PEKANBARU (CAKAPLAH) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Riau menyebut pertumbuhan ekonomi Riau masih akan berlanjut hingga tahun 2022 mendatang. Hal ini seiring terus melandainya kasus Covid-19 di wilayah setempat.
"Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian masyarakat Riau, membuat pertumbuhan ekonomi Riau terus membaik pada tahun 2021 ini. Dengan terus melandainya kasus Covid-19 di Riau dan kondisi ekonomi masyarakat yang mulai stabil, kita optimis tahun depan ekonomi Riau terus meningkat," ujar Deputy Kepala Bank Indonesia Perwakilan Riau, Maria Cahyaningtyas dalam kegiatan Bincang Bersama Media (BBM), Jumat (12/11/2021).
Ia mengatakan pihaknya melihat, pertumbuhan ekonomi Riau tahun 2021 tumbuh positif.
"Kita berkaca pada triwulan 2 itu sebesar 5 persen, triwulan 3 jumlahnya 4 persen. Seiring dengan terkendalinya kasus Covid-19 dan bergeraknya perekonomian masyarakat, Pemerintah Provinsi Riau mulai confidence atau percaya diri seiring digesanya kegiatan vaksinasi digencarkan. Untuk tahun 2022 dengan asumsi makin bergerak dan ekonomi global juga bergerak, maka ekonomi Riau juga akan semakin bertumbuh yang didorong oleh tingkat konsumsi masyarakat, investasi dan ekspor," cakap Tyas.
Dikatakan Tyas, secara sektoral, struktur perekonomian Riau ditopang oleh tiga sektor utama berbasis SDA, yaitu sektor industri pengolahan/manufaktur sekitar 32 persen, sektor pertanian perkebunan/kehutanan sekitar 28 persen, dan sektor pertambangan sekitar 16 persen.
"Sekitar 32 persen didominasi oleh manufaktur berbasis SDA, yaitu manufaktur minyak kelapa sawit (CPO & turunan), kelapa, dan manufaktur bubur kertas dan kertas. Riau produsen CPO terbesar di Indonesia," jelasnya.
Kemudian, 28 persennya didominasi oleh perkebunan kelapa sawit, kelapa, dan perkebunan karet, serta hutan tanaman industri (HTI) untuk bahan baku bubur kertas dan kertas.
Sisanya, 16 persen didominasi oleh pertambangan minyak bumi. Di mana, Riau produsen minyak bumi ke-2 terbesar di Indonesia. Namun, lifting minyak yang terus
menurun menyebabkan sektor pertambangan bersifat menarik ke bawah pertumbuhan ekonomi Riau.
"Lalu, untuk sektor pertambangan berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Riau seiring terus menurunnya lifting migas," jelasnya.
Untuk tahun 2022, dirinya mengatakan permintaan dari mitra dagang terhadap komoditas utama Riau diperkirakan masih akan tetap tinggi di 2022. Hal ini karena CPO merupakan bahan baku dasar produk daily needs.
Selain dari sektor CPO, kinerja pertambangan terutama minyak bumi juga diperkirakan akan membaik.
"Hal ini didorong oleh perbaikan lifting pasca peralihan pengelolaan Blok Rokan," jelasnya.
"Dengan target produksi yang terus meningkat secara gradual, akan meningkatkan produksi minyak mentah di Riau dalam beberapa tahun mendatang," imbuhnya.
Selain itu, imbuh Tyas, beberapa komoditas pangan di Riau juga dalam tren meningkat. Dari komoditas pangan utama, harga cabai merah, minyak goreng, dan daging ayam ras, dalam tren meningkat.
"Faktor cuaca juga membuat produksi cabai tidak optimal. Sementara peningkatan harga CPO menjadi pendorong kenaikan harga minyak goreng," pungkasnya.
Turut hadir dalam kegiatan Bincang Bersama Media (BBM), Dini Nur Setiawati sebagai Asisten Direktur BI Riau dan Hendy Hadian yang merupakan Kepala Unit Kehumasan BI Riau.