Ilustrasi Kebakaran hutan dan lahan di Riau
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Kondisi Riau dengan 60 persen lahan bergambut dan 40 persen mineral, membuat kebakaran hutan dan lahan tak terhindarkan setiap tahunnya.
Ditambah, kondisi gambut yang rusak, memperparah kondisi ini, jika terjadi sedikit saja dorongan api, akan cepat terbakar dan sulit dipadamkan.
Kadaops Manggala Agni Sumatera IV/Pekanbaru, Chaerul P. Ginting mengatakan bahwa gambut ini ibarat spons. Dan gambut di Riau sudah seperti spons yang kering.
Untuk diketahui, spons adalah alat atau alat bantu pembersih yang terbuat dari bahan yang lembut dan berpori.
"Gambut di Riau ini seperti spons yang kering. Ketika dibasahi, akan sangat basah dan bisa banjir. Makanya kalau kita lihat di wilayah gambut, kalau sudah hujan berhari-hari banjir yang terjadi. Padahal secara alaminya bagaimanapun derasnya hujan apabila gambutnya sehat tidak akan terjadi banjir," kata Chaerul.
Dan parahnya, jika terjadi kemarau, bahkan jika 3 sampai 4 hari tidak hujan, level air gambut akan turun 40 cm dan mudah terjadi kebakaran.
"Dan ada yang terjadi, ketika kondisi atasnya basah namun karena tidak hujan sudah beberapa hari masih bisa terbakar di bawahnya. Sedikit saja dipicu akan terjadi kebakaran," tukasnya.
Diberitakan sebelumnya, Kabid Kedarutatan BPBD Riau, Jim Ghofur mengatakan, ada dua hal yang menjadi kendala Karhutla, yakni karena luasan Riau yang sebagian besar gambut, dan ulah manusia.
"60 persen Riau itu gambut, 40 persen mineral. Kalau kering, musim kemarau, itu cepat sekali terbakar," kata Jim.
Ia menjelaskan, ada dua periode kemarau di Riau, yakni Januari - Februari kemarau, kemudian, Mei, Juni, Agustus dimana rawan kebakaran lagi.
"Persoalannya, gambut kita banyak yang sudah rusak, kalau musim kemarau mudah sekali terbakar, karena kering. Dan memang sengaja di bakar dan tak sengaja terbakar. Dengan mudahnya terbakar ini, inilah yang sangat kecil sekali kita hilangkan karhutla di Riau, karena kita tak mungkin zero fire spot," ujarnya lagi.
Ia menjelaskan, dengan gambut di Riau yang sudah rusak, restorasi gambut membutuhkan puluhan tahun.
Penulis | : | Satria Yonela Putra |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Lingkungan, Riau |