PEKANBARU (CAKAPLAH) - Belum meredanya perang yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina telah memberikan dampak pada berbagai negara di dunia, tidak terkecuali Negara Indonesia.
Anggota DPR RI Dapil Riau, Abdul Wahid mengatakan bahwa penyebab terganggunya proses ekonomi dunia pada saat ini diakibatkan karena perang antar kedua negara tersebut yang belum kunjung mereda.
"Perang ini belum mereda, tentu ya ini rantai pasoknya, suplay and demand. Suplainya, distribusinya, ini kan terganggu. Begitu terganggu tentu ini akan mengakibatkan terganggulah proses ekonomi di dunia ini. Itu penyebab yang pertama," katanya.
Selain itu, ia juga menjelaskan penyebab kedua yang menyebabkan terganggunya proses ekonomi di Indonesia yaitu karena masa pandemi Covid-19 yang belum berakhir hingga saat ini.
"Penyebab yang kedua, karena memang pandemi istilahnya ini memar. Kalau kita luka itukan masih ada memarnya. Memar pandemi ini kan belum berakhir, masih ada, ini juga mengganggu sistem ekonomi kita. Kalau kita luka atau lecet itu kan pasti lecet tidak sembuh langsung kan, butuh waktu penyembuhannya," cakapnya lagi.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa proses penyembuhan ini sebenarnya dapat berlangsung lebih cepat, jika tidak terjadi krisis energi yang diakibatkan oleh perang antar kedua negara tersebut. Pada tahun 2023, diperkirakan menjadi puncak pelambatan pada proses ekonomi.
"Waktu penyembuhannya ini sebenarnya kalau tidak ada terganggu dengan krisis energi akibat perang Rusia dan Ukraina, ini cepat sebenarnya pulihnya. Cepat pulihnya, tetapi karena terganggu tentu pulihnya makin lambat. Jadi pelambatan itu mungkin akan kita rasakan nanti di 2023," ujarnya.
Ia mengatakan konsumsi yang terjaga menjadi penyebab ekonomi negara Indonesia dapat tumbuh. Selain itu ekspor terbesar yang dimiliki Indonesia saat ini adalah batu bara dan furniture.
"Hari ini alhamdulillah ekonomi kita bisa tumbuh karena konsumsi kita terus terjaga. Konsumsi ini terjaga karena belum ada PHK, ya belum terlalu banyak PHK. Nah kalau nanti umpamanya suplai and demand nya terganggu, maka ekspor kita terganggu," ungkapnya.
"Nah kalau ini nanti mereka mengurangi pasokan umpamanya seperti furniture, mereka sudah gak mesan, tentu pengusaha akan mengurangi karyawan segala macamnya. Tentu nanti konsumsi kita jadi berkurang, orang tak bekerja, bagaimana orang mau mengonsumsi konsumsi, ya kan," tambahnya lagi.
Ia menjelakan bahwa untuk dapat mendorong terus adanya konsumsi aliran uang, hal yang harus dilakukan yaitu terus menjaga hubungan baik antar negara dan menerapkan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di Indonesia pada tahun 2023.
"Ya, yang pertamakan terus kita jaga hubungan antar negara. G20 inilah ya antara negara umpama suplay and demand harus terjamin," katanya.
"Maka itu kita dorong bahwa kapan perlu yang tersedia di Indonesia ini, produk-produk yang tersedia di Indonesia kita tidak boleh impor. Kita harus pakai TKDN 100% TKDN," tambahnya lagi.
Penulis | : | Satria Yonela/Nurul Annisa |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Ekonomi, Pemerintahan |