Pengamat ekonomi Universitas Riau (Unri) Dahlan Tampubolon
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Covid-19 telah menjadi pandemi. Begitu cepat. Ekonomi membutuhkan tindakan ekstra, bukan biasa-biasa saja.
Hal ini disampaikan oleh pengamat ekonomi dari Universitas Riau (Unri) Dahlan Tampubolon kepada CAKAPLAH.com, Senin (16/3/2020). Menurutnya, Bank Sentral AS (the Fed) Ahad kemarin melakukan terobosan menurunkan suku bunga acuannya dari 0,25% menjadi 0%. Luar Biasa.
"Hal ini dilakukan untuk melindungi ekonomi mereka dari dampak Covid-19," ujar Dahlan.
Ia mengatakan, memotong suku bunga menjadi 0% telah memberi sinyal yang mengejutkan. Eranya paket kebijakan kuantitatif yang longgar segera dimulai.
Pasar berjangka rontok. Saham turun tajam. Walaupun di dalam prakteknya hal ini normal bagi para pelaku pasar, sebagai wujud kegalauan mereka.
"BI diharapkan juga melakukan penurunan suku bunga acuannya, agar bank-bank umum menurunkan suku bunga pinjamannya. Tujuannya untuk memudahkan bank untuk meminjamkan uang kepada bisnis yang menghadapi penurunan tajam dan kaget pendapatannya karena covid-19 memaksa mereka untuk membatasi aktivitas mereka atau ditutup (seperti di mal-mal)," cakapnya.
Ia menjelaskan, para ekonom telah memangkas perkiraan pertumbuhan, karena mereka mempertimbangkan bagaimana penutupan mal, penurunan belanja konsumen, dan penurunan perjalanan akan mempengaruhi ekonomi RI.
"Kita berharap pertumbuhan ekonomi RI di triwulan pertama ini tidak jatuh ke titik terendah selama periode Presiden Jokowi, atau akan berlangsung hingga triwulan kedua," jelasnya.
Bappenas, BI, dan lembaga peramal pertumbuhan harus memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia, menjadi jauh di bawah 5%. Pemerintah dan BI juga harus mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsinya, bukan malah menyimpannya.
"Masyarakat harus memahami bahwa bukan dengan menyimpan uang akan memperbaiki ekonomi, melainkan dengan mengkonsumsi agar roda ekonomi terus berputar, untuk mendukung pergerakan rupiah di pasar," terangnya.
Sejarah telah membuktikan bahwa sepanjang krisis finansial di AS, program quantitative easing akan mendorong kenaikan harga emas, dan pasar akan bereaksi. Dampaknya bagi ekonomi Indonesia, pasar akan melirik saham-daham yang akan terperosok dalam. Efeknya paling kuat muncul di kota-kota transit, pusat liburan dan hiburan dan pusat-pusat perbelanjaan.
Ia melihat di sektor riil penurunan suku bunga akan menjadikan sektor properti menjadi kacang goreng. Diecer, namun daya beli yang belum juga menjulang tetap menjadi persoalan kita.
"Hal ini mengingatkan kita kembali pada tahun 2008, ketika krisis finansial mengguncang AS, dampak terparah dirasakan oleh masyarakat Riau.
Benchmark harga minyak mentah global juga lebih rendah, menandakan kekhawatiran bahwa permintaan global untuk minyak mentah akan terus turun karena ekonomi AS sementara ditutup untuk melawan virus," tegasnya.
Wabah covid-19 telah merugikan masyarakat dan mengganggu kegiatan ekonomi di banyak sektor dan daerah, terutama Provinsi Riau yang sangat bergantung kepada perekonomian global.
"Terobosan langkah-langkah rangsangan moneter dan fiskal diharapkan tidak meningkatkan kecemasan publik terhadap covid-19 yang condong akan mengarah kepada penurunan tajam kegiatan ekonomi di separuh Maret dan sepanjang April," ujarnya.