Warga cape Town membawa air galon. Kota terbesar kedua di Afrika Selatan ini diperkirakan akan kehabisan air pada bulan April 2018 nanti (EPA).
|
(CAKAPLAH) - Air adalah sumber kehidupan, tapi manusia sering tidak menyadari betapa berharganya air. Hal inilah yang dialami warga Afrika Selatan. Dalam waktu dua bulan ke depan, 4 juta warga Cape Town -salah satu metropolis dunia dan kota terbesar kedua di Afrika Selatan- akan kehabisan air.
Pada Kamis lalu (1/2/2018), pemerintah setempat sudah mulai membatasi penggunaan air sebanyak 50 liter per orang, turun dari 87 liter batas yang ditetapkan sebulan lalu. Pemerintah memperkirakan 16 April sebagai Day Zero atau hari di mana persediaan air akan mengering.
Jika hari itu tiba, maka keran-keran air akan ditutup dan warga harus hidup dengan jatah air sebesar 25 liter per orang. Jumlah ini jauh dari cukup. Untuk mandi kita menghabiskan 60-80 liter. Namun, menurut pemerintahan setempat, mandi cukup 15 liter dan menyiram toilet cukup sembilan liter.
Militer akan dikerahkan untuk menjaga tempat penyimpanan air dan saat distribusi. Saat ini, menggunakan air untuk mengisi kolam renang, menyiram taman dan mencuci mobil sudah dianggap melanggar hukum. Pihak yang berwenang juga menyisir penimbun dan spekulan air yang membuat harga air naik.
Meningkatnya populasi dan musim kering berkepanjangan yang disebabkan anomali cuaca El Nino diduga menjadi penyebab krisis air terbesar di dunia saat ini.
Cape Town telah lama menyadari bahwa air adalah sumber daya yang berharga. Dalam 20 tahun terakhir, kota ini telah berhasi mengurangi penggunaan air di enam reservoir utama, mengurangi konsumsi air per kapita, mengurangi kebocoran dan menaikkan tarif air untuk usaha besar, bahkan mempublikasikan nama-nama pengguna yang paling boros supaya mereka malu.
David Olivier, peneliti dari Global Change Institute at South Africa's University of the Witwatersrand, mengatakan permasalahan air di Cape Town adalah akibat gaya hidup. Menurutnya, warga menganggap air adalah hak mereka yang bisa digunakan semaunya.
Krisis air ini tidak hanya dirasakan di Cape Town. Sebanyak 21 juta warga Mexico City hanya bisa menggunakan air saat siang hari. Beberapa kota besar di India juga mengalami kekurangan air. Para pakar manajemen air di Melbourne, Australia memperkirakan krisis air akan terjadi dalam waktu satu dekade lagi.
Bahkan, Jakarta diam-diam menghadapi krisis air. Jakarta tenggelam dengan cepat karena menyedot air tanah sehingga permukaan tanah di Jakarta turun sekitar 7,5 cm tiap tahun. Demikian, menurut Victor Coenen, ahli geografi dari Witteveen+Bos Belanda, yang bertanggung jawab atas pembangunan Giant Sea Wall.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Okezone.com |
Kategori | : | Internasional, Lingkungan |