Pulau Beting Aceh, Rupat Bengkalis, Provinsi Riau.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Pesona alam Pulau Beting Aceh, Rupat Bengkalis, Provinsi Riau memang tak bisa dipungkiri. Pasir putih dengan hamparan laut luas mampu memanjakan mata siapapun yang melihatnya.
Sepanjang mata memandang, hamparan laut dan pasir putih terlihat jelas. Jika air laut surut, maka akan muncul daratan pasir seluas lapangan sepakbola. Sangat cantik untuk dijadikan spot foto.
Ditambah lagi ada pohon mati dengan ranting menjulang yang sangat estetik jika digunakan untuk spot foto, lokasi ini menjadi salah satu spot favorit para wisatawan. Tak hanya itu saja, ada ayunan cantik yang dibuat di lokasi dan menjadi salah satu pilihan tempat berfoto.
Pulau yang terletak di hamparan Selat Malaka ini memang menjadi sebagai salah satu tujuan wisatawan saat bertandang ke Pulau Rupat. Objek wisata yang masih belum berpenghuni tersebut memang terlihat sangat menakjubkan.
Namun di balik semua keindahannya, sebagai salah satu pulau terluar di Indonesia, objek wisata Beting Aceh ini tak banyak memiliki fasilitas. Tak ada kamar mandi di sini, tak ada penjual makanan dan minuman, tak ada wahana bermain. Bahkan tong sampah pun tidak terlihat disini. Akibatnya banyak sampah berserakan di pulau tersebut.
Di pulau ini, hanya ada beberapa pondok-pondok kecil yang bisa digunakan untuk sekedar melepas lelah. Tak ada fasilitas lain yang ditawarkan di sini. Sangat disayangkan.
Akademisi Pariwisata Universitas Riau Achmad Nawawi yang ikut hadir dalam agenda Capacity Building Wartawan Provinsi Riau 2022 yang diadakan di Pulau Rupat, Rabu - Jumat (27-29/7/2022) mengatakan memang untuk di Pulau Beting Aceh ini sangat minim fasilitas.
"Di Beting Aceh ini sangat diperlukan penambahan fasilitas yang tujuannya dapat menunjang wisatawan untuk datang ke sana dan agar membuat pengunjung betah di sana," ujar Achmad Nawawi.
Ia mengatakan adapun beberapa fasilitas yang perlu ditambah itu seperti toilet, gardu pandang, penambahan gazebo, dan fasilitas lainnya.
"Beting Aceh merupakan potensi terbesar yang ada di Riau untuk dikembangkan. Karena Beting Aceh memiliki keunikan tersendiri dan keunikannya juga sedikit langka. Adapun keunikan dari Beting Aceh ini adalah hamparan pasir yang luas dan hutannya itu hanya sekitar 1 hektar," cakapnya.
Namun dikatakan Achmad Nawawi lagi, fasilitas bukan menjadi satu-satunya yang menjadi kendala dalam pengembangan Beting Aceh. Namun ada beberapa hal lainnya.
Yang pertama adalah soal aksesibilitas yang dari Pekanbaru kemudian ke Dumai, selanjutnya dari Dumai ke Rupat dan lanjut lagi menuju Rupat Utara dengan jalur darat yang memang jalannya masih belum sepenuhnya bagus.
"Selanjutnya jika ingin ke Beting Acehnya, harus menyewa Roro yang harganya tidak ada standar baku. Selain itu juga tak ada informasi resmi dalam pengelolaannya," terangnya.
Di sisi lain, pengelolaan Beting Aceh saat ini masih belum ada kelembagaan khusus dalam pengelolaannya.
"Jadi siapa saja yang masuk dipersilahkan tanpa ada registrasi dan lain sebagainya. Setiap pompong bisa memasukkan orang ke Beting Aceh. Dan akibatnya Beting Aceh ini numpuk sampah dan lain sebagainya," terangnya.
Di sisi lain juga kalau pengembangan ini tidak boleh dikembangkan pariwisata secara massal. Contohnya harus mengembangkan resort dan lain sebagainya.
"Beting Aceh alangkah baiknya tetap dibuat secara alami namun demikian harus tetap menambah fasilitas yang dapat menunjang wisatawan yang datang agar sedikit betah," pungkasnya.
Penulis | : | Unik Susanti |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Serba Serbi, Riau |