Direktur RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dr H Nuzelly Husnedi MARS
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Pasien yang dinyatakan reaktif mengeluhkan lamanya hasil yang diterima setelah melakukan swab test. Pasien harus menunggu lebih kurang satu minggu untuk mengetahui hasil swab yang sudah dijalani.
Direktur RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dr H Nuzelly Husnedi MARS saat dikonfirmasi membantah itu. Ia menyebut, laboratorium biomolekuler di RSUD Arifin Achmad hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk mengetahui hasil swab.
"Itu di rumah sakitnya. Kalau di labornya tidak ada masalah. Iya (paling lama tiga hari)," kata Nuzelly, Selasa (25/8/2020).
Saat ini, kata dia, tidak ada penumpukan sampel swab di laboratorium. Penumpukan terjadi hanya di awal Agustus lalu. "Kalau sekarang tidak. Terjadi penumpukan waktu awal Agustus saja. (Sekarang) sehari ada sekitar seribu sampel yang diuji di laboratorium, dari 12 kabupaten di Riau," jelasnya.
Ia menjelaskan, ada dua pendekatan di dalam prosedur uji swab. Ada klinis, ada surveilans. "Kalau klinis itu berarti sedang dirawat. Berarti kita perlu segeralah. Karena menyangkut berapa lama orang mau dirawat. Artinya dia prioritas. Kalau surveilans, itu kan waktunya bisa kita atur," jelasnya.
Terkait keluhan pasien di salah satu rumah sakit swasta atas nama Nursal, kata dia, seharusnya pihak rumah sakit memberikan sampel swab. Bahan atau alat media uji swab bisa diminta ke Labkes.
"Harusnya orang sana memberi sampel. Minta bahannya di Labkes. Harusnya semua rumah sakit, kalau pasien masuk hari ini, dia harus ambil swab besoknya. Sampelnya itu dia harus kirim ke laboratorium. Harusnya kaya gitu, saya gak tahu missnya dimana saya tidak tahu," jelasnya.
Berita sebelumnya, Pelayanan Balai Laboratorium Kesehatan Daerah (Balkesda) Provinsi Riau dikeluhkan. Saat kondisi pandemi Virus Corona atau Covid-19, fasilitas kesehatan itu disebut tutup saat hari libur.
Kondisi itu dialami Ketua Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Riau Nursal Tanjung. Ia mengeluhkan tempat itu ikut tutup saat cuti bersama pekan lalu.
"Dari proses awal mulai masuk, karena memang bertepatan hari libur tanggal merah. Saya masuk hari Kamis. Pada Jumat, Sabtu, dan Minggu hari libur. Alat ambil sampel swab itu mesti diambil sesuai adanya pasien di rumah sakit, baru bisa diajukan untuk diambil di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah RSUD Arifin Achmad. Nah, tapi karena hari libur, balai kesehatan daerah itu tutup. Alat itu tidak bisa didapatkan. Artinya saya harus menunggu sampai hari Senin," kata Nursal, Selasa (25/8/2020).
Ia menyebut harus menunggu dalam kondisi ketidakpastian. Ia menyebut, sebenarnya hasil swab setelah diperiksa di laboratorium sudah bisa diketahui sekitar 2 jam saja. Namun, Ia harus menunggu selama satu minggu ke depan.
"Arti kata lain, saya menunggu ketidakjelasan. Apakah saya positif atau tidak. Hari Senin kemarin baru diswab. Nah kemudian yang harusnya proses swab di laboratorium tidak memakan waktu 2 jam, tapi karena mungkin pengecekan itu satu-satunya di Riau, sehingga saya harus menunggu hasil swab satu minggu," jelasnya.
Lanjutnya, Ia harus menunggu di rumah sakit dalam ketidakpastian berkisar 12 hari. Dalam 12 hari ini, Ia belum tahu apakah positif atau negatif. Seandainya tidak positif, kata dia, karena lama di rumah sakit ini, kemungkinan besar Ia bisa terpapar.
"Karena di rumah sakit ini Cleaning Service pasien positif dan saya orangnya sama. Perawatan yamg merawat juga sama. Waktu panjang ini kan membuat peluang terkontaminasi besar," kata dia.
Menurutnya, hal seperti itulah yang sudah diketahui masyarakat sehingga masyarakat ketakutan untuk datang ke rumah sakit. Awal gejala yang Ia rasakan adalah mencret. Ketika dirapid test hasil reaktif. Kalau reaktif, kata dia, bisa saja virus lain.
"Dengan lamanya di rumah sakit kan berisiko. Ada ke khawatiran. Tolonglah cari solusinya, periksa swab itu sebetulnya 2 jam, setelah 2 jam hasil keluar. Jangan korbankan. Kalau masyarakat ketakutan, dan ternyata positif, tidak mau ke rumah sakit, penyebarannya lebih dahsyat lagi," jelasnya.
Ia merasakan gejala itu saat pulang dari Sumatera Barat. Ia merasakan tidak enak. Menurutnya hal itu wajar saja karena capek dan stamina kurang. Tenggorokan, kata dia terasa panas tapi tidak batuk.
"Saya bingung sama pemerintah daerah, dalam kondisi seperti ini, tempat itu tidak dibuka. Kok tutup, itu yang saya kritisi, bagaimana tanggung jawab pemerintah," jelasnya.
Penulis | : | Delvi Adri |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Pemerintahan, Riau |