PEKANBARU (CAKAPLAH) - Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru, Helda Suryani Munir membantah jika penutupan kedai Kopi Kimteng di Jalan Senapelan tidak ada unsur sabotase dan persaingan bisnis.

"Ini yang perlu diluruskan kepada masyarakat terkait penutupan Kimteng yang ada di Pekanbaru. Tak ada itu persaingan bisnis, menyangkut penutupan Kimteng," kata Helda, Rabu (26/7/2017).

Baca: Hari Ini, Seluruh Kedai Kopi Kimteng di Pekanbaru Ditutup

Dikatakan Helda, pihaknya hari ini sedang melakukan penyuluhan dan pembinaan kepada seluruh karyawan Kimteng pasca adanya korban yang keracunan makanan.

"Tadi kami sudah turunkan tim termasuk dari BPOM untuk melakukan penyuluhan kepada seluruh karyawan selama sehari. Jadi kalau sudah layak kembali, kita akan keluarkan izin untuk kimteng membuka usahanya lagi," tegasnya.

Helda melanjutkan, hingga hari ini Kimteng yang ada di Pekanbaru tidak termasuk yang di Bandara SSK II Pekanbaru masih belum beroperasi.

Baca: Ternyata Izin Usaha Kimteng Senapelan Kedaluwarsa

"Kita apresiasi pengelola kimteng menutup sendiri usahanya karena hal ini menjadi salah satu ciri masyarakat yang madani," ujarnya.

Saat disinggung apakah jenis usaha kuliner kedai kopi tak luput dari pengawasan dari Diskes dan BPOM, Helda hanya menjawab singkat. "Itu pasti. Semua kedai kuliner kopi yang ada di Pekanbaru akan kita awasi. Jadi hal seperti ini tak terulang kembali," tukasnya.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi Riau, Fahmizal Usman mengatakan Kedai Kopi Kimteng sudah menjadi ikon Kota Pekanbaru. Oleh sebab itu penyelesaian kasus yang menimpa kedai kopi tersebut harus dilakukan secara baik-baik.

"Kita harap masalah ini dapat diselesaikan baik-baik, agar ikon wisata kuliner Pekanbaru itu dapat menarik pengunjung lagi, dan wisatawan tidak merasa terganggu," harap mantan Kepala Biro Humas Setdaprov Riau ini.

Lebih lanjut disampaikan Fahmizal, kasus yang melanda Kedai Kopi Kimteng perlu adanya penelurusan secara intensif oleh pihak terkait. Karena berdasarkan informasi yang didapat, makanan maupun minuman yang menyebabkan warga keracunan bukan disajikan di tempat tersebut melainkan dipesan dan dinikmati di tempat lain.

"Bisa dalam pengajuannya seteril, tapi dalam perjalanannya kita kan enggak tahu. Makanya perlu konformasi dan penanganan serius oleh pihak terkait, agar kasus ini bisa selesai dengan terang benerang," tandasnya.