Anggota DPRD Riau Dapil Bengkalis, Meranti dan Dumai, Hardianto
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Konflik antara nelayan jaring batu dengan rawai di Bengkalis terus terjadi. Baru-baru ini konflik tersebut mengakibat kapal dan gudang milik salah seorang toke jaring batu di Bengkalis dibakar oleh nelayan rawai.
Kondisi ini membuat prihatin anggota DPRD Riau Dapil Bengkalis, Meranti dan Dumai, Hardianto. Menurutnya, masalah nelayan tersebut tak berhenti karena ini menyangkut masalah 'perut' (rezeki untuk makan).
"Kalaulah 'perut' terganggu apapun akan dilakukan. Inilah yang terjadi di Bengkalis antara nelayan jaring batu dan nelayan tradisional rawai," jelas Hardianto, Rabu (1/3/17).
Selain itu, aturan tentang wilayah tangkap di perairan Bengkalis juga belum jelas. Ini juga menjadi penyebab konflik. "Mestinya ada aturan jarak tangkap, misalnya sekian mil dari bibir pantai adalah wilayah nelayan rawai, kemudian diatas itu untuk nelayan jaring batu. Sekarang kan tidak, wilayah nelayan rawai dimasuki oleh nelayan jaring batu, disitulah terjadi konflik," terangnya.
Politisi Gerindra mengatakan, instansi yang berwenang mesti memperhatikan kesejahteraan nelayan rawai. Karena mereka mencari ikan secara tradisional hasil yang didapat tentunya tidak sebanyak
jaring batu. "Untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan rawai pemerintah perlu memberikan bantuan keramba apung untuk budidaya ikan tertentu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi," katanya.
Selain itu, pemerintah juga harus memberikan kawasan konservasi ikan yang dilindungi sehingga ikan laut akan tetap tersedia. "Wilayah konservasi perlu diadakan di laut Bengkalis agar ikan-ikan bisa berkembang biak dengan banyak," imbuhnya.
Penulis | : | CK3 |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Kabupaten Bengkalis, Lingkungan, Peristiwa |