat pengiriman pesawat ke Ukraina sebagai keputusan yang lebih besar dibandingkan senjata-senjata anti-tank atau anti-pesawat tempur. Haines tidak mengungkapkan apakah pemerintah AS memiliki data intelijen mengenai hal tersebut.
Anggota House of Representative dari Partai Demokrat Mike Quigley mengatakan pemerintah Biden selalu "terlambat dalam satu dua langkah" karena takut membuat Putin berang. Ia mendesak Gedung Putih segera menyetujui pengiriman pesawat.
"Saya pikir itu seperti berdalih, bila ada orang yang mengira Putin akan membedakannya 'oh yang itu datang dari Polandia' dia akan lihat semua (pengiriman senjata) sebagai peningkatan eskalasi," kata Mike Quigley.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Republika.co.id |
Kategori | : | Internasional |