Ketua Yayasan Matankari Amirullah (tengah) menyampaikan sambutan.
|
KAMPAR (CAKAPLAH) - Pengurus Yayasan Matankari Riau periode kedua, 2018-2023, resmi dilantik di areal Candi Muara Takus, di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar Ahad (27/5/2018) dinihari. Yayasan yang dipimpin Amirullah SPd ini fokus untuk percepatan pembangunan museum dan Balai Adat Andiko.
Pengurus Yayasan Matankari dilantik oleh Suhaimi Zein atau akrab disapa Engku Imi. Ia merupakan Malin Patih Bungsu Kedatuan Muara Takus sekaligus pendiri Yayasan Matankari. Pelantikan disaksikan oleh Nasrul selaku Niniok Datuk Rajo Dubalai atau sebagai Pucuk Soko Pisoko Limbago dan salah seorang tokoh adat asal Tanjung Zamzamir.
Dari pantauan, pelantikan pengurus yayasan ini berjalan khidmat dan terasa sakral.
Setelah buka puasa bersama di rumah Niniok Datuk Rajo Dubalai dan pelaksanaan salat Isya dan taraweh, lalu puluhan pengurus diajak ke Komplek Candi Muara Takus. Mereka berkumpul di Surau di dalam areal Candi Muara Takus guna mendengarkan wejangan, nasehat dari Niniok Datuk Rajo Dubalai maupun uraian mengenai sejarah Candi Muara Takus dari ahli waris yakni Engku Imi selaku Malin Patih Bungsu Kedatuan Muara Takus. Termasuk juga mendengar kata sambutan dari Ketua Yayasan Matankari Riau Amirullah SPd.
Setelah melewati tengah malam, atau tepat pada Ahad (27/5/2018) dinihari satu persatu pengurus diajak ke dalam areal bangunan Candi Muara Takus. Dalam proses ini pengurus "dilimaui" oleh Malin Patih Bungsu Kedatuan Muara Takus agar pengurus sehati dan berkomitmen memperhatikan Candi Muara Takus dan melestarikan sejarah dan nilai-nilai budaya yang ada di salah satu situs cagar budaya ini. Prosesi ini juga diisi dengan pembacaan salawat untuk Nabi Muhammad SAW dan memanjatkan do'a kepada Allah SWT.
Dalam sambutannya Amirullah menyampaikan, cikal bakal berdiri Yayasan Matankari adalah pada tahun 2012, berawal dari pertemuan-pertemuan dengan almarhum Ramli Datuk Rajo Dubalai yang menginginkan yayasan yang betul-betul mengurus Kedatuan Muara Takus. Pada saat itu Almarhum Datuk Ramli minta mereka membuat yayasan yang baru.
Adapun yang paling mendesak untuk diperjuangkan yayasan ini adalah mendorong Pemerintah Kabupaten Kampar membuat peraturan daerah (Perda) yang mendukung Undang-undang Cagar Budaya. Diantara amanah undang-undang ini adalah kewajiban pemerintah untuk menjaga dan membebaskan kawasan di sekitar situs cagar budaya.
Selain itu pihaknya mendesak pemerintah daerah agar mendirikan museum serta tidak melakukan ekskavasi dulu di kawasan situs.
Selanjutnya yang terpenting juga adalah dibangunnya Istana Niniok Datuk Rajo Dubalai.
Alumni Universitas Riau ini juga menyebutkan bahwa saat ini yayasan sedang mempersiapkan sebuah buku sejarah Kedatuan Muara Takus. "Kerangka buku sudah siap dan siap dibawa ke Datuk untuk mengevaluasi isi buku ini nantinya," terang Amirullah.
Sementara itu Nasrul selaku Niniok Datuok Rajo Dubalai menyampaikan, sejak berdirinya yayasan, hingga saat ini yayasan belum banyak yang bisa diperbuat karena kurang seriusnya perhatian pemerintah terhadap yayasan.
Ia mengajak pengurus bersama-sama serius menjalankan kegiatan yayasan ini sehingga apa yang diharapkan bisa tercapai.
Dalam sesi wawancara Niniok Datuk Rajo Dubalai menambahkan, yayasan memerlukan dana untuk menggerakkan berbagai kegiatannya, apalagi untuk membangun istana dan museum. "Kalau bisa barang yang dapat atau tergali bisa disimpan di museum. Selama ini barang-barang sejarah yang didapatkan tak pernah lagi kembali ke sini," bebernya.
Ia juga minta Balai Pelestarian Cagar Budaya Wilayah Sumatera Barat, Riau dan Kepri bertemu bupati dan melibatkan Datuk Rajo Dubalai. "Apapun kegiatan di candi tanpa melibatkan kami sebagai Pucuk Andiko dengan penghulu. Itu yang selalu terjadi.
Sementara itu Malin Patih Bungsu Kedatuan Muara Takus Suhaimi Zein dalam arahannya menyampaikan panjang lebar mengenai sejarah dan kebesaran Muara Takus di masa lalu dimana Muara Takus atau Mutakui adalah pusat peradaban masa lampau, sebagai pusat perdagangan dunia, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya.
Ia juga menyesalkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap Mutakui karena ia menilai perhatian dari pemerintah daerah untuk Muara Takus hanya tinggal janji.
Ia menegaskan bahwa proses pelantikan ini membuat para pengurus yayasan seadat, seandiko, sehina semalu.
Penulis | : | Akhir Yani |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Lingkungan, Serba Serbi, Kabupaten Kampar |