Sandiaga Salahudin Uno
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Berbagai kalangan di Riau cukup antusias menyambut pencawapresan Sandiaga Salahudin Uno mendampingi Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 mendatang. Salah satu bentuknya Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) diminta melakukan tepuk tepung tawar terhadap lelaki kelahiran Riau 49 tahun yang lalu itu.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (Ketum DPH) LAMR, Datuk Seri Syahril Abu Bakar, mengatakan bahwa pihaknya diminta melaksanakan acara adat untuk Cawapres yang akrab disapa Sandi itu. Permintaan tersebut datang dari berbagai kalangan.
"Bukan saja dari masyarakat banyak, tetapi juga orang-orang di sekitar Pak Sandi," kata Syahril kepada CAKAPLAH.com, Jumat (10/8/2018).
Datuk Seri Syahril mengatakan, permintaan menepuktepungtawari Sandi sudah didengar malah sebelum pencawapresan dideklarasikan. Aspirasi semakin deras setelah deklarasi sampai Jumat siang.
Selain menampung berbagai permintaan, pihak LAMR juga aktif mencari informasi tentang keberadaaan Sandi. "Tentu kita cari waktu Pak Sandi lagi, sementara LAMR siap bila-bila masa saja kegiatan itu dilakukan," katanya.
Sepeti diketahui, tepuk tepung tawar adalah suatu upacara adat Melayu Riau. Upacara ini merupakan simbol untuk mendoakan seseorang karena keberhasilannya atau doa mengiringi suatu kegiatan besar.
Dalam beberapa bulan terakhir, LAMR telah beberapa kali menepuktepungtawari tokoh. Di antaranya adalah Ketua MPR Zulkifli Hasan dan politikus dari Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. Ini di luar dengan pemasangan tanjak, terbaru diberikan kepada Presiden RI- ke-3, BJ Habibie.
Berkaitan dengan tepuk tepung tawar itu, pakar Komunikasi Politik dari Universitas Muhammadiyah Riau, Jupendri MIkom menilai bahwa permintaan berbagai kalangan masyarakat sebagai suatu kewajaran. "Tak ada salahnya bila hal itu dilaksanakan," katanya.
Jupendri mengatakan, bagaimanapun Sandi lahir di Riau, malah sempat menikmati masa kecil ceria di sekolah. Kenyataan ini dapat memberi motivasi bagi masyarakat Riau, terutama generasi mudanya bahwa daerah ini memiliki potensi sumber daya manusia yang tak kecil. Bukan hanya sumber daya alam.
"Populeritas Ustaz Abdul Somad yang membawa nama Riau masih tinggi, kini muncul pula Sandi yang juga membawa nama daerah ini. Sesuatu yang menyebabkan orang harus memandang Riau sebagai sesuatu yang penting," kata Jupendri.
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau ini mengatakan, tentu saja kemunculan nama Sandi membawa harapan bagi Riau untuk memperoleh haknya. Sebab perjuangan bisa dilakukan dari berbagai sisi. Tidak saja dari balik dinding pemerintah, tetapi kini juga termasuk dari kalangan istana.
"Kita meminta hak, bukan hendak meminta sesuatu,” kata Jupendri seraya menjelaskan memperjuangkan hak adalah berdasarkan potensi daerah ini sendiri. Misalnya bagaimana Riau memperoleh keuntungan yang lebih dari apa yang ada terhadap sumber daya alamnya.
Hal itu misalnya dapat diperlihatkan dengan bagaimana pengalihan penambangan ladang minyak harus dikoordinasikan dengan pemerintah daerah sebagaimana diatur undang-undang. Tidak bisa langsung pemerintah pusat menetapkan sebagaimana terjadi pada penunjukan Pertamina sebagai pengelola ladang minyak blok Rokan baru-baru ini.